"Tunggu!"
Irena mencegah siswa berwajah familiar itu ketika hendak masuk ke kelas.
"Eh, lo? Ada apa, yah?", tanya siswa itu pada Irena.
Irena menghembuskan napas, matanya mengedar ke sekeliling. Untung Rizky dan yang lainnya sudah kembali ke kelas.
"Gue cuma mau mastiin, apa gue kenal lo apa nggak."
Sempat tergelak beberapa saat, hingga siswa itu tertawa pelan. "Sampai segitunya? Apa itu sebabnya kalo kita nggak sengaja ketemu lo liatin gue dengan tatapan aneh?"
"Kalo urusan itu, gue minta maaf. Tapi beneran, gue nggak ada niat apa-apa, kok. Gue cuma benar-benar mastiin aja kalo gue kenal lo apa nggak."
Siswa itu tertawa. "Santai aja, kali. Gak papa." Siswa itu kembali melanjutkan pertanyaannya. "Lo gak salah, kok. Lo emang kenal gue."
Mata Irena membulat. "Serius? Kalo gue emang kenal lo, kita satu sekolah dimana?"
"TK Cahaya Gemilang."
"Whoah! Kita satu TK ternyata! Jadi lo kenal Rizky sama Tommy, dong?", tanya Irena antusias.
"Jelas gue kenal mereka. Tommy aja dulu sering mukul gue kalo gue berani gangguin Rizky."
Otak Irena berputar cepat, mengingat-ingat tentang siswa dihadapannya ini. "Kalo begitu, berarti lo Zavi, kan? Zavier Mablevi?"
Siswa itu tertawa keras. "Lo masih ingat ternyata."
"Astaga!", ujar Irena. "Gue nggak nyangka kita bakalan ketemu lagi, satu sekolah pula. Jujur, gue hampir nggak bisa ngenalin lo."
Siswa bernama Zavier itu menatap Irena. "Beda banget, yah?"
Irena bersedekap. "Ya iyalah. Waktu bocah lo itu kelewatan tengil. Eh, udah jadi anak laki begini tampilan lo kayak orang kalem."
"Seriusan? Hm, kalo lo sendiri nggak ada berubahnya. Tetap aja nyeleneh sama kayak waktu kecil dulu. Soal Tommy, apa dia masih bar-bar?"
"Iya, malah makin parah. Lo masih takut aja sama Tommy? Takut dihajar pasti," gurau Irena.
"Kalo Tommy sih gue angkat tangan aja, deh."
Irena dan Zavier tertawa lepas saat itu. Tanpa mereka sadari sepasang bola mata memperhatikan gerak-gerik mereka berdua.
Irena memukul lengan Zavier. "Lo sok misterius banget, sih! Kenapa nggak awal masuk sekolah aja lo bilang kalo lo itu Zavi? Pake acara pengen ditebak-tebak segala!"
"Dih, siapa juga yang sok misterius? Lo aja yang nggak mau nanya langsung ke gue. Setiap ketemu liat gue kayak orang aneh. Kalaupun gue langsung kasih tau ke lo, ntar gue di cap SKSD lagi."
Irena mendengus. "Iya deh, iya."
Lagi-lagi keduanya tertawa bersama, dan salah satu dari mereka merasakan debaran menggila.
Debaran yang sudah lama tak terasa, kini kembali menggema.
*****
"Tadi lo ngomong sama siapa di depan kelas gebetannya si Bondan?", tanya Rizky ketika ia dan Irena berjalan keluar gerbang sekolah. Mereka tak membawa kendaraan masing-masing. Motor Irena tengah berada di bengkel, sedangkan motor Rizky dipinjam sementara oleh ayahnya untuk berangkat ke kantor.
Irena nampak menyeka keringat dipelipisnya. "Oh itu, dia itu Zavi, teman satu kelas kita pas TK dulu."
Dahi Rizky mengerut. "Zavi? Siapa? Kok gue nggak ingat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizky & Irena
Fiksi RemajaYang Irena tahu, setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Dan, kesempatan berubah itu tidak hanya berlaku bagi orang-orang tertentu, perubahan bisa terjadi pada semua orang, termasuk sahabat masa kecilnya Rizk...