Vandra berjalan menyusuri koridor seorang diri. Meli sudah menunggunya di kantin. Namun, langkah Vandra terhenti saat melihat ramainya para murid yang berbondong bondong pergi ke lapangan. Vandra yang penasaran ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi akhirnya mengikuti. Sesampainya di lapangan, hampir seluruh penjuru telah dipadati oleh para murid bahkan Vandra juga melihat meli yang sudah berada di barisan paling depan. Vandra mencoba sedikit menerobos kerumunan dan melihat apa yang terjadi. Sekarang dia melihat ada orang yang sedang adu jotos dan salah satunya adalah Elvan. Anehnya lagi dari sekian banyak orang yang berada di lapangan tidak ada satupun yang berani melerai.
” kenapa Lo pukul gue Van, Lo suka sama nih cewek?” Fahmi menunjuk seorang cewek yang tak jauh darinya. Mata cewek itu sudah memerah menahan tangis.
” ambil van, ambil bekas gue kalau Lo mau. Gue juga udah nggak butuh.” Fahmi mendorong punggung dara. Elvan sudah menatap Fahmi dengan sangat kesal. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal kuat.
” bajingan!” Elvan meninju pipi Fahmi hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah.
Adu jotos itu terus berlangsung. Fahmi dan Elvan sudah sama sama babak belur. Di wajah mereka sudah terdapat luka. Sedangkan dara hanya bisa menangis menyaksikan semua itu. Sampai beberapa saat belum ada yang berani melerai hingga satpam sekolah datang dan membubarkan kerumunan. Vandra masih setiap di tempatnya meskipun kerumunan sudah mulai bubar. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja di lihatnya. Seumur Vandra hidup, baru kali ini dia melihat dengan mata kepalanya langsung aksi saling jotos selain di televisi.
Vandra sedikit kaget saat ada sebuah tangan yang menariknya keluar lapangan.
” kak elvan,” gumamnya pelan. Vandra terus ditarik hingga mereka tiba di rooftop sekolah.
” ngapain kakak bawa aku kesini?” tanya Vandra.
Elvan diam. Dia duduk sambil membersihkan darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Belum lagi pelipisnya yang tergores dan memunculkan garis memanjang.
Merasa tidak ada gunanya Vandra berada di sana dan Elvan juga enggan menjawab pertanyaannya, Vandra memutuskan berbalik ingin pergi saja.
” temani gue.” mendengar itu Vandra kembali berbalik badan menatap Elvan yang kini memunggunginya dan menatap lurus ke depan. Perlahan Vandra mendekati Elvan dan berdiri di sampingnya. Elvan menggeser tubuhnya memberi tempat agar Vandra bisa duduk.
” siapa nama Lo?” tanya Elvan tanpa menatap Vandra.
” aku maksudnya?” Vandra menunjuk dirinya sendiri.
” Lo tuh bego apa gimana sih. Disini cuma ada gue sama Lo masa gue ngajak ngobrol angin.”
Vandra memutar bola matanya jengah. ” Vandra azkia kak.”
”gue nggak tanya nama lengkap Lo.”
Kalau yang disebelahnya sekarang bukan kakak kelas, sudah pasti Vandra ingin memakinya. Orang ngeselin plus cuma bisa berkelahi doang apa yang harus dibanggakan. Dan apa yang ngebuat para cewek cewek sampai tergila gila bahkan rela memohon mohon buat jadi pacar seorang Elvan.
Melihat Elvan yang hanya membersihkan lukanya dengan tangannya sendiri yang belum tentu bersih, Vandra jadi tidak tega. Dia mengeluarkan sebuah tisu dan di ulurkan ke depan Elvan. ”nih kak buat bersihin luka kakak.”
Awalnya Elvan hanya menatap tisu pemberian Vandra tapi akhirnya dia mau menerimanya juga. Mata Vandra beralih menatap luka yang ada di pelipis elvan.
”eh mau ngapain Lo?” Elvan menepis tangan Vandra yang hendak menyentuh luka di pelipis elvan.
Vandra menghela nafas lalu mengeluarkan sebuah plester luka dari dalam saku bajunya. ” cuma mau nutup luka kakak pake ini biar nggak infeksi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ElVandra(Completed)
Teen FictionApa maksud dari pertemuan kita? Vandra azkia seorang gadis remaja Yang memiliki kehidupan Yang sama seperti remaja lain. Hanya saja dia sering kali dihadapkan dengan dua pilihan yang mengharuskannya memilih. Saat SMP Vandra diharuskan memilih antara...