Rizky dan Irena sama-sama terdiam kala Rizky mengatakan cinta pada Irena.
Perasaan Irena hampir saja melambung terlalu tinggi. Tapi, Irena berusaha mengendalikan diri. "Jangan geer, Na...!!! Rizky cuma bercanda!!! Tahan perasaan lo, Na. Tahan!!!"
Tak Rizky duga, Irena malah tertawa keras di sebelahnya. "Apa, Ky?! Lo suka gue?! Bwahahahahaha! Aduh, Ky!!!"
"Gue serius, Na!"
Tawa Irena mereda, berganti dengan wajah tegang.
Jadi, Rizky tidak berbohong?
Irena berdehem pelan. "Udah, udah, mending kita ke rumah Tommy, yok! Pasti disana udah banyak makanan enak," kata Irena berusaha menghindari situasi canggung itu.
Irena berjalan lebih dulu. Gadis itu meremas kedua tangannya yang terasa dingin. Berulang kali ia menepuk dadanya agar debaran itu berkurang.
"Lo mau menghindar, Na?"
Irena terus berjalan hingga Rizky terus melemparinya pertanyaan. "Nggak kok, Ky. Lo mah bercandanya horor."
"Lo masih suka gue atau tidak?"
"Masih!" Irena menghentikan langkahnya karena perkataan spontannya. Ia langsung membekap mulutnya karena perkataannya itu.
Rizky menatap Irena intens, membuat Irena langsung menundukkan kepala. Menghembuskan napas panjang, Irena membalas tatapan Rizky. "Anggap aja, apa yang lo bilang ke gue hari ini nggak pernah ada. Gue janji nggak bakalan ingat perkataan lo sebelumnya. Karena, ini pasti cuma salah paham."
Irena berjalan lebih dulu, meninggalkan Rizky dengan dada bergemuruh, sakit.
"Apa kesempatan gue udah beneran hilang?", gumam Rizky memandangi punggung Irena yang perlahan jauh.
***
Ini pertama kali bagi Irena kembali bersekolah, setelah keluar dari penjara. Awalnya ia ragu kembali bersekolah, tapi gadis itu meyakinkan diri. Lagipula, selama di penjara dia belajar banyak hal.
Sabar, ikhlas, dan tegar.
Biar saja siswa lain berkata apa, toh mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"IRENA!!!!!"
Jennessa dan Ambar berlari mendekati Irena yang berjalan seorang diri melintasi koridor. Irena bisa tertawa senang, kedua temannya itu datang menghampirinya.
"Gue seneng banget deh lo udah sekolah lagi," kata Ambar dengan wajah sangat senang.
"Gue juga sama, seneng bisa sekolah, dan ketemu kalian lagi," balas Irena.
Jennessa memandangi Ambar dan Irena secara bergantian. Penyesalan itu masih tetap ada. Ia sangat bodoh telah berbuat jahat pada Irena dulu. Hingga hubungan persahabatan Rizky dan Irena memburuk.
"Lo kenapa, Jen?", tanya Irena panik. Wajah gadis itu murung.
"Nggak papa kok. Gue cuma merenungi kesalahan gue, dulu gue jahat banget sama lo dan Rizky. Karena gue suka banget sama Rizky, gue malah buat kalian susah. Maafin gue."
Irena menghembuskan napas panjang, dan memberi senyum menenangkan. "Udahlah, nggak masalah. Semuanya sudah lewat. Lagipula, gue sama Rizky udah baikan."
"Tapi...soal perasaan lo ke Rizky?", tanya Jennessa ragu.
Jantung Irena berdebar cepat. Ingatan soal Rizky menyatakan perasaan padanya di pemakaman kemarin membuat kepala Irena sakit.
Tidak! Tidak!
Hanya ia dan Rizky saja yang tahu.
"Soal itu...lo tenang aja. Rizky udah move on kok dari Tommy. Dan gue...., yah gitu. Akan mencoba melupakan. Santuy aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizky & Irena
Teen FictionYang Irena tahu, setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Dan, kesempatan berubah itu tidak hanya berlaku bagi orang-orang tertentu, perubahan bisa terjadi pada semua orang, termasuk sahabat masa kecilnya Rizk...