"Irena!"
Irena berbalik badan saat Putri baru saja memanggilnya. Senyum Irena mengembang saat Putri berjalan dengan wajah ceria kepadanya.
"Hmm, gue tau nih! Pasti mau ketemu Rizky, kan?", goda Irena membuat pipi Putri bersemu merah.
Putri merunduk malu. "Ihhh, Irena!"
Tawa Irena langsung mengurai.Putri kembali berbicara. "Oh iya, Na. Gue mau ngobrol sama lo."
Kedua alis Irena naik. "Ngobrol? Ngobrol masalah apaan, nih?", tanya Irena antusias.
Putri menggulum senyumnya. "Gue mau ngobrol tentang Rizky sama lo. Boleh, yah?"
Lagi-lagi, tawa Irena akhirnya pecah. "Sudah gue dugong, sih. Pasti nggak bakalan jauh-jauh membahas seorang Rizky. Sekali-kali bahas tentang gue, gitu. Fyuhh!", ujar Irena sembari meniup helaian rambut yang menutupi matanya.
"Hehehe, bahas lo-nya lain kali aja. Atau gini, gue traktir makan di kantin, sekalian kita ngobrolin tentang Rizky."
Mata Irena seketika berbinar saat Putri menawarinya sebuah traktiran di kantin.
Rejeki emang nggak kemana.
"Ajegileeee!!!! Yok, yok ke kantin! Laper gue, Put!"
Irena mulai menarik pelan tangan Putri, dan Putri pun hanya terkekeh melihat betapa semangatnya Irena dengan satu kata sakti bernama 'traktiran'.
Saking semangatnya kedua gadis itu, mereka tak sadar dari arah yang berlawanan ada siswa yang tengah berjalan.
Brak!
Irena bertabrakan dengan salah satu siswa, menyebabkan keduanya terjatuh.
Irena meringis kesakitan, tapi dengan segera ia bangkit lebih dulu. Ia menghampiri siswa yang bertabrakan dengannya tadi.
"Maaf yah!", ujar Irena sedikit khawatir sembari membantu siswa itu kembali berdiri.
Siswa bertubuh tinggi itu tersenyum tipis kearah Irena. "Gak papa, kok. Gue juga kurang hati-hati, jalan gak liat-liat."
Putri berdiri disebelah Irena. "Lo nggak papa 'kan, Na?", tanya Putri pelan, Irena menggelengkan kepalanya.
"Tapi beneran kan lo nggak kenapa-napa? Ada yang sakit?", tanya Irena lagi.
Siswa itu tertawa kembali. "Iya, gue nggak kenapa-napa. Yaudah, gue duluan yah. Ayo, Dar."
Siswa itu lalu mengajak siswi, yang tadi memang berjalan bersamanya memilih berlalu lebih dulu.
"Na, ayo!", ajak Putri merangkul pundak Irena.
Kepala Irena mengangguk kikuk, dan kembali melangkah bersama Putri menuju ke kantin.
Satu hal yang pasti, Irena kenal wajah itu.
Wajahnya familiar, serasa gue pernah ketemu. Tapi dimana, dan siapa dia sebenarnya?
*****
"Ih, aku udah bilang yah jangan gangguin Iky lagi! Kamu nggak boleh gitu!"
Seorang gadis kecil, berusia lima tahun itu membentak kasar beberapa anak kecil lain yang tengah menganggu temannya.
Ia tak suka temannya diganggu.
"Hahaha, dasar lemah! Kamu tukang ngadu!", ujar seorang anak laki-laki sembari menunjuk-nunjuk ke arah anak laki-laki yang sudah menjadi sasaran gangguannya sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizky & Irena
Ficção AdolescenteYang Irena tahu, setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Dan, kesempatan berubah itu tidak hanya berlaku bagi orang-orang tertentu, perubahan bisa terjadi pada semua orang, termasuk sahabat masa kecilnya Rizk...