ElVandra_6

2.9K 119 0
                                    

” Van, game yang ini Lo udah sampai level berapa?” Reno menunjukkan sebuah game yang ada di ponselnya ke hadapan Elvan. Tapi Elvan tetap fokus pada ponselnya dan mengacuhkan pertanyaan Reno.

” eh kunyuk, gue di kacangin,” kesal Reno.

Reno kemudian menyimpan kembali ponselnya di saku dan memilih fokus saja pada makanan yang ada di depannya. Dari pada mengurusi Elvan yang hanya akan berakhir dengan kekesalan saja.

” rupanya sang pahlawan kita sedang santai di pojok kantin,” tiba tiba Fahmi datang dan duudk di atas meja Elvan membuat Reno langsung tersedak kuah bakso yang sudah dia beri banyak sambal. Elvan tetap diam dan terus memainkan game di ponselnya seakan akan ucapan Fahmi hanyalah sebuah angin lalu.

” mungkin sapaan gue tadi nggak menarik buat Lo tapi gue jamin kalau Lo lihat ini mungkin darah Lo langsung naik dan Lo bisa koit di tempat.”

Fahmi mengeluarkan ponselnya dan membuka galeri. Setelah menscrool dan menemukan apa yang dia cari, Fahmi langsung menunjukkannya ke hadapan Elvan. Awalnya Elvan tak merespon apa apa karena dia tidak melirik ke layar ponsel Fahmi. Namun, setelah Reno menggunakan nama vandra, Elvan langsung merebut ponsel Fahmi dan menatap layarnya. Elvan menggeser dua foto yaitu foto Fahmi yang sedang mencolek dagu Vandra dan foto Vandra yang sedang menangis menutupi wajahnya dengan tangan. Elvan meremas ponsel Fahmi dan langsung menggebrak meja.

” bajingan, kalau Lo ada masalah sama gue selesaikan sama gue. Bukan bawa bawa cewek kayak gini,” mendengar semua ucapan itu dari mulut Elvan membuat Fahmi senang karena ini yang dia mau memancing kemarahan Elvan.

” sabar bro, santai aja dulu,” Fahmi menepuk pundak Elvan tapi segera di tepis oleh Elvan. Fahmi hanya tersenyum miring.

” tapi yang gue heran nih Van, yang nolongin cewek ini kemarin itu si ari. Bukannya dia cewek lo. Terus Lo kemana. Takut. Ngumpet di ketek Mama sambil nangis.”

Semua anggota geng Fahmi kompak tertawa mendengar ucapan ketuanya itu. Elvan pun sudah tidak bisa menahan emosinya lagi. Fahmi benar benar telah membangunkan singa yang sedang tidur.

” dia bukan cewek gue,” ucap Elvan penuh penekanan. Elvan lalu mencengkeram kerah seragam Fahmi. ” mau Lo apa?”

” eittsss, kalem bro. Kali ini gue lagi nggak mood buat berantem sama lo,” Fahmi menurunkan tangan Elvan yang masih mencengkeram kuat kerah seragamnya. Suasana kantin juga sudah mulai tidak kondusif. Semua menatap ke arah mereka. Ada juga yang memilih untuk pergi meninggalkan kantin.

” tapi kayanya nih cewek asik juga buat gue jadiin bahan mainan. Menurut Lo gimana Van?”

Elvan mengarahkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Fahmi. ” jangan pernah sentuh dia.”

Fahmi tersenyum meremehkan. ” emang Lo siapanya nih cewek? Bukan siapa siapanya kan. Jadi, nggak usah lebay lah,” Fahmi menurunkan telunjuk Elvan lalu mengajak gengnya untuk pergi meninggalkan kantin.

Elvan terdiam di tempatnya memikirkan kata kata Fahmi. Vandra memang bukan siapa siapanya, tapi entah dorongan dari mana Elvan ingin membela Vandra. Dia tidak suka Vandra diperlakukan seperti itu oleh Fahmi. Sama halnya saat Elvan berkelahi dengan Fahmi masalah dara kemarin. Elvan tidak menyukai dara, dia hanya tidak suka dengan cara Fahmi memperlakukan dara karena Elvan memang tidak suka kepada orang yang hanya bisa nyakitin cewek.

***

” Vandra, kita kayaknya perlu ke perpustakaan cari bahan buat tugasnya Bu Rina.”

” bener sih kata Lo. Sekarang aja gimana?”

” boleh gue juga lagi males nongkrong di kantin.”

Vandra mengangguk. Dia lalu mengambil beberapa buku dari dalam tas yang sekiranya akan dia perlukan di perpustakaan nanti. Meli telah lebih dulu bangkit dari duduknya.

” ayo Mel,” ajak Vandra. Meli mengangguk lau berjalan bersisian dengan Vandra.

Sepanjang jalan pikiran Vandra terus tertuju pada kejadian kemarin. Dia baru tersadar bahwa perbuatannya kemarin akan menambah lagi urusannya dengan Elvan.

” Van tunggu!”

Vandra menoleh kebelakang dan ternyata meli tertinggal cukup jauh. Terlalu berkutat dengan pikirannya membuat Vandra tidak menyadari kalau meli tidak lagi disisinya.

” kenapa Mel?” tanya Vandra setelah menyusul meli.

” Lo ke perpus duluan aja. Gue pengen ke toilet bentar.”

Vandra mengangguk. ” kalau gitu gue tunggu disana aja.”

Mereka akhirnya berpisah. Vandra kembali melanjutkan langkah. Namun, perjalanannya kembali terganggu karena dari arah berlawanan Vandra melihat Elvan. Hendak menghindar rasanya percuma karena Elvan telah melihat Vandra. Dia langsung memutar badannya dan berjalan berbalik arah. Mungkin niatnya untuk pergi ke perpustakaan harus Vandra tunda.

” vandra!” panggil Elvan sambil setengah berlari.

Vandra tidak menoleh, dia malah mempercepat langkahnya agar tidak tersusul oleh Elvan. Namun seberapa cepat Vandra melangkah tetap saja langkahnya tidak akan secepat Elvan. Hingga Elvan berhasil menghadang jalan Vandra.

” Lo budeg ya, di panggil diem aja.”

” maaf kak aku buru buru,” Vandra hendak melewati Elvan namun Elvan tidak membiarkan Vandra lewat.

”gue belum selesai ngomong.”

” tapi aku emang lagi buru buru,” elak Vandra.

” Lo nggak perlu cari alesan buat ngehindari gue dan Lo nggak udah Panik gitu ketemu gue karena gue bukan hantu.”

Mana ada hantu bisa Napak batin Vandra.

”tapi kak aku ud-”

” gue tadi ketemu temen Lo dan dia bilang Lo cuma mau ke perpus  cari bahan buat tugas yang bakal di kumpulin seminggu lagi.”

Kalau sudah begini tidak ada lagi yang bisa Vandra jadikan alasan. Kini dia hanya bisa menerima kalau akan ada masalah baru. Entah itu dengan Elvan atau dengan murid lain.
L
” terus kakak mau ngomong apa?”

” gue mau ngomong tapi nggak disini. Pulang sekolah gue tunggu di parkiran,” ucap Elvan.

” nggak bisa. Aku udah di jemput,” jawab Vandra dengan tegas.

” siapa yang bilang gue bakal nganterin Lo balik. Gue cuma bilang bakal nunggu Lo di parkiran.”

Vandra merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa mengontrol dan memikirkan baik baik perkataannya sendiri. Vandra juga telah membuat malu dirinya sendiri di depan Elvan. Kalau sudah begini Elvan pasti berpikir kalau Vandra memberinya kode agar bisa di antar pulang.

” okeh karena hari ini gue punya urusan sama lo, pulang sekolah nanti Lo balik bareng gue. Anggap aja gue lagi peka sama kode kodean cewek.”

Pasti sekarang Elvan berpikiran kalau Vandra adalah cewek kepedean. Entah alasan apalagi yang harus Vandra katakan agar Elvan tidak mengantarnya pulang. Vandra menepuk pelan dahi dan mulutnya. Mengapa tiba tiba Vandra jadi seperti ini. Pikiran dan perkataan tidak sejalan.

” Lo diem gue anggap jawabannya iya.”

” tapi kak, aku kan di jemput.”

” tinggal batalin apa susahnya.”
Elvan langsung pergi begitu saja meninggalkan Vandra yang masih melongo di tempatnya.

” Van, Lo kok disini. Gue kira nunggu di perpus,” ucap meli sembari menyentuh pundak vandra.

” lain kali aja. Gue lagi nggak mood,” Vandra menyerahkan semua buku yang dia bawa ke tangan meli. Vandra lalu  berjalan hendakkembali ke kelas yang langsung di susul oleh meli.

ElVandra(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang