Bab 78 Rendra ulang tahun

1.7K 79 0
                                    

Setelah beberapa minggu pernikahan Nirma dan Roful, Rendra membuat acara makan malam di hari ulang tahun Rendra. Rendra ingin di hari kelahirannya, spesial mengundang Uyung untuk makan malam bersama. Orangtua Uyung tidak ikut dalam acara itu, karena Ibunya Uyung sedang tidak sehat badan. Uyung mengurungkan niatnya hadir di acara ulang tahun Rendra, tapi Ayahnya Uyung terus membujuknya.

"Yung, datanglah! jangan melihat Rendra karena menyukaimu, tapi lihatlah sahabat-sahabatmu, lagi pula kalian kan dulu satu Sekolah," bujuk Ayahnya Uyung.

"Iya, Ayah! tapi aku risih menghadapi Rendra!" jawab Uyung ragu.

"Ayah hanya ingin memberi tahu satu hal, Yung... Rendra anak yang baik, dia tidak pernah pacaran menurut Ayahnya Rendra. Di jaman sekarang, jarang ada pria setampan dan secerdas Rendra hanya bisa setia pada satu wanita. Jangan sampai menyesal di kemudian hari, Yung! ingat usiamu semakin bertambah. Kalau kamu menolak tidak apa-apa, tapi pikirkan baik-baik ucapan Ayah!" ucap Ayahnya Uyung sambil berlalu meninggalkan Uyung.

Uyung merenung sejenak, dia ingat kembali ucapan Kakeknya Nirma, dia ingat kembali ucapan Tante Rosa. Rendra memang anak yang baik dan setia. "Baiklah, aku janji, kalau hari ini dia mengungkapkan rasa cintanya, aku akan menerimanya, sebagai kado ulang tahunnya," ucap Uyung dalam hati sambil tersenyum.

Uyung memilih gaun panjang warna merah yang indah, Uyung mulai memoles pipinya dengan bedak. Uyung sudah siap dan mengambil kunci mobil, tapi tiba-tiba ada suara mobil berhenti di depan rumahnya. Uyung keluar dari rumah dan terkejut melihat Rendra menjemputnya.

"Kamu? mau apa kemari?" tanya Uyung heran.

"Ya, mau jemput kamulah!" ucap Ayahnya Uyung, tiba-tiba datang di belakang Uyung.

"Assalamu'alaikum Pak, saya mau ijin pada Bapak, jika di perkenankan, ingin mengajak Uyung makan malam," sapa Rendra sopan.

"Ya, tentu saja boleh, Bapak percaya sama Nak Rendra," jawab Ayahnya Uyung tersenyum.

"Ayo, Yung!" ajak Rendra.

Uyung hanya diam dan mengikuti Rendra, Uyung masuk ke dalam mobil, setelah Rendra membukakan pintu mobil, dan mempersilahkan Uyung masuk. Dalam mobil Uyung hanya diam. Rendra yang biasa menggodanya terlihat serius.

"Yung, aku mau bicara serius, dan aku janji, setelah malam ini aku akan siap mendengar jawabanmu, dan tidak akan mengganggumu lagi," ucap Rendra serius.

"Maksudmu?" tanya Uyung tidak mengerti.

"Kamu sudah tahu perasaanku, kan? aku mencintaimu sejak kita masih Sekolah. Aku ingin serius Yung, apakah kamu mau menerima cintaku?" tanya Rendra penuh harap.

"Kalau aku tidak mau bagaimana?" jawab Uyung ketus.

"Kalau kamu menolak, aku janji aku tidak akan mengganggumu lagi, aku tidak ingin kehadiranku membuatmu risih dan marah," ucap Rendra sedih.

"Oh, jadi hanya segitu ya perjuangan cintamu? dan menyerah begitu saja?" tanya Uyung marah.

"Maksudmu? aku tidak memperjuangkan cintamu? bukan aku tidak mau Yung, tapi aku tidak mau karena cintaku, kamu merasa terganggu. Mungkin kamu punya pilihan pria lain yang lebih baik dari aku," jawab Rendra.

"Itu kan menurutmu! aku tidak pernah memikirkan pria lain!" ucap Uyung kesal.

"Jadi menurutmu, aku harus bagaimana? apakah harus menjauhimu, atau apakah aku harus memperjuangkan cintamu?" tanya Rendra halus.

"Aku pilih dua-duanya saja!" jawab Uyung malu.

"Sebentar lagi kita sampai, aku ulangi lagi ya, sayang? maukah kamu jadi istriku?" tanya Rendra serius.

"Tadi tanya maukah terima cintaku? kenapa jadi bertanya yang lain?" jawab Uyung heran.

"Ya, aku serius Yung, kalau kamu tidak mau jadi istriku, aku akan menikah dengan wanita lain," ucap Rendra menguji Uyung, agar cemburu.

"Oh, jadi selama ini ada ban serep? kalau di tolak aku?! ada wanita lain? hebat ya!" ucap Uyung marah.

"Kok, ban serep? ban mobilku tidak bocor sayang... " rayu Rendra.

"Stop disini! aku mau turun! makan sana sama ban serepmu!" teriak Uyung.

Rendra menahan tawanya, Rendra sudah menemukan jawaban sendiri, kalau Uyung cemburu dan mencintainya. Rendra sengaja berhenti di sisi jalan trotoar depan toko. Saat Uyung ingin membuka pintu mobil, Rendra menarik tangannya.

"Eit, mau kemana?" tanya Rendra sambil tersenyum.

"Lepaskan! aku mau pulang!" jawab Uyung kesal.

"Masa gara-gara ban serep marah?" tanya Rendra menahan tawanya.

"Udah gak usah banyak bicara! aku malas ngobrol denganmu!" ucap Uyung tambah marah.

Rendra mengambil kotak yang berisi cincin dari sakunya, dengan tangan kanannya. Tangan kirinya masih memegang tangan Uyung.

***

Antara Cinta Dan Nafsu #naskahgrassmedia2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang