Part XXXIV

37.7K 3.7K 132
                                    

"Masakanmu belum selesai?"

Aya mendengus. Dan memberikan pandangan permusuhan.

"Seharusnya kau mengikuti anjuranku. Masakanku hampir selesai. Pasti aku yang akan menang nanti." Selir Ming berujar lagi.

"Ya terserah!"

Kesal, Aya mengipasi tungkunya lebih kuat lagi. Namun, terjadi kejadian lain, api itu menyambar dengan cepat. Naik ke kuali untuk makanan. Membesar dan menjalar kemana-mana. Dayang Yang berteriak meminta pertolongan. Sementara Selir Ming beserta Dayangnya menjauh sejauh mungkin. Meninggalkan meja masakan mereka. Takut terkena api.

Aya yang panik mengambil apa saja yang disekitarnya. Ia melihat air dalam mangkuk besar di atas meja Selir Ming. Diambilnya. Lalu air itu di tuangkannya ke api. Bukannya mengecil. Api semakin menjadi besar. Berkobar tinggi.

"Itu kalduku bodoh! Kau membuat masakanku hancur! Cepat padamkan apinya! Api itu membakar meja!" Teriakan Selir Ming menggema. Aya menoleh sinis.

"Aku juga tidak tau ini kaldu!"

Beberapa pengawal terjun ke perlombaan membawa air. Membantu memadamkan api. Aya berlari mencari air. Ia menemukan sebuah kendi besar dan sontak diangkatnya lalu ia bawa lari ke tempat perkara kejadian.

Menteri Hong terjatuh karena ditabrak orang-orang yang berlari panik menyelamatkan diri. Ia bangkit duduk. Ia menjerit saat tangannya diinjak oleh sepatu Aya yang datang membawa kendi besar dalam dekapan.

"Maaf maaf maaf." Kata Aya sambil berlalu.

Tidak ingin terjadi kejadian na'as lagi, Menteri Hong dengan cepat berdiri. Berlari mencari tempat sepi dan aman.

"Minggir, minggir, minggir." Teriak Aya membelah kerumunan.

Melihat api yang sudah menjunjung tinggi. Aya tidak bisa mendekat. Muncul sebuah ide yang beresiko tinggi jika tak tepat sasaran.

"Awaaaaasssss." Aya menjerit kencang seraya melemparkan kendi besarnya ke dalam kobaran api. Ia memejamkan mata dan menutup telinga takut lemparannya salah sasaran.

Para prajurit yang memandang kendi melayang yang sanggup memecahkan kepala mereka jika terhantam segera berlari kocar-kacir menjauh. Kendi itu masuk ke dalam api. Bunyi pecahan menggema keras. Namun ajaibnya. Api sedikit demi sedikit jadi kecil lalu lenyap. Meninggalkan meja patah yang gosong, ruangan yang berantakan, dan lantai kotor dipenuhi lumpur tanah.

Aya membuka mata. Menatap kekacauan yang dibuatnya.

"Apa yang kau lakukan?" Wajah Ibu Suri sangat marah.

"Aku tengah memadamkan apinya." Jawab Aya.

"Dengan melempar kendi besar itu?! Kau bisa membunuh orang!"

"Tidak ada yang mati disini dan apinya berhasil padam. Jadi, aku tidak merugikan siapapun." Sahut Aya enteng.

"Sudahlah, kekacauan ini tidak akan beres kalau kalian terus berdebat. Kasim Han, panggil beberapa Dayang dan Prajurit untuk membereskan ini. Dan perlombaan ini akan dipindahkan ke dapur istana." Kaisar Zhang membuka suara.

"Apa?! Kompetisi ini masih berlanjut! Gila!" Komentar Aya. Dengan kondisi tubuh yang berantakan.

✍✍✍

Aya melirik hasil masakan Selir Ming. Ditata di piring berhias cantik, dengan aroma yang mengguga selera lalu matanya bergulir melihat hasil masakannya. Polos dan sederhana. Hanya dua buah dimsum putih dengan isi kacang di atas piring putih itu. Tanpa hiasan. Ataupun untuk mempercantiknya. Terlalu sederhana bahkan Aya ragu akan rasanya.

"Buatan Selir Ming selalu cantik dan bagus. Pasti rasanya sangat enak. Baunya juga harum."

"Ibu Suri terlalu menyanjung. Buatan koki istana Kaisar Zhang rasanya jauh lebih enak." Selir Ming menunduk dengan rona merah dipipinya.

"Aku jadi berpikir, jika masakanmu seenak ini. Kau bisa membuat makanan untuk Yang Mulia Kaisar Zhang setiap hari. Anakmu pasti suka makanan ibunya. Wanita kan memang harus bisa memasak dan mengurus anak. Kau calon ibu yang baik."

Para Menteri dan Ibu Suri tertawa melihat Selir Ming yang tersipu malu. Aya meniup poninya bosan. Sambil menatap atap langit. Kapan kompetisi ini berakhir?

"Makanan rakyat jelata ini, kenapa dihidangkan kesini?" Tunjuk Ibu Suri ke piring satunya. Ya, milik Aya.

"Kalau tidak suka, tidak usah dimakan. Buang saja ke tempat sampah." Ujar Aya santai. Namun, ekspresinya berbanding terbalik. Datar dan tidak enak dilihat.

"Oh, ini masakanmu." Ibu Suri mengulum bibir, tatapannya mengejek.

Selir Ming menggigit bibir menahan tawa.

"Sebaiknya kita segera memulainya." Kaisar Zhang menghentikan segala pertengkaran yang timbul diantara para wanita itu.

Pencicip istana maju terlebih dulu, untuk memeriksa kelayakan dan keamanan makanan untuk Kaisar. Dia berdiri mendekati meja hidangan Selir Ming. Mencicipinya sedikit. Lalu menganggukkan kepala.

"Tidak ada bahan yang mencurigakan, semua bumbunya adalah masakan. Makanan ini aman untuk dimakan."

Kemudian bergerak ke meja Aya. Membelah dimsum itu sedikit dengan menggunakan sendok. Dan mengunyahnya. Rasanya tawar, tidak ada rasa. Jajanan di pasar malah jauh lebih enak. Teksturnya kasar dan agak keras. Tapi, masih bisa ditelan.

"Makanan ini aman." Pencicip makanan itu berjalan menjauh setelah menyelesaikan tugasnya. Giliran Kaisar Zhang yang maju. Mencicip makanan Selir Ming.

"Ini Yang Mulia." Suara Selir Ming mengalun lembut seraya memberikan sendok bersih.

Kaisar Zhang mengangguk. Mengambil kuah dan memasukannya ke dalam mulut. Kepalanya mengangguk.

"Enak."

Selir Ming tersenyum sumringah.

Kaisar Zhang bergerak menuju meja Aya.

"Penampilan luarnya sangat sederhana."

"Buang sajalah. Dari tadi dihina terus." Ketus Aya.

"Penampilan yang indah tidak menjamin rasanya akan serupa, bukan?"

"Memangnya kau yakin makananku akan enak?"

"Tidak."

"Sudah ku duga." Aya menatap sinis.

Kaisar Zhang tidak mengambil sendok yang diulurkan Aya. Ia mencubit bagian dimsum itu dengan tangannya. Mengangkatnya ke arah mulut.

"Jangan!" Selir Ming menjerit. Ia menunjuk laki-laki pencicip makanan tadi sudah tergelatak dengan mulut berdarah.

Kaisar Zhang meletakkan kembali daging dimsun itu. Bergerak ke pria itu.

Kasim Ham membungkuk memeriksa denyut nadi, "Dia sudah tewas."

"Karena apa?"

"Melihat reaksinya yang memuntahkan darah, ini persis seperti orang yang mengalami gejala keracunan."

"Kalau begitu, hanya ada satu kemungkinan. Diantara salah satu hidangan makanan itu ada racun didalamnya. Yang Mulia anda harus segera di periksa." Ibu Suri berkata cemas. Matanya beralih sinis ke arah Aya.

✍✍✍
3 Mei 2019
Cerita ini tetap lanjut sampai tamat ya. Jadi jangan ada yang nanya lagi, okay?
See you 😘
(Lagimalesbuatauthornote)

(Tengok cerita Hidden,saya sedang melanjutkannya. Siapa tau suka😄)

My Dear Coldest King [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang