ElVandra_52

1.9K 71 0
                                    

Vandra memenuhi undangan Elvan. Sore tadi Elvan mengirimkan alamat tempat mereka bertemu. Dan disinilah Vandra sekarang, menunggu Elvan disebuah cafe. Ini tempat pertama kali Elvan dan Vandra makan dulu. Lebih tepatnya Elvan yanga makan. Vandra mengaduk-aduk jusnya sembari menunggu Elvan. Sudah 15 menit Vandra menunggu tapi Elvan belum juga datang. Vandra menggigit bibir bawahnya, menimbang-nimbang apakah dia akan menelepon elvan lebih dulu atau tidak. Vandra akhirnya mengambil ponselnya hendak menghubungi Elvan tapi Elvan sudah menelepon Vandra duluan. Dia langsung menggeser tombol hijau.

” aku baru mau telepon kakak.”

” gue tau,” kata Elvan.

” tau darimana?”

” nebak aja.”

” sekarang kakak dimana?”

” lagi dijalan.”

” ya udah, aku tunggu.”

” jangan dimatiin telponnya.”

” kenapa? Entar kakak keganggu.”

” gue pengen ngobrol sama lo.”

” ya udah.”

Tiba tiba hening. Mereka berdua sama sama diam.

Vandra menarik nafas dalam.” kak, soal kemarin aku benar benar minta maaf. Aku terlalu bodoh karena aku minta putus gitu aja dari kakak. Aku nggak mikir dua kali dulu sebelum ngomong kayak gitu. Dan sekarang aku baru berani bilang maaf sama kakak karena aku terlalu gengsi. Seberapa keras aku bilang udah move On dari kakak, sebenernya aku cuma lagi persiapin diri aku buat kehilangan kakak karena resiko itu yang bakal aku dapat setelah aku bilang putus.”

Air mata vandra menetes. Isak tangisnya pun mulai terdengar. Ini yang selama ini Vandra pendam setelah putus dari elvan. Terlalu sakit memang mengakhiri hubungan dengan orang yang masih kita cintai. Tapi keputusan telah diambil dan apapun resikonya harus tetap ditanggung. Vandra harus tetap kuat bukan untuk melupakan Elvan tapi merelakan Elvan untuk tidak berada disampingnya lagi.

” jangan nangis gara gara cowok brengsek kayak gue yang bisanya cuma buat cewek nangis. Hapus air mata Lo sendiri karena gue nggak bisa hapus air mata itu. Dan jangan biarin ada orang lain yang hapus air mata itu. Maaf juga udah buat Lo nangis. Jangan maksa diri Lo buat lupain gue kalau Lo belum bisa,” ucap Elvan.

” aku emang nggak bisa lupain kakak,” kata Vandra disela sela tangisnya.

” iyalah, gue ganteng.”

Mendengar itu Vandra tersenyum tipis sambil menghapus air matanya. ” pengaruh Kak Elvan itu terlalu kuat buat aku.”

Elvan terdiam sejenak. dia menghela nafasnya.”van, Lo mau nunggu gue?”

Pertanyaan Elvan sungguh membuat Vandra bingung. Yang sedang Vandra lakukan sekarang adalah menunggu Elvan. Kenapa Elvan malah bertanya seperti itu?

” tentu kak,” jawabnya.

” gue boleh minta satu permintaan sama lo?”

Dahi Vandra mengernyit. Perkataan Elvan sungguh membuat Vandra semakin pusing. Tadi nyuruh nunggu dan sekarang mau minta sesuatu.

” apa?”

” gue minta Lo tetep cinta sama gue. Dan gue mau Lo tetap jaga hati Lo buat gue. Karena gue nggak mau lihat ada orang lain disamping Lo selain gue.”

Vandra tertawa. ” aku cuma nunggu kakak dicafe tapi kenapa kakak ngomongnya seakan-akan kakak bakal pergi jauh.”

Tiba tiba seorang pelayan datang dan memberikan Vandra sebuket bunga mawar merah dan putih serta sebuah boneka.

ElVandra(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang