7. Rumah Rizky

133 11 0
                                    


Irena bisa bernapas lega, karena ia sudah mengikuti olimpiade biologi yang dilaksanakan di Palembang, mewakili sekolah dan juga provinsinya. Ia tak sendirian tentu saja. Ia bahkan berangkat bersama Rizky dan peserta olimpiade lainnya.

"Rennnnaaaaaaa! Kajolnya Boncel udah pulang!", pekik Ambar saat Irena baru saja tiba di kelas.

Irena langsung menutup kedua lubang telinganya, bisa-bisa gendang telinganya bisa pecah. "Suara teriakan lo berapa desibel, sih? Nyaring bener kayak toa masjid."

Ambar mendecih. "Bahasa anak olimpiade beda, yah!"

"Biasa aja, tuh!", sahut Irena melangkah ke arah bangkunya, tak peduli dengan Ambar yang telah memasang wajah garang akibat kelakuan Irena.

GUBRAK!

"Eh, ayam!"

Irena ingin sekali berkata kasar. Bondan lagi-lagi membuat tekanan darahnya naik. Kenapa juga harus menggebrak meja?

"Rena, mana oleh-oleh yang lo bawain buat gue? Pempek kapal selam tangkinya bocor....", ujar Bondan kemudian menyenandungkan ucapannya.

"Boncel sialan! Ya kali gue bawa pempek kapal selam tangkinya bocor ke sekolah!" Irena bahkan ikut-ikutan menyenandungkan ucapannya seperti yang dilakukan Bondan.

Bondan mendengus. "Gue pecat juga lo jadi Anjali gue!"

"Preeet! Sebelum loe
pecat gue jadi Anjali lo, gue malah udah talak tiga dan melayangkan surat cerai ke lo. Lo bukan Rahul gue lagi!", sungut Irena kesal.

Seisi kelas tak ada yang mengerti apa yang tengah dibicarakan oleh Irena dan Bondan. Hanya Ambar yang mengerti, dan disaat ini juga gadis itu memasang wajah yang nampak memprihatinkan. Malu setengah mati memelihara kedua teman yang kelewatan cerdasnya. Ck,ck,ck!

***

"Jadi gimana?", tanya Irena tiba-tiba.

"Gimana apanya?", tanya Rizky dengan alis bertaut.

Irena menopang dagu, memasang ekspresi paling manis. "Gimana caranya untuk mendapatkan kasih sayangmu...."

"Jijik gue!"

"Hahaha, oke, oke! Jadi, apa loe mau nonton kompetisi cheerleader yang bakalan diikuti Yura? Tommy berharap banget loe bisa ikut."

Napas berat dihembuskan oleh Rizky. "Nggak tau.", jawabnya lesu.

Ya, Irena mengerti mengapa Rizky bersikap demikian. Namanya orang sudah terlanjur cinta. Mana sanggup hati menahan rasa sakit tatkala melihat orang yang dicintai berbahagia dengan yang lain. Walaupun sebenarnya cinta Rizky pada Tommy itu bukan cinta yang biasa, perkara cinta mereka masuk kategori rumit.

"Ky, gue harap lo bisa nonton Yura. Seenggaknya, lo hargai Tommy, dia sahabat kita. Masa' iya dia udah ngajakin tapi lo-nya nggak mau ikut? Ayolah, Ky! Hidup nggak melulu tentang hal yang serius, tapi juga diselingi dengan aktivitas lain. Nonton cheerleader, misalnya?"

Napas berat keluar dari mulut Rizky. Apa iya ia harus ikut menonton? Ia takut tak bisa menjamin kondisi perasaannya. Perasaannya menjadi taruhan juga disini.

"Haaaah, oke! Gue ikut!"

***

Yura dan Tommy berencana ke rumah Rizky hari ini. Tiba-tiba Tommy jadi kepikiran Rizky. Ia akan berusaha membujuk Rizky agar mau nonton lomba cheerleader yang akan diikuti oleh Yura.

Rizky & IrenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang