49. Saksi Kunci

83 7 6
                                    

Putri nampak menoleh ke kanan dan ke kiri, berusaha mencermati keadaan sekitar. Setelah merasa suasana cukup sepi, Putri memutuskan untuk melangkahkan masuk ke dalam ruangan itu.

Ruang rawat Tommy.

Dengan langkah mengendap-endap, Putri mulai mendekati tempat tidur Tommy.

Senyumnya mengembang sempurna saat ia sudah berdiri tepat di tempat tidur disebelah Tommy.

Mata tajamnya seakan siap membunuh Tommy dalam sekejap. "Hai, Tommy!", ujar Putri pelan. "Gue heran kenapa lo nggak mati."

Putri berjalan mengelilingi sekitaran tempat tidur Tommy. Gadis itu tiba didepan sofa dan tertawa pelan. Tangannya meraih bantalan sofa dan kembali mendekati tempat tidur Tommy.

"Hm, kayaknya gue mau main-main dikit lah sama lo. Buat lo mati, kayaknya menyenangkan. Hahahaha!"

Sungguh, pikiran Putri sudah penuh dengan pikiran jahat. Melenyapkan Tommy sangat ingin ia lakukan.

Ada beberapa alasan, dan salah satunya sebab Tommy adalah penghalang diantara ia dan Rizky agar bisa bersama. Dan juga, ia tahu, Rizky menyukai Tommy. Putri juga sebenarnya tidak tahu, apakah perasaan Rizky kepada Tommy masih ada ataupun sudah memudar.

Keadaan masih ataupun pernah menyukai, itu tak ada bedanya lagi bagi Putri. Ia hanya ingin satu hal, Tommy segera menemui kematiannya.

Rupanya iblis itu sudah menguasai Putri. Gadis itu mulai melepaskan masker oksigen yang menutupi bagian hidung dan mulut Tommy. Setelahnya, ia mulai mendekatkan bantal sofa itu kearah wajah Tommy. "Mati lo hari ini!"

Ckrek!

"Mau ngapain lo?"

Jantung Putri serasa hampir copot kala suara seseorang itu berhasil menginterupsi upayanya guna melenyapkan Tommy.

"Sialan! Padahal tinggal dikit lagi!", ujar Putri dengan geram dalam hati.

Dengan senyum manis, Putri menatap Bondan dan Zavier yang sudah melangkahkan kaki masuk kedalam ruang rawat Tommy.

"Mau ngapain lo?", tanya Zavier dengan nada sinis.

"Oh, itu, tadi gue sempet perbaiki posisi bantal di sofa. Habis itu gue sempat liat Tommy sebentar, mastiin nggak ada yang salah."

Zavier nampak tidak percaya. Matanya kontan terkejut mendapati masker oksigen Tommy sudah terlepas dari wajahnya. Dengan hati hati Zavier kembali memasangkan masker oksigen itu ke wajah Tommy.

"Itu pasti kerjaan lo, 'kan?", selidik Bondan dengan nada tajam setelah Zavier baru saja selesai memasangkan masker oksigen itu kewajah Tommy.

"Bu, bukan gue!", Putri mengelak dengan nada gugup.

"Mending lo keluar dari sini!", usir Zavier dengan mata menajam.

Meneguk saliva susah payah, Putri meletakkan bantal itu ke sofa. Dengan emosi tertahan gadis itu keluar dari ruang rawat Tommy.

Menyisakan Zavier dan Bondan dengan napas memburu.

"Gila tuh cewek!", umpat Zavier.

"Iya, gue harap dia masuk ke RSJ dalam waktu dekat," timpal Bondan.

"Haha, gue setuju sama kalian. Dia aja tadi hampir ngebunuh gue."

Zavier dan Bondan terkejut mendengar suara itu, suara parau itu. Kompak mereka berbalik ke arah tempat tidur dimana Tommy terbaring yang kini memasang senyum tipis.

"TOMMY?!"

***

"Bener tempatnya disini?", tanya Jennessa sedikit ragu.

Rizky & IrenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang