Part X

56.9K 5K 312
                                    

Sekeliling ruangan terasa dingin. Walau musim gugur baru saja tiba, tapi musim salju sudah terasa sampai ke ruangan ini. Atau hanya praduganya saja? Suhu dingin ini bukanlah dari musim yang berlangsung di luar sana. Melainkan aura pekat, hitam, dan menusuk hingga ke tulang yang bersumber dari sosok agung di depannya. Tidak butuh musim salju untuk membekukan tulang belulangmu, hanya dengan lirikan tajam dari Kaisar Zhang itu sudah cukup membuatmu tak bergerak, kaku di tempatmu berdiri. Tanpa bisa melakukan apapun, hanya bergantung pada sang waktu kapan ini akan berakhir. Memang terdengar berlebihan. Namun, Jenderal Li telah merasakan ucapan itu berimbas padanya. Walau sudah sering mengalami ini, namun tatapan setajam elang itu masih ampuh mengikis keberanian dirinya sedikit demi sedikit.

Kedua lengan Kaisar Zhang berpangkuh pada meja, menautkan jari-jemarinya lalu menopang dagunya diatas sana. Matanya melirik Jenderal Li yang masih bersimpuh hormat. Menekuk kakinya ke lantai, kepala menunduk, dan tubuh membungkuk hormat.

"Bagaimana keadaan daerah Guangzhi?" Suara berat Sang Kaisar memecah sepi.

"Tidak ada aktivitas yang dinilai mencurigakan. Saat ini orang-orang mongol hanya melakukan perdagangan disana. Mereka hanya menjual obat-obatan dan rempah-rempah." Lapor Jenderal Li.

"Pantau terus, dan laporkan padaku jika ada hal mencurigakan disana. Sekecil apapun." Titah Kaisar Zhang. Ia melepas tautan jemarinya. Membuka perkamen dan menuliskan sesuatu disana.

"Baik, Yang Mulia Kaisar Zhang." Jenderal Li bangkit. Memberi hormat untuk undur diri. Ia berbalik menuju arah pintu keluar.

"Jenderal Li." Panggil Kaisar Zhang. Tangannya berhenti menulis. Kuasnya mengambang di udara. Ia menatap Jenderal Li kali ini dengan ekspresi tak terbaca.

"Ya, Yang Mulia Kaisar Zhang." Sahut Jenderal Li diambang pintu.

"Apa yang kau bicarakan dengan Selir Mei semalam?"

Sorot mata Jenderal Li terlihat kaget, namun ia menormalkan kembali. Ia sempat bertanya-tanya darimana Kaisar Zhang tau, tapi menyadari ini adalah istana. Dan tidak ada satupun yang luput dari pandangan Kaisar Zhang, Jenderal Li tidak terkejut lagi. Dengan pandangan tertunduk, ia berujar.

"Selir Mei menghukum hamba untuk mengajarinya menggunakan pedang." Hanya kata-kata itu yang ia ungkapkan. Percakapan selebihnya biarlah ia simpan sendiri, ia takut membahayakan Selir Mei. Karena sepertinya Selir Mei mengetahui sesuatu. Dia tahu dirinya seorang Pangeran yang seharusnya kebenaran itu sudah terkubur dan tidak boleh ada yang tau. Dan kebenaran itu hanya diketahui oleh Ibu Suri dan Kaisar Zhang. Lantas dari mana Selir Mei tau? Kedua sosok itu tidak mungkin memberi tahu, karena itu sebuah kemustahilan. Melihat dari watak Ibu Suri yang membenci Selir Mei dan Kaisar Zhang yang tidak memiliki rasa peduli. Sangat jelas, bahwa itu bukan dari mereka berdua. Lalu dari mana Selir Mei tau, sedangkan namanya tidak pernah tercatat dalam buku silsilah kerajaan?

"Menghukum? Kenapa dia menghukummu?"

Suara berat Kaisar Zhang, membuat Jenderal Li tersadar dari lamunannya. 

"Itu... hamba tidak mengenali Selir Mei, jadi hamba di hukum olehnya." Jenderal Li tidak memiliki penbendaraan kata-kata lagi. Ia berusaha memilih kata-kata yang tidak memicu kesalahpahaman.

Kaisar Zhang menaikkan alisnya, "Dan kau akan mengajarinya pedang tanpa seizin ku?"

"Maaf kan hamba. Hamba hanya..." Jenderal Li tidak meneruskan kata-katanya. Ia bingung. Namun disisi lain dia merasa dirinya salah.

"Tidak perlu. Ajarkan saja dia pedang. Aku juga ingin melihat keberanian Selirku." Kaisar Zhang menekan kata terakhirnya seolah-olah menunjukkan kepemilikan dan Jenderal Li menyadari hal itu.

My Dear Coldest King [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang