9. Bertemu Putri

116 8 0
                                    

"Ky!"

"Hm."

"Rizky!"

"Apaan, sih?!"

"Yee, dasar galak!"

Irena mengerucutkan bibir. Rizky yang menyebalkan. Baru dicereweti begitu saja sudah sensi.

"Ky, katanya ada anak kelas sebelah, namanya Putri. Kata si Ambar, dia mau minta nomer telpon lo."

Rizky yang tadinya sibuk berkutat dengan soal kimia menolehkan kepalanya pada Irena yang sedang memainkan lego diatas tempat tidurnya.

"Si Putri minta nomer hp gue?", tanya Rizky memastikan.

"Iya. Ambar awalnya mau ngasih nomer lo ke dia, tapi kepikiran muka lo yang nyeremin itu dia takut sampai lo ngebantai dia. Jadi, dia minta gue, istilah minta izin ke lo supaya gue bisa ngasih nomer lo ke dia. Gimana?"

Rizky mendengus. "Apaan sih pake acara minta nomer gue segala?! Yaudah jelaslah gue nggak mau. Gue bukan artis."

Lego ditangan Irena sudah melayang dikepala Rizky. "Setan lo, Ky! Untung-untung ada cewek yang mau sama lo, yang notabene cowok gay!", Irena memelankan suaranya di kata terakhir.

Rizky mengibaskan tangannya. "Terserah lo, deh! Kalo lo mau lo kasih nomor lo aja ke Putri."

Irena mendengus. "Emangnya dia punya tujuan apa ngambil nomer gue?!"

"Siapa tau 'kan dia belok, suka sama cewek!", jawab Rizky sekenanya.

Sebuah lego kecil mendarat tepat dipelipis Rizky. "Apaan sih, lo?"

"Lo ngomong seenak udel, yah! Fitnah-fitnah Putri belok. Kalo lo yang belok itumah fakta, kagak diraguin lagi!"

Rizky memasang wajah serius. "Kalo lo ngomong fitnah-fakta kok gue malah ingat acara gosip yang sering mama tonton, yah?"

Irena ngakak. " Anjir! Yang gini, 'rumpi, no secret, mwah!'. Kalo itu sih acara kesukaan gue!"

Rizky mendengus kesal. Niatnya ingin membuat Irena kesal, tapi sekarang Irena yang membuatnya kesal. Dasar.

Irena kembali memasang tampang serius. "Beneran lo nggak mau ngasih nomer lo, nih? Mumpung ada cewek yang naksir lo, nih!"

"Nggak!"

Oke, Rizky bersikukuh tak mau memberikan nomornya. Biar Irena saja yang akan berikan nomornya. Ia mengambil ponselnya, mengirimkan nomor

"Jangan pernah berpikir buat ngasih nomor gue ke siapa-siapa!", ujar Rizky dengan mata melotot.

Irena malah tertawa geli. "Maafkan saya, saudara! Anda terlambat, sebab saya sudah memberikan nomor anda pada Putri, calon istri anda di masa depan! Hahaha!" Irena mengakhiri ucapannya dengan tawa menggelegar.

Rizky menatap Irena dengan tatapan horor. Ia segera menghampiri Irena. "Kurang ajar lo!"

Irena menatap Rizky dengan tatapan tanpa minat. "Ya kalo kurang ajar, diajarin dong. Susah amat," jawab Irena cuek.

Rizky menghembuskan napas pelan. Kali ini Rizky berusaha mengendalikan diri. Serius.

***


Rizky mengabaikan tatapan memuja yang dialamatkan padanya pagi ini. Rasanya menyedihkan jika menghiraukan gadis-gadis kurang kerjaan yang tengah berusaha menarik perhatiannya itu.

"Hai, Rizky!"

Rizky ingin mengumpat sejadi-jadinya.

Pagi-pagi ia sudah dihadang oleh seorang gadis yang sama sekali tak ia kenal. Seorang gadis bertubuh semampai, berkulit putih, dan memiliki rambut panjang kecokelatan.

Rizky & IrenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang