ElVandra_22

2K 87 0
                                    

Selama perjalanan pulang, Vandra dan Elvan tidak hanya berbicara hanya suara petir yang mendominasi perjalanan mereka. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Namun sayangnya Vandra dan Elvan masih saja terjebak di dalam kemacetan yang cukul panjang.elvan berdecak dan terus membunyikan klakson nya, dia juga menyesali pilihannya yang tidak mengambil jalur yang mengikuti mobil Ari dari belakang sehingga dia dapat memastikan kalau Yasmin selamat sampai rumah dan Ari tidak menurunkannya di jalan.

Rintik rintik hujan mulai turun. Vandra menurunkan kaca helmnya lalu menunduk. Elvan juga semakin melakukan motornya dengan kecepatan tinggi. Tapi hujan turun semakin deras membuat Elvan mulai memperlambat laju motornya karena kondisi jalanan yang mulai licin. Dia akhirnya menepikan motornya di depan sebuah warung. Vandra dan Elvan berlari untuk berteduh di pelataran warung.

Vandraengibaskan rambutnya untuk mengurangi tetesan air akibat berlari tadi. Sepeti biasa, Vandra akna mengarahkan tangannya menikmati setiap rintik hujan yang menyentuh hati jemarinya seperti sebuah alunan musik. Jika orang lain akan langsung mundur jika terkena cipratan air hujan, tapi berbeda dengan Vandra yang akan selalu mendekat.

Elvan tidak memperdulikan apa yang Vandra lakuakn karena fokusnya saat ini adalah Yasmin yang telah sampai rumah atau belum. Namun sialnya ponsel Elvan mati, mungkin kehabisan baterai. Satu satunya jalan hanya menunggu hujan reda dan Elvan akan segera ke rumah Yasmin.

” ayo!” Elvan menarik tangan Vandra. ” gue panggil dari tadi, Lo budeg ya?”

” maaf,” ucap Vandra yang sedang kesusahan menyamakan langkahnya dengan Elvan.

Motor Elvan kembali melaju dengan kecepatan tinggi. Mungkin hari ini bukan hari keberuntungan Elvan, karena baru beberapa meter melaju hujan kembali turun bahkan lebih deras. Dengan terpaksa Elvan kembali menepikan motornya.

” kenapa berhenti kak?” tanya Vandra polos.

” Lo nggak lihat hujan gede.”

” tapi tanggung kak.”

” tanggung kenapa?”

” tanggung basah.”

Elvan langsung terbahak mendengar jawaban polos Vandra. ”bioang aja Lo mau modus biar bisa nempel nempel sama gue.” Elvan laku turun dari motor. ” turun nggak Lo?”

Elvan tak menunggu jawaban vandra, dia segera berlari dan berteduh di depan sebuah kios yang sudah tutup. Vandra ikut turun tapi tidak ikut berteduh seperti Elvan. Vandra justru merentangkan tangannya dan menengadahkan wajahnya menikmati sejuknya setiap rintik air hujan yang langsung menyentuh wajahnya. Vandra berputar putar seakan akan tak peduli dengan orang orang yang menatapnya aneh. Bandar juga melupakan kalau bukunya akan basah.

”jadi cewek nggak punya malu banget, gitu aja seneng,” cibir Elvan sambil memperhatikan Vandra dan tanpa sadar senyum Elvan sedikit mengembang melihat tingkah konyol Vandra.

Vandra menghentikan aksinya dan berlari menghampiri Elvan. ” ya ampun kak, buku aku basah semua,” ucap Vandra sambil meneliti buku buku yang ada di dalam tasnya.

Elvan menoleh. ” ayam dipiara bukan bego yang dipiara. Udah tau lagi hujan, masih pake seragam sekolah juga, pake nekat ujan ujanan kayak bocah,” ucapnya sembari melipat tangan di dada.

Mendengar itu Vandra hanya bisa mengerucutkan bibirnya. Elvan tuh kalau ngomong nggak pernah pake hati, asal ceplos aja.

” ayo balik!” Elvan menarik tangan Vandra.

” eh, pelan pelan kak.” Vandra segera menutup ranselnya dengan satu tangan. Kali ini Vandra berharap hujan tidak turun lagi agar dia tidak berlama lama bersama cowok seperti Elvan yang super duper menyebalkan. Pantas saja Yasmin lebih memilih Ari daripada Elvan.

” kak stop!” teriak Vandra di tengah tengah perjalanan membuat Elvan langsung mengerem mendadak. Vandra yang juga kaget helmnya berbenturan dengan helm Elvan.

” pelan pelan dong kak, kalau mau ngerem.”

” Lo yang gila. Pengen mati, udah bosen hidup. Pengen-” Vandra menempelkan jari telunjuknya di bibir Elvan membuat Elvan tidak bisa melanjutkan ucaoannya.

” hussttt...” Elvan segera menepis tangan Vandra. ” apaan sih Lo?” kesal Elvan.

” galak banget. Yang sabar dong kak.”

” terus maksud Lo apa minta berhenti mendadak?”

” katanya kakak tadi mau beli bunga. Tuh toko bunga.” Vandra menunjuk sebuah toko bunga yang berada di seberang jalan.

Elvan mengusap wajahnya gusar. Vandra benar benar polos. ” astaga Vandra, Lo itu,” Elvan geram semvariengepalkan tangannya di depan wajah Vandra.

” atau kakak lupa biar aku tunjukan pesan kakak tadi.” Vandra mengeluarkan ponselnya dan menunjukan pada Elvan chatnya tadi.

Van, anterin gue beli bunga.

Elvan membaca pelan pesan yang dikirim ya kepada Vandra. Dia langsung merebut ponsel Vandra. ” Lo punya otak?” tanya Elvan.

”punyalah,” jawab Vandra santai karena dia merasa benar.

” otak itu fungsinya buat apa?”

” buat mikir.”

Elvan mengangguk laluendekat ke arah Vandra. Sedikit menghapus jarak antara mereka. ” otak itu ada buat di pake mikir dan diasah supaya pinter. Bukan malah bego kayak lo.” Elvan kembali menarik mundur wajahnya.

” maksud kak elvan apa sih?” Vandra masih tidak mengerti dengan maksud ucapan Elvan.

Elvan menghela nafas kasar. Rupanya berbicara dengan Vandra memang harus detail. ” gue itu kirim pesen kayak gitu ke lo, supaya Lo balik bareng gue. Soalnya Yasmin pengen balik bareng Ari. Kalau Ari balik bareng Lo otomatis Yasmin bakal sedih,” jelas Elvan.

Vandra mengangguk. Kini dia mengerti kalau Elvan memang bukan benar benar menawarinya untuk pulang bersama tapi semata mata untuk menjaga perasaan Yasmin agar tidak sedih. Vandra kini juga makin bingung, hubungan seperti apa yang terjalin diantara Yasmin dan Elvan. Jika Yasmin pacar Elvan, mengapa Elvan merelakan Yasmin pergi bersama cowok lain. Atau mereka hanya sebatas sahabat. Tapi rasanya semua perhatian Elvan kepada Yasmin menggambarkan lebih dari sekedar sahabat. Semua kemungkinan yang Vandra pikirkan sungguh membuatnya pusing.

” Lo tuh buang buang waktu gue tau nggak, gue harus ke rumah Yasmin mastiin dia baik baik aja.”

Mendengar itu Vandra mengambil kesimpulan kalau Yasmin memang seseorang yang benar benar berati untuk Elvan. Bahkan sepertinya Elvan rela menukarkan kebahagiaannya untuk Yasmin.

” ayo balik, malah bengong atau mau gue tinggal?” tanya Elvan membuat Vandra tersadar dari lamunan nya. Dia segera naik ka atas motor dengan pikiran yang masih di penuhi oleh Yasmin dan Elvan.

” makasih kak,” ucap Vandra setelah turun dari motor.

” hmmm,” gumam Elvan. Dia lalu melepas helm dan menatap Vandra lama.

Tidak Vandra pungkiri dia lumayan jadi saling di perhatikan Elvan. Tidak mau bertambah geer Vandra memilih berbalik dan membuka gerbang rumah.

” Van,” panggil Elvan.

Dengan ragu Vandra kembali menoleh. ” kenapa kak?”

” lain kali jadi cewek, pinteran dikit biar yang jadi suami Lo nanti nggak nyesel udah jadiin Lo istrinya.”

” maksud kakak?”

Elvan kembali memasang helmnya. ” PR buat Lo jangan lupa cari tahu jawabannya.” setelah mengatakan itu Elvan langsung pergi.

” dasar cowok aneh.” Vandra melangkah masuk.




ElVandra(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang