Bab 91 Rendra memaksa Uyung ikut bersamanya

1.7K 79 1
                                    


          Keesokan harinya, saat Uyung pulang mengajar, Rendra langsung menarik tangan Uyung dan memaksanya masuk ke mobil.

         "Ada apa sih?! kok memaksa begini?!" tanya Uyung serius.

          "Aku ingin bicara penting, Yung!" jawab Rendra ketus.

          Rendra membawa Uyung ke Taman yang sepi, Rendra terus menarik dan menggandeng tangan Uyung berjalan menuju kursi yang terbuat dari semen dan batu bata.

          "Duduklah Yung, tolong katakan dengan jujur, apakah benar Pamanku adalah Ayahmu?" tanya Rendra serius.

          "Apa? dari mana kamu tahu? apakah Pamanmu yang sudah memberitahumu?" tanya Uyung heran.

         "Jadi benar Ayahmu itu adalah Pamanku?!" tanya Rendra kembali.

          "Tanya saja pada Pamanmu!" jawab Uyung ketus.

          "Kenapa hal sebesar ini kamu menyembunyikannya dari aku, Yung? kenapa!" teriak Rendra sambil menjambak rambutnya sendiri.

          Uyung terkejut mendengar Rendra marah, Uyung tidak pernah melihat Rendra semarah itu. Jantung Uyung berdebar dengan kencang, apalagi Rendra terus mendesaknya.

          "Jawab Yung!" tanya Rendra marah.

          "Kenapa kamu marah? tanyakan pada Pamanmu, kenapa dia pergi dan tidak bertanggung jawab saat Tante Rosa hamil! tanya pada Pamanmu! kenapa dia bilang kecelakaan dan orangtua Pamanmu mengaku kalau Paman sudah meninggal dunia dalam kecelakaan! apakah supaya Tante Rosa percaya? dan dia lari dari tanggung jawab? Pamanmu sangat pengecut!" jawab Uyung marah.

          "Sejak kapan kamu tahu hal ini?" tanya Rendra melunak.

          "Sejak malam itu, saat kamu melamarku!" jawab Uyung ketus.

          "Dan kamu diam saja? tanpa bicara denganku? atau jangan-jangan kamu sengaja ingin mempermainkan aku, untuk membalas dendam?" tanya Rendra gemetar.

          "Mungkin!" jawab Uyung gugup.

          "Baiklah, Yung! anggap saja kamu sudah membalaskan sakit hatimu pada Pamanku! di matamu, cintaku tidak berharga sama sekali! di matamu, aku hanya sampah yang tidak ada artinya! aku akan penuhi keinginanmu, untuk berakhir semuanya, dan tidak ada lagi hubungan diantara kita, puas?" ucap Rendra sedikit sinis.

          Mendengar ucapan Rendra, air mata Uyung mulai berlinang, Uyung tidak terima dituduh cinta Rendra tidak berarti di matanya. Rendra mulai berjalan meninggalkan Uyung dan mengajaknya pulang.

          "Aku antar kamu pulang!" ajak Rendra.

          Uyung tidak bergeming, dan masih duduk mematung. Uyung terus menangis dengan tatapan mata yang kosong. Hatinya sangat terluka saat Rendra mengatakan hubungan sudah berakhir. Tubuh Uyung gemetar dan tidak kuasa menahan kesedihannya. Rendra menoleh kearah Uyung yang masih duduk dan menghampirinya, dan berjongkok dihadapan Uyung yang sedang duduk.

          "Maafkan aku, sudah marah-marah, aku janji kamu tidak akan pernah mendengar aku marah lagi, ayo pulang," ajak Rendra merasa kasihan.

            Uyung menggelengkan kepalanya, dia tidak mampu bicara. Rendra mengusap air mata Uyung. Rendra tidak kuasa dan ikut menitikkan air mata. Uyung terus menatap wajah Rendra. Tangan Uyung mulai memegang pipi Rendra dan bicara dari hatinya yang jujur.

          "Kamu sangat berarti buatku, aku sangat mencintaimu, kenapa kamu menuduhku begitu?" ucap Uyung dengan urai air mata.

          Rendra sangat terkejut mendengar kejujuran Uyung, Rendra berdiri dan duduk disebelah Uyung dan memeluknya.

                    ***

Antara Cinta Dan Nafsu #naskahgrassmedia2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang