L

970 107 7
                                    

.
.
.
"Entahlah tapi aku ingin kepantai sekarang"

Jiyong pun memijit pelipisnya dan menghembuskan nafas kasarnya "bahkan ini masih terlalu pagi untuk kepantai, dara"

Dara pun mengigit kukunya dan memanyunkan bibirnya "aku bisa sendiri jika kau tidak mau" ucapnya.

"Ehe, ayolah. Nanti saja ya, kita sarapan dulu dan setelahnya kita kepantai" helah jiyong mengalah.

"Kalau tidak mau aku bisa sendiri, aku pergi" kesal dara dan hendak keluar dari villa milik suaminya ini.

Jiyong pun menggelengkan kepalanya dan berdiri mengejar istrinya "astaga, baiklah ayo" ucapnya dan meraih pergelangan tangan istrinya.

.
.

Usai kabar kehamilan itu diketahui oleh keluarga besar keduanya, serta beberapa teman dekat mereka berdua. Mereka memutuskan untuk pergi liburan menjelang masa wajib militer jiyong tiba. Jiyong mengajak dara yang sedang hamil muda itu pergi berlibur kesuatu pulau privat yang biasanya hanya jiyong dan orang-orang terdekatnya saja.

Disana hanya ada villa dengan fasilitas kelas kakap, dan para pegawai villa yang pastinya bukan main-main lagi cara melayani mereka. Ada satu mall yang besar serta beberapa toko belanjaan yang ada disana, ditambah hanya ada beberapa rumah penduduk yang pastinya sangat tradisional.

Pantai, pegunungan,sawah serta hamparan rumputan luas yang ada disana membuat siapapun yang datang kesana terpanah dengan pemandangan nan sejuk yang diberikan daerah tersebut.

Udara sejuk yang memberikan aksen yang sangat nyaman jika seseorang kesana, termasuk jiyong dan dara. Jiyong mengajak istrinya dan calon anaknya pergi kesana untuk sekedar melepas lelah dan juga mencari udara segar, demi kesehatan ibu dan anak itu.

Saat ini usia kandungan dara sudah hampir tiga bulan, dan itu semakin membuat jiyong lebih protektif terhadap istrinya itu, perut buncitnya pun mulai terlihat.

"Bahkan embun pagi saja masih enggan hilang" helah jiyong.

Bibir dara pun terangkat dengan senyuman merekahnya "aku suka embun pagi, ji" kekehnya.

Jiyong pun melirik istrinya dan kemudian menyulil ujung hidung dara dengan gemas "pakai jaketku" pintanya dan melepas jaket kulit hitam yang ia kenakan.

Dara pun menuruti suaminya dan mengenakan jaket itu dengan rapat.

Pintu besar dan megah itu pun langsung menampakan pantai berpasir putih dihalaman depannya dan membuat mata dara berbinar bahagia sehingga ia hilang kendali dan berlari untuk menuju kepantai itu, dengan menuruni anak tangga dengan berlari kecil.

Jiyong pun mendengus dan segera mengejar istrinya yang baru saja ingin menuruni satu anak tangga dibawah kakinya "Ya.. Ya .. Ya.." jiyong pun segera menarik pergelangan istrinya.

"Astaga dee... Ingatlah kau sedang mengandung, berbahaya jika menuruni tangga sambil berlari" helah jiyong setelah berhasil mendekap tubuh istrinya itu.

Dara pun memanyunkan bibirnya dengan wajah manisnya "aku mau cepat kepantai" ucapnya dengan aegyo.

"Ahh.. Arraseo-arraseo! Tapi jangan berlari" geleng jiyong dan membuat dara mengangguk menurutinya.

Jiyong pun merangkul istrinya berjalan menuju pinggir pantai dengan pasir putih yang halus, serta beberapa bongkahan batu yang terdapat disana.

Dara pun melepas sandal jepitnya dan mulai berjalan diatas pasir putih itu dengan senyuman riangnya.

Jiyong pun membiarkan dara dan selalu mengamati gerak istrinya, dengan kedua tangan menyilang ia pun hanya berdiri dengan lengkuhan senyum tipis dibibirnya.

Enough to knowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang