ElVandra_12

2.4K 100 0
                                    

” kak kita udah telat nih,” Vandra turun dari motor lalu menatap gerbang sekolahnya yang telah di gembok oleh satpam. Suasana sekolah juga sudah sepi. Elvan malah terlihat biasa saja duduk di atas motornya tanpa ada rasa khawatir atau takut akan kena hukuman karena telat. Berbeda dengan Vandra yang sudah panik luar biasa.

” emang udah telat setengah jam,” ucap Elvan.

” terus gimana dong?”

” tenang aja kenapa sih, panik banget cuma gara gara telat doang.”

” cuma?” Vandra berbalik menatap Elvan. ” kata cuma buat kakak itu udah biasa tapi bagi aku nggak. Aku masih anak baru masa harus telat.”

Vandra kembali memandang ke dalam area sekolah. ” gimana caranya masuk ya?” tanyanya pada diri sendiri.

” lo tahu hukumannya buat murid yang telat?” tanya Elvan yang sudah berdiri di samping Vandra entah sejak kapan sambil menyandarkan punggungnya pada gerbang sekolah.

Vandra menggeleng. ” apa?”

” di hukum bersihin toilet sekolah yang super bau bahkan lebih bau dari yang kemarin. Berdiri di lapangan sambil pake kalung kardus dengan tulisan 'GUE ANAK TELAT' terus-”

” cukup kak,” potong Vandra. ” yang kakak bilang barusan itu nggak bener kan?” tanya Vandra polos.

” coba aja kalau lo nggak percaya,” Elvan melengos dan kembali duduk di atas motornya.

Dalam hatinya vandra ingin sekali masuk, hari ini dia ada ulangan. Namun mendengar hukuman yang akan di berikan jika Vandra ketahuan telat membuat dia takut juga. Mendengar kata membersihkan toilet sekolah yang super bau membuat Vandra sudah bergidig ngeri. Kemarin saja Vandra hampir muntah kalau tidak bisa menahan. Berdiri di lapangan dengan kalung kardus, terakhir kali Vandra berdiri di lapangan dia pingsan dan mendapat masalah yang berbuntut panjang. Belum lagi rasanya menahan malu karena menjadi bahan tawa dan ejekan. Mengingat hal itu Vandra kembali bergidig ngeri.

” kak elvan mau kemana?” tanya Vandra saat melihat Elvan memakai helmnya.

” cabut. Gue bosen disini.”

Vandra terdiam. Memaksa masuk sama saja dengan bunuh diri. Kalau bolos mungkin hari ini akan jadi hari yang sangat bersejarah bagi Vandra. Untuk pertama kali dalam hidup seorang Vandra bolos sekolah. Kalau mamanya sampai tahu mungkin Vandra akan langsung di kurung di kamar dan didiamkan oleh mamah dan papahnya. Tapi kali ini Vandra sedang di hadapkan dengan dua pilihan yang sama sama merugikan.

Vandra mendongak saat mendengar suara mesin motor Elvan. ” kak aku ikut ya,” tanpa meminta persetujuan dari Elvan, Vandra naik begitu saja. Toh, Elvan juga tidak melarang.

Elvan melajukan motornya menuju satu tempat yang biasa di kunjungi saat bolos sekolah. Selama perjalanan Vandra dia saja mengikuti kemana Elvan akan membawanya. Vandra juga tidak bertanya kemana mereka akan pergi. Entah ada rasa percaya dari mana,vandra merasa tidak ada yang perlu di khawatirkan padahal Vandra baru mengenal Elvan beberapa Minggu. Elvan yang notabennya seorang bad bod yang Vandra juga tahu, tapi entah kenapa dalam diri Vandra tidak ada rasa takut saat dia bersama elvan.

” wow, so beautiful,” Vandra menatap pemandangan yang terlihat masih sangat asri dari atas bukit. Hamparan sawah serta bukit bukit kecil yang masih hijau alami.

” kak ini tempat apa?” tanya Vandra pada Elvan yang baru turun dari motor.

” Lo nggak bisa lihat ini tempat apaan,” Elvan lalu melewati Vandra begitu saja. Vandra tak ambil pusing atas ucapan Elvan. Dia memilih melihat kembali pemandangan sekitar yang sangat jarang Vandra temui. Vandra mengeluarkan ponselnya dan mengambil beberapa foto pemandangan alam serta foto dirinya. Setelah puas, Vandra pergi menyusul Elvan yang tengah duduk di atas rumput.

” aku tahu ini tempat olahraga, kalau nggak salah olahraga terjun payung.”

” paralayang. Gitu aja nggak tau,” ralat Elvan.

Vandra mengangguk. ” kak elvan sering kesini?”

” kalau lagi bolos aja.”

Vandra menatap Elvan tak percaya. ” berarti yang dikatakan orang orang itu bener kalau kak elvan sering bolos.”

” Lo tuh keseringan dengerin kata orang. Kalau mau tau tanya langsung aja ke orangnya,” Elvan bangkit lalu pergi entah menemui siapa dan berbincang bincang. Vandra kembali fokus menikmati pemandangan. Sesekali dia menggosokan kedua telapak tangannya karena udara dingin yang menusuk kulit. Tapi semua itu tidak berpengaruh, Vandra tetap mengarahkan lensa kamera ponselnya untuk menangkap setiap gambar yang dia suka.

” ayo,” Vandra menatap tangan Elvan yang tiba tiba terulur di depan wajah Vandra.

Vandra mendongak. ” kemana?” Elvan langsung menarik tangan Vandra tanpa menjawab pertanyaan cewek itu. Seseorang langsung memakaikan berbagai alat pengaman ke tubuh Vandra dan Elvan.

” kak kita mau ngapain sih?” tanya Vandra bingung dengan semua ini.

” kita mau terbang bebas,” ucap Elvan santai.

” jangan bilang kita bakal coba paralayang?” tanya Vandra dengan nada takut dan berharap Elvan akan menjawab dengan gelengan.

Elvan mengangguk mengiyakan. Melihat itu Vandra langsung lari dan Elvan langsung menyusulnya.

” aku nggak mau,” teriak Vandra sambil berlari sejauh mungkin. Tapi Elvan berhasil meraih tangan vandra.

” Lo harus coba,” kata Elvan.

” nggak.”

Elvan menyeret paksa Vandra.

” kalau jatuh gimana?”

” paling ke bawah,” jawab Elvan yang sukses membuat Vandra semakin takut.

” kak elvan,” Vandra memukul lengan cowok itu.

” Lo tenang aja, ini aman kok. Nggak usah panik gitu. Lo aman sama gue.”

” siapa yang jamin kalau aku bakal selamat?” tanya Vandra menantang Elvan.

” gue.”

Setelah itu Vandra diam. Saat semua alat pengaman telah terpasang, Elvan mendapat sedikit instruksi sebelum mulai terbang.

” ayo Van, kenapa diem aja kayak ayam sakit.”

Vandra melangkah mendekati Elvan. ” aku takut.”

” ck, gue udah bilang kalau Lo aman sama gue,” Vandra mengangguk sambil mencoba menghilangkan sejenak rasa takutnya.

” are you ready?” tanya seorang bapak bapak.

Elvan mengangguk. Setelah semua alat terpasang dengan sempurna, mereka telah siap untuk bermain paralayang.

” Van nggak usah gemetaran gitu dong.”

” aku bener bener takut.”

Setelah di beri aba aba, Elvan berlari lalu parasut mengembang dan mereka terbang.

” mamah Vandra takut,” teriak Vandra.

” dasar anak manja,” cibir Elvan.

Elvan mengarahkan parasutnya agar bergerak kesana kemari, memutari langit yang kala itu terlihat sangat cerah dan indah. Semua ini membuat Elvan merasa tenang dan bebas tanpa ada beban.

” Van buka mata Lo,” titah Elvan.

Vandra menggeleng kuat. ” nggak mau. Aku takut.”

” udah gue bilang Lo aman sama gue. Sekarang coba buka mata Lo.”

Perlahan namun pasti Vandra membuka matanya dan...

” wow indah banget. Aku terbang. Yuhuuuu...,” teriak Vandra kegirangan.

Elvan yang mendengar itu pun tidak dapat menyembunyikan senyumnya. Jika impian masa kecil Vandra adalah terbang, anggap saja sekarang dia sedang mewujudkan mimpinya itu. Senyum Vandra tak henti memudar mengagumi ciptaan Tuhan .

ElVandra(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang