Ditengah keheningan sebuah keluarga yang menyantap makan paginya, Jisoo beranjak dari tempat duduknya kemudian memakai setelan jas berwarna hitam dan menenteng tasnya. Sesekali mengecek waktu pada jam tangannya yang terpasang di pergelangan tangan sebelah kiri, dia terlihat sangat buru-buru.
"Appa berangkat ya," ucap Jisoo mengecup puncak kepala Jia sambil mengelusnya lembut. Tidak lupa mencium kening sang istri, Hyebin.
"Eo, hati-hati Appa!" teriak Jia yang masih bertahan duduk dikursinya menyantap makanan yang hampir habis. Ditegaknya pula segelas air putih.
Tidak lama Hyebin kembali ke dalam rumah setelah mengantar Jisoo yang pergi kerja. "Sudah habis?" tanyanya melihat mangkuk nasi dihadapan Jia sudah kosong kemudian diambilnya untuk segera dicuci.
Selagi Hyebin mencuci piring dan gelas kotor, Jia berpindah tempat ke ruang keluarga duduk disantai bersandar di sofa melipat silang kedua kakinya tidak lupa setelah itu ia menyalakan televisi.
Kebiasaan Jia ketika dirumah ia akan kembali menjadi anak eomma yang pemalas dan juga manja. Karena jika di apartment Jia selalu bangun pagi, rajin, mengurus Mingyu dan Chan, menyiapkan makan pula meski terkadang Mingyu juga suka memasak membantu Jia.
Remote tv dimainkannya mencari channel yang bagus untuk ditonton. Hingga Jia menemukan siaran ulang Ellen Show yang menghadirkan bintang tamu Shawn Mendes, idola idaman Jia.
Hyebin duduk disamping Jia usai membereskan pekerjaannya. Ia duduk sambil menyilangkan kaki kemudian bersandar merangkul Jia, membuat Jia otomatis menyandarkan kepala dipundak Hyebin.
"Kemarin Gyuntae bicara apa saja denganmu?" celetuk Hyebin membuat Jia langsung mengingat kejadian semalam.
"Umm.. dia hanya bilang kalau dia membantu appa."
"Ah, begitu ya."
Jia masih tidak mengerti kenapa Hyebin masih menyinggung tentang Gyuntae. Semenjak hari itu Hyebin sempat merasa sedih dengan keputusan Jia dan menyayangkannya karena Gyuntae jadi jarang datang ke rumah orang tua Jia.
Mereka kembali fokus ke tontonan itu. Hyebin memegang tangan Jia yang diletakan di atas pahanya dan menyadari sesuatu.
"Kau masih memakainya?" kata Hyebin bermaksud menyinggung benda berwarna pink yang melingkar dipergelangan tangan Jia.
Jia mengangkat tangannya memperhatikan gelang itu. "Eo, terasa kosong bila tidak memakainya." balas Jia datar.
"Gelang dan kalungmu sangat cocok," ujar Hyebin.
Tiba-tiba Hyebin terpikirkan sesuatu yang ingin disampaikan pada Jia. "Jia-ya, apa kau mau dengar sebuah cerita?" tanya Hyebin.
"Cerita? Cerita tentang apa?" Jia menegakkan kepalanya dan merubah posisi duduk menyamping menghadap Hyebin.
Hyebin tersenyum kecil lalu memulai ceritanya, "Dulu ada dua anak kecil laki-laki dan perempuan yang bertemu untuk pertama kalinya. Kira-kira usia mereka lima tahun. Mereka bertemu karena kedua orang tua mereka yang bersahabat itu mengadakan pertemuan. Keluarga anak laki-laki itu mengunjungi keluarga anak perempuan yang berada di negara lain."
"Kedua orang tua mereka ingin mereka berkenalan dan bermain bersama. Tapi anak laki-laki ini sangat pendiam, tidak suka bicara, ia lebih suka membaca buku. Sedangkan anak perempuan dia justru memiliki sifat yang bertolak belakang dari anak laki-laki itu, ia banyak bicara, tidak bisa diam, selalu ingin bercerita dan hal itu rupanya tidak disukai oleh anak laki-laki itu."
"Setiap kali anak perempuan mengajaknya bermain pasti selalu ditolak oleh anak laki-laki. Ia pergi menjauh bersembunyi disamping orang tuanya tapi si anak perempuan selalu mendekatinya tanpa menyerah. Hingga suatu ketika anak perempuan ini menyerah dan ia justru pergi bermain sendiri dengan kucing peliharaannya dengan sedih."
KAMU SEDANG MEMBACA
PINWHEEL 2 [Wonwoo]
Fanfiction[COMPLETE] Aku tahu kita akan berpisah. Bahkan dalam cinta yang seperti mimpi pun, perpisahan adalah sebuah kenyataan. Bahkan sampai air mataku kering, aku hanya bisa menggumamkan namamu. Seberapapun aku menyangkalnya, ini tetaplah sebuah perpisahan...