"Waduh, ini sih beneran, ini konspirasi supaya Irena masuk penjara!", celetuk Bondan.
"Gue sendiri sependapat sama lo, Dan! Apa gue salah, kalau gue curiga, Putri pelakunya?", seloroh Zavier.
Sedikit terkejut, Bondan kembali menanggapi ucapan Zavier. "Nggak boleh asal nuduh gitu, Zav. Bisa jadi fitnah."
Nampak Zavier mengendikkan bahu. "Yah itu sih pikiran gue. Dia aja punya niat nyelakain Tommy tadi."
Tommy dan Bondan nampak menghela napas. Berusaha memikirkan benar atau tidaknya anggapan Zavier.
"Gue beneran mau ketemu Irena, serius!", kata Tommy dengan wajah sendu.
Suasana mendadak hening. Mereka sendiri bingung, dengan cara apa mereka bisa mempertemukan Tommy dan Irena, sementara gadis itu tengah menjalani masa hukuman.
"Apa gue harus pura-pura belum siuman supaya bisa ketemu Irena?", gumam Tommy pelan.
***
Jennessa dan Rizky saling melempar pandangan. Mereka tidak percaya akan semua ini.
"Serius mbak, kamera CCTV-nya rusak?!", tanya Rizky dengan nada tidak santai.
"Iya, mas. Kami juga baru ingat jika CCTV ini ternyata sudah tidak berfungsi, rusak total dan sudah tidak bisa diperbaiki lagi."
Rizky nampak menjambak rambutnya frustasi. Ia bingung bagaimana ia bisa mengungkap kasus ini dan segera membebaskan Irena dari penjara.
"Lo tenang dulu, Ky." Jennessa kembali melihat petugas minimarket itu. "Kalau boleh tau, kapan CCTV ini rusak?"
Petugas minimarket itu nampak berpikir. "Waduh, kalau itu saya kurang tau juga, mbak."
Menghembuskan napas lelah, Jennessa memilih meninggalkan minimarket itu. "Ya sudah, mbak. Terima kasih dan maaf kalau kami merepotkan."
Jennessa segera menarik tangan Rizky keluar dari minimarket. Ia tahu pemuda itu sudah sangat khawatir dengan kondisi Irena.
***
Irena dan Dara nampak duduk berhadapan. Sejak awal masuk, hanya ada Dara yang bersamanya. Sementara tahanan lain Irena tak tahu ditahan di sel bagian mana.
"Lo harus optimis, Ren. Gue yakin kalau polisi sudah dapat bukti, itu pasti ngeringanin hukuman lo. Bahkan, bisa buat lo bebas dari sini. Jelas karena lo masuk disini karena difitnah orang." Saya mengusap dagu sembari menatap Irena yang nampak terdiam.
Beribu pikiran dan pikiran putus asa itu sudah menyerang Irena.
Harapan gadis itu sudah terlanjur patah.
Orang tuanya sudah tidak ada, dan teman-temannya pasti sudah tak mau berteman dengan seorang gadis dengan label 'narapidana' sepertinya. Ini semua terlalu sulit untuk Irena hadapi.
"Gue udah pasrah kak kalo seumur hidup gue harus mendekam disini. Lagian, gue udah sendirian."
Dara nampak terdiam. Hingga ia melihat Irena menggeser tubuhnya, lalu berbaring diatas lantai penjara yang dingin. Posisi tubuh Irena membelakangi Dara. Irena menangis dalam diamnya.
Dara mendekati Irena. Lalu mengusap kepala Irena dengan sayang. "Pas awal masuk sini gue juga kayak lo, kok. Ngerasa putus asa dan nggak tau mau ngapain. Tapi, kalau dipikir, ngerenungin masih nggak akan pernah membawa perubahan. "
Tubuh Irena akhirnya berbalik. Air matanya membekas dengan jelas diwajahnya. Ia lalu meletakkan kepalanya diatas pangkuan Dara.
Kedua perempuan itu akhirnya memilih diam. Dara yang mengusap kepala Irena dengan lembut, dan Irena yang menikmati usapan Dara di kepalanya, yang tentunya membawa rasa nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizky & Irena
Teen FictionYang Irena tahu, setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Dan, kesempatan berubah itu tidak hanya berlaku bagi orang-orang tertentu, perubahan bisa terjadi pada semua orang, termasuk sahabat masa kecilnya Rizk...