Irena nampak ternsenyum tipis tatkala melihat Rizky sudah berdiri dipinggir lapangan. Segera gadis itu menghampiri Rizky. "Hoy, Ky! Kagak baik pagi-pagi udah ngelamun. Ntar kegantengan lo digondol zombie!", seloroh Irena kepada Rizky.
Rizky sama sekali tak menggubris ucapan Irena. Matanya menatap lurus kearah depan.
Sadar Rizky sama sekali tak menanggapinya, Irena ikut memandang yang Rizky pandang.
Nampak Tommy dan Yura duduk berdua di bangku penonton di lapangan basket.
Irena menghembuskan napas panjang. Tangannya pun terangkat dan menepuk pelan pundak Rizky. "Sabar, gue yakin lo pasti bisa!"
Irena memilih untuk berlalu, membuat perasaan Rizky makin berkecamuk. Selama ini Irena satu-satunya orang yang memberinya motivasi.
Karena, hanya Irena yang tahu persis apa yang tengah terjadi kepada dirinya.
Rizky menggelengkan kepalanya, ia harus fokus mulai dari sekarang. Ia akan lupakan Tommy secara perlahan.
Dengan menghembuskan napas panjang, Rizky ikut berbaris bersama dengan teman sekelasnya. Mereka akan melakukan pemanasan sebelum berolahraga.
Disisi lain Irena makin khawatir saja. Jika terus-terusan seperti ini, Rizky tidak akan bisa kembali normal. Irena tak sampai hati membiarkan sahabatnya itu berada dalam situasi yang sulit.
Apakah Irena, harus menemui seseorang, sesuai rencananya selama ini agar Rizky bisa kembali normal?
*****
"Hai, Irena!"
Irena mengangkat kepalanya kala mendapati Zavier dan Jennessa sudah berdiri dihadapannya.
"Oh, hai juga Zavier, hai Jennessa!"
"Kok lo sendirian aja, Na? Teman-teman lo kemana?", tanya Jennessa.
"Mereka lagi pada sibuk. Kalo Rizky lagi ketemu sama pembimbing olimpiade kimia, Boncel sama Ambar lagi ke ruang guru, buat remedial mapel biologi."
Zavier dan Jennessa hanya ber-oh ria. Keduanya akhirnya menemani Irena yang kini sendiri.
"Kalian berdua akrab banget, yah? Kayak orang pacaran. Apa mungkin kalian emang pacaran?", tanya Irena dengan senyum menggoda.
Zavier dan Jennessa saling melirik, lalu kompak menggelengkan kepala. "Gue sama dia nggak pacaran kok, Na," sangkal Jennessa.
Mata Irena memicing. "Serius?"
"Iya, Na. Kita ini cuma teman, nggak lebih." Kali ini Zavier yang angkat suara.
Irena mendengus kesal. "Yah, padahal gue suka banget liat kalian. Serasi banget. Siapa tau 'kan kalian bisa ngalahin romantisnya si Tommy sama si Yura. Empet gue liat si Tommy."
Zavier dan Jennessa menggulum senyum geli. Rupanya Irena berpendapat sama seperti orang kebanyakan, mengira jika mereka adalah sepasang kekasih.
"Eh, itu si Rizky!"
Jennessa dan Zavier menatap Rizky yang berjalan menuju ke arah Irena.
Rizky pun telah berdiri dihadapan Irena. Tapi, nampaknya pemuda itu merasa tak begitu nyaman. Ada Zavier disana.
Irena sama sekali tak sadar dengan kondisi itu. Gadis itu malah mengajak Rizky untuk berbincang bersama Zavier dan Jennessa.
"Hai, Rizky!", sapa Zavier dengan senyum ramah. Rizky hanya mengangguk canggung.
Zavier nampak mengusap tengkuknya. Rupanya Rizky masih enggan bicara kepadanya, pikir Zavier.
"Loh, kok diem-dieman gitu, sih? Ngomong dong!", seloroh Irena membuat kedua mata Rizky melotot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizky & Irena
Teen FictionYang Irena tahu, setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Dan, kesempatan berubah itu tidak hanya berlaku bagi orang-orang tertentu, perubahan bisa terjadi pada semua orang, termasuk sahabat masa kecilnya Rizk...