ElVandra_34

2K 91 1
                                    

” Van, gue seneng banget,” pekik meli kegirangan. Dia langsung memeluk Vandra saat mereka sudah berada di luar kelas.

” gue juga,” Vandra juga balas memeluk meli dengan erat.

Mereka baru saja selesai melakukan praktik percakapan dengan menggunakan bahasa Inggris. Kelompok meli dan Vandra terpilih menjadi kelompok terbaik ke dua.

” perlu dirayain nggak, nih?” tanya meli.

” rayain gimana?”

” makan-makan misalnya.”

” udah, makan di rumah gue aja, nanti gue ajak Chelsea,” tawar Vandra.

” emmm..” meli tampak berpikir. ” boleh deh,” katanya.

Meli kembali memeluk Vandra saking senangnya.

” ujan-ujan gini, enak nih pelukan,” ucap seseorang.

Vandra dan meli langsung melepas pelukan mereka dan menoleh pada sumber suara.

” iya, nih kak,” kata meli.

” boleh ikut meluk juga?” tanyanya diiringi senyuman.

Meli dan Vandra kompak mundur selangkah.

” bercanda kali, tapi kalau diizinkan boleh juga.”

” kak Ari belum pulang?” tanya Vandra.

” gue bawa motor jadi nunggu hujan reda,” jawab Ari.

Vandra mengangguk. Lalu salah seorang teman sekelas mereka datang menghampiri meli. ” Mel, Lo disuruh bantu Bu Fatma sebentar di ruang guru,” katanya.

” ouh, oke. Van Lo tunggu bentar ya.” meli bergegas ke ruang guru bersama cewek tadi.

Suasana kembali hening. Baik Vandra maupun Ari tidak ada yang berbicara. Mereka sama sama menatap rintik hujan yang turun membasahi bumi. Sudah hampir 1 jam tapi hujan tak kunjung reda. Suasana sekolah juga sudah sangat sepi, sebagian murid memilih menerobos derasnya hujan dibandingkan menunggu hujan yang entah kapan akan reda.

Vandra menoleh menatap Ari. ” kak, kemarin makasih udah kasih aku tumpangan,” ucap Vandra.

” Untung gue bawa mobil kalau nggak, Lo bisa pulang jalan kaki,” kata Ari.

Vandra terkekeh. Dia menertawai kecerobohannya yang tidak menyalakan alarm hingga membuat dia telat dan harus tertinggal oleh bus. Beruntung Vandra bertemu Ari yang masih berada di vila dan Ari menawarkan Vandra tumpangan. Vandra tak tau akan jadi sepeti apa nasibnya jika tidak ada Ari.

” Van,” panggil Ari.

” iya kak.”

” jauhin Elvan!” kata Ari.

Vandra menatap Ari dengan dahi berkerut. Apa dia tidak salah dengar dengan ucapan Ari barusan.

” gue nggak mau Elvan sakitin Lo,” ucap Ari.

” kak elvan nggak pernah sakitin aku.”

” mungkin nggak sekarang. Gue cuma takut suatu saat Lo bakal tersakiti.”

” tapi kakak sendiri nggak pernah lihat kak elvan nyakitin atau jahatin aku, kan?”

Ari memang tidak pernah melihat Elvan berlaku kasar pada vandra. Yang Ari takutkan bukan fisik Vandra melainkan perasaan Vandra, karena Ari tau, Elvan nggak bakal main fisik sama cewek. Ari hanya mencoba mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi.

” jangan nilai orang dari luarnya aja kak, tapi lihat juga dari hatinya,” kesal Vandra. Ari kembali seperti dulu yang hanya menilai orang dari jauh tanpa mau melihat dari dekat.

ElVandra(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang