°Forty°

1.1K 159 16
                                    

Plukk.. Jia menjatuhkan cake yang tengah dipegangnya ke lantai.

Sekujur tubuhnya terasa lemas dan tidak bertenaga. Matanya kini dipenuhi bendungan air mata yang siap meluncur dari sudut matanya kapan saja.

Nafasnya mulai terkecekat dan dadanya pun ikut terasa sakit. Namun rasa sakit itu entah kenapa lebih perih lima kali lipat dari biasanya.

Jia berbalik kemudian melangkah pergi sambil berlari kecil meninggalkan rumah besar itu.

Jia mempercepat langkahnya menyusuri jalanan. Ia berusaha untuk menjauh lebih dulu dari rumah itu.

"Aakk.." Jia terjatuh ke jalanan karena ia berlari menggunakan sepatu berhak tinggi. Sambil duduk dijalanan Jia melihat pergelangan kakinya yang terasa sangat sakit setelah ia mencoba untuk berdiri. Rupanya pergelangan kaki sebelah kanannya terkilir.

Jia sontak menangis dengan keras. Ia merasa bodoh dan sial disaat bersamaan. Kenapa hal seperti ini harus menimpanya.

"Jia!" Tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil namanya dari arah belakang, Wonwoo.

Melihat Jia dalam keadaan seperti itu, Wonwoo segera berlari ke arahnya. Wonwoo berjongkok tepat didepan Jia. "Jia-ya, apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya khawatir.

Jia menunduk tanpa menjawab pertanyaan itu.

"Jia-ya, wae geurae?" Wonwoo mencoba menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya kemudian ia mengangkat dagu Jia agar bisa dilihat wajah kekasihnya itu.

"Kau... menangis?" Wonwoo terkejut melihat mata Jia yang sudah sangat sembab.

Jia menepis tangan Wonwoo dengan cepat. "Bukan urusanmu." Ketusnya lalu berusaha bangkit untuk berdiri.

Menyadari sikap Jia seperti itu, Wonwoo sempat terdiam bingung lalu kemudian ikut berdiri.

Jia berjalan melewati Wonwoo, dengan kaki yang sedikit pincang. Ia berusaha terus berjalan tanpa menoleh pada Wonwoo dibelakang.

"Jia-ya, ada apa denganmu? Eoh?!" Wonwoo mengejar Jia dan berdiri didepannya sambil berusaha memegang tangan Jia namun Jia menepisnya lebih dulu.

"Pergilah!" Ujarnya serius. Jia melewati Wonwoo lagi.

"Mungkinkah... kau melihatnya?"

Sontak Jia menghentikan langkah kakinya. Jia tersentak mendengar itu. Matanya sempat terpejam sesaat seraya menahan air mata.

Perlahan Wonwoo berbalik untuk menoleh pada kekasihnya yang berdiri membelakanginya.

"Kau..." Jia menarik nafas panjang sejenak. "apa kau sedang dalam keadaan mabuk sekarang?" Lanjutnya kemudian berbalik menatap Wonwoo yang berjarak dua meter dibelakangnya. Kini tatapan mereka kembali beradu.

"Mwo??"

"Tolong jawab pertanyaanku. Kau mabuk atau tidak?!" Tanyanya sekali lagi.

Wonwoo menurunkan pandangannya ke bawah. Jujur, ia tidak bisa menjawabnya. Bibirnya terasa kaku untuk mengakui kesalahannya. Wonwoo takut, Wonwoo khawatir dan Wonwoo tidak ingin kehilangan Jia. Meskipun ia tahu hal itu akan terjadi lagi untuk kesekian kalinya.

"Kau tidak mabuk."

Wonwoo tersentak mendengar perkataan itu.

"Kau dalam keadaan sadar saat menciumnya."

Wonwoo mengangkat kepalanya dan kembali melihat Jia. "Jia-ya—"

"Tolong jangan muncul dihadapanku. Aku mohon." Ucap Jia memotong lalu kembali berbalik, melangkah pergi tanpa menoleh sedikitpun.



PINWHEEL 2 [Wonwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang