Pagi ini bisa dibilang sebagai pagi paling cerah di minggu ini.
Udara terasa sangat sejuk walaupun matahari terik menyinari.
Meski begitu sepertinya seseorang tidak ingin merasakan pagi yang cerah ini.
Sayup-sayup Jia membuka matanya merasakan jika sudah waktunya untuk bangun. Tapi ia masih terjebak di alam bawah sadarnya. Matanya terasa berat untuk bisa dibuka dengan maksimal.
Jia mengulat dikasurnya.
Kepalanya terasa sakit begitu ia sadar. Tubuhnya pun juga ikut lemas.
Masih dalam posisi berbaring Jia memijit keningnya. Rasa pusing di kepalanya membuat Jia enggan untuk bangun.
Pintu kamar Jia terbuka. Hyebin muncul membawa segelas air madu.
"Kau sudah bangun?" Tanya Hyebin duduk dipinggir kasur setelah meletakan gelas di meja samping kasur Jia.
"Kepalaku sakit.." rintih Jia masih memijit kepalanya.
"Bangunlah." Hyebin membantu Jia untuk bangun dan duduk bersandar.
Kemudian Hyebin memberikan Jia air madu yang sengaja dibuatkannya untuk Jia karena semalam ia tau jika anaknya pulang dalam keadaan mabuk.
Jia meminumnya sampai habis. Setelah itu Jia kembali berbaring dikasurnya.
Hyebin membelai rambut Jia yang sedikit berantakan dengan lembut. Merapihkannya kemudian diusap pipi anak perempuannya itu.
"Eomma, aku tidak ingin kuliah." Ujarnya seraya memeluk erat lengan Hyebin.
"Eoh, geurae tidak perlu kuliah hari ini. Istirahat saja hingga kau merasa lebih baik." Hyebin mengerti kondisi Jia.
Perlahan Jia memejamkan matanya kembali tertidur dalam keadaan masih memeluk lengan Hyebin. Sambil mengamati anaknya yang tertidur Hyebin menyembunyikan rasa penasaran atas apa yang sedang menimpa Jia hingga ia mabuk dan pulang dalam keadaan tidak sadar.
.
.
🎡🎡🎡
.
.Seorang pria berbalut jas dokter berjalan dikoridor rumah sakit, ia baru saja keluar dari ruang praktek dan ingin menuju ruangan kerja pribadinya yang ada dilantai 5.
Dengan tampilan gagah dan terlihat casual pria itu menunjukkan kesan percaya dirinya yang tentu membuat semua orang tertarik melihatnya.
"Annyeonghaseyo, dokter Lee." Sapa para perawat dan karyawan rumah sakit yang ditemuinya.
"Ne annyeonghaseyo~" balasnya seraya memberikan senyuman lebar paling khas miliknya.
Drrtt.. Drrtt..
Ia merasa ada getaran dari ponsel yang diteletakannya di saku jas.
Langkahnya terhenti. Kemudian mengambil ponsel dan langsung mengangkat panggilan itu.
"Ada apa?"
"Yeoboseyo, Seokmin-ah?"
"Wae Jeon Wonwoo?" Ia melanjutkan perjalannya ke ruang kerja.
Yap, pria yang disebut dokter Lee itu adalah Lee Seok Min, sahabat Wonwoo. Sudah setahun dirinya bekerja sebagai seorang dokter di rumah sakit milik keluarganya. Seok Min hanya mengenyam pendidikan di universitas selama tiga setengah tahun. Sejak sekolah sudah dikenal cerdas, Seok Min membuktikan dirinya sudah bisa menjadi dokter muda yang keahliannya tidak perlu diragukan lagi.
Mendapat panggilan dari sahabat kecilnya itu tidak membuat Seok Min kaget seperti yang lainnya. Selama ini Seok Min tahu dimana keberadaan Wonwoo karena Wonwoo hanya bercerita padanya. Dan bisa dibilang Seok Min berbohong pada Jia dan bersikap seolah tidak tahu dimana keberadaan Wonwoo. Ini semua karena permintaan Wonwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
PINWHEEL 2 [Wonwoo]
Fanfiction[COMPLETE] Aku tahu kita akan berpisah. Bahkan dalam cinta yang seperti mimpi pun, perpisahan adalah sebuah kenyataan. Bahkan sampai air mataku kering, aku hanya bisa menggumamkan namamu. Seberapapun aku menyangkalnya, ini tetaplah sebuah perpisahan...