Setelah bel pulang sekolah berbunyi Vandra tidak langsung pulang. Dia malah terburu buru melangkah menuju rooftop sekolah. Pada saat jam terakhir tadi, Elvan mengirimkankan chat kepada Vandra agar dia pergi ke rooftop sebelum pulang. Bagi Vandra ini terlalu aneh, Elvan sendiri tidak masuk sekolah dengan alasan ingin menjaga neneknya tapi sekarang dia menyuruh Vandra ke rooftop. Tapi rasa penasaran Vandra begitu besar hingga dia mengikuti saja perkataan Elvan.
Setelah sampai di rooftop Vandra hanya bisa celingukan mencari sosok Elvan sembari menahan rambutnya yang tertiup angin. Cuaca hari ini memang cerah dengan angin yang berhembus kencang. Yang Vandra lihat adalah kesunyian karena jarang sekali ada yang mau pergi ke rooftop sekolah, kecuali anak anak yang menjadikan tempat ini sebagai tempat persembunyian untuk membolos pelajaran.
” Lo udah sampe?” tanya seseorang yang membuat Vandra kaget.
Vandra segera berbalik menatap Elvan yang berdiri di belakangnya. ” iya kak. Kakak sendiri udah lama nunggu?” tanya Vandra.
Elvan menggeleng.
” kok aneh ya, kakak nggak masuk sekolah tapi bisa ke rooftop. Gimana cara masuknya?”
Elvan tersenyum. ” gue udah sohib banget sama satpam sekolah, jadi gue bebas aja kesini,” ucap Elvan. Dia lalu berjalan melewati Vandra.
Vandra mengekor di belakang. ” Oma kakak gimana, udah baik?”
Elvan duduk dengan pandangan menatap lurus ke depan. ” udah lebih baik,” jawabnya.
Vandra mengangguk. Tapi dia melihat wajah Elvan yang tidak secerah biasanya.
” kakak kenapa, ada masalah?” tanya Vandra.
Elvan menatap Vandra. ” gue boleh cerita sama lo?”
” boleh, kenapa nggak.”
Elvan kembali menatap lurus ke depan. Dia menghela nafasnya berat. Rasanya terlalu sesak.
” salah nggak sih kalau gue benci sama nyokap gue sendiri?”
Vandra memilih diam. Dia tidak akan berkomentar Sampai elvan selesai bercerita. Untuk beberapa saat Vandra akan menjadi pendengar yang baik.
” hidup itu bukan cuma tentang uang tapi juga tentang kasih sayang dan perhatian. Apa mereka nggak tau tentang hal itu?” Elvan lalku menyandarkan kepalanya pada bahu Vandra. ” gue nggak mau benci mereka tapi mereka juga kayak nggak pernah anggap gue ada. Seolah olah hidup mereka hanya untuk mencari uang.”
” kak, aku tau ini memang sulit. Tapi aku yakin seberapa sibuknya mereka hanya satu yang mereka pikirkan yaitu kebahagiaan kakak. Mereka rela mengorbankan waktu mereka asal semua kebutuhan kakak terpenuhi. Asal kakak nggak merasa kekurangan. Aku yakin mereka juga merindukan saat saat bersama kakak hanya saja waktunya yang kurang pas.” vandra mengelus punggung Elvan.
” percayalah mereka tetap menyayangi dan menganggap kakak sebagai anaknya. Aku bersedia jadi orang yang selalu ada disamping kakak bagaimanapun keadaannya. Aku juga bakal jadi orang yang selalu kasih pelukan biar kakak merasa tenang dan nggak ngerasa sendirian lagi.”
Jujur perkataan Vandra membuat hatinya sedikit lega. Rasanya sesak di dadanya mulai berkurang.
Vandra memeluk Elvan dari samping. ” aku yakin masih banyak lagi orang yang sayang sama kakak. jadi jangan pernah sedih lagi.”
” makasih,” ucap Elvan. Dia lalu kembali menegakkan tubuhnya. ” Van, sebenernya gue pengen ngajak Lo main sesuatu,” kata Elvan.
” hah, main, main apa kak?”
” Lo lihat itu,” elvan menunjuk sesuatu di depan Vandra.
Vandra mengikuti arah telunjuk Elvan dan dia melihat ada beberapa balon yang ditata berbaris memanjang kebelakang. ” main balon?” tanyanya heran. ” kayak anak kecil aja,” tambahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ElVandra(Completed)
Fiksi RemajaApa maksud dari pertemuan kita? Vandra azkia seorang gadis remaja Yang memiliki kehidupan Yang sama seperti remaja lain. Hanya saja dia sering kali dihadapkan dengan dua pilihan yang mengharuskannya memilih. Saat SMP Vandra diharuskan memilih antara...