Ternyata bahwa di..... Jakarta............................................
Pada tanggal...Tiga puluh Desember..........................................
Seribu Sembilan ratus Sembilan puluh -------.................telah lahir :
-------JEANNO LEE DRAMANI--------
Anak ke dua dari suami - istri : -----------------------------------------------------
------------Jonathan Dramani----------
dengan
-------------------Reyne Lee -------------------
"Bapak salah orang kali."
Seorang pria berjas hitam rapi itu tersenyum sopan untuk kesekian kalinya.
"Orang suruhan Tuan Joan bukan orang sembarangan. Lagi pula perlu bertahun-tahun kami mencari Tuan Jeanno, pencarian dilakukan dengan sangat teliti."
Jeno menghela napas, melihat selembar bukti kelahiran di depannya.
"Bapak pasti salah orang, nama saya tuh Jeno bukan Jeanno, hampir sama memang, tapikan bukan berarti saya orangnya."
Pria itu kembali tersenyum sopan, sudah hampir setengah jam dia sabar menjawab kata-kata Jeno yang keukeuh.
"Semua data sudah kami cocokkan dengan sangat hati-hati."
Jeno menautkan alis, memandang kembali kertas di meja dengan serius.
"Udahlah, Je, lo bakal jadi orang kaya kalo iya," bisik Abi, sahabat Jeno plus tetangga kosan Jeno, yang sengaja Jeno seret untuk menemaninya menemui tamu, yang kata ibu kos, 'tamu gagah, berjas, berbadan kokoh'. Jeno kira itu depkolektor, makanya Abi diseret paksa biar kalo ada apa-apa seenggaknya Jeno tidak sendiri.
"Eh, bego kalo ini jebakan gimana? Si Boyke nyuruh orang buat nyeret gue, terus tar mereka ambil ginjal gue buat lunasin utang," balas Jeno yang juga berbisik. Kini mereka berdua sedang berdiskusi, sama-sama menengok ke belakang.
Abi mendengus. "Bego, banyakan liat sinetron lo. Masa si Boyke niat banget bikin akte sama tetek bengeknya segala. Lagian, mana mau boyke ambil ginjal lo, dia kan tahu ginjal lo rusak."
Jeno berdecak. Iya, juga. Kemudian dia berbalik kembali keposisi awal, memandang selembar kertas akta kelahiran dan foto-foto sebuah keluarga kecil, yang katanya, itu keluarganya.
Beberapa detik memandang, Jeno mendecak, lalu mendorong kertas-kertas itu ke hadapan si pria berjas.
"Udahlah, lupain, Pak. Saya bukan orang yang tuan Bapak cari."
"Tapi Tuan Jeanno--"
"Yaelah, nama saya Jenno, Pak! J-E-N-O, gak pake A di tengahnya. Dan lagi, jangan panggil saya tuan, saya masih muda. Orang kaya mah ribet banget lah, ah," potong Jenno diakhiri dengan gerutuan pelan.
"Maaf Tuan Jeanno, tapi Tuan Joan meminta saya untuk menjemput anda sekarang."
Jeno menghela napas. "Maaf-maaf, nih, Pak, bukan maksud saya nolak jadi orang kaya atau gimana. Tapi, kayaknya saya bukan orang yang tuan Bapak cari deh, beneran. Saya gak ada mimpi-mimpi jadi orang kaya."
Abi menahan tawa mendengar penuturan Jenno seraya mendesiskan kata 'bego'.
"Tapi kenyataannya Tuan Joan memang saudara kandung anda Tuan Jeanno. 19 tahun terpisah apa Tuan Jeanno tidak ingin berkumpul dengan Tuan Joan lagi?"
Jeno berpikir sebentar, lalu menatap lurus orang di depannya.
"Saya gak ada chemistry, Pak, sama Tuan Joan-Joan itu. Makanya, coba Bapak selidiki lagi dah orang yang tuan Bapak cari. Anak panti Bunda Pujan, bukan cuma saya. Udah ya, Pak. Maaf-maaf nih, saya lagi nyuci." Jeno berdiri, tersenyum tipis lalu pergi dengan wajah datar.
Abi pun mengikuti, setelah membungkuk hormat 90 derajat, ala-ala drama korea.
Soalnya mendengar orang itu bicara, Abi serasa lagi baca translate-an drama.--------------TBC------)))))))
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Jeanno (Selesai)
General Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** "JE-JE, JEN, JENO, ANJIR, JANGAN KENCENGAN!!" Teriakan dan suara tawa menggema di parkiran supermarket yang sepi. Hanya ada seorang pria berjas abu-abu yang hendak menyalakan mesin mobil, tapi urung saat mend...