--- Black Sugar ---
Dulu, dia baik dan tulus. Memandang dunia masih seperti anak kecil. Baginya semua orang baik. Hingga kebusukan itu perlahan terlihat. Tekanan, masalah dan keadaan mengubahnya menjadi buruk. Lalu ia menjadi suatu kesalahan. Dan orang-orang mengutuknya tanpa ingin mendengar atau bahkan melihat kenapa dirinya bisa sampai demikian? Orang-orang menyalahkan namun tidak ingin disalahkan. Kawan, dunia begitu egois untuk yang lemah dan yang bersalah. Setelah kau sadar dan kembali ke jalan itu. Ayo pulang, ulurkan tanganmu meski Tuhan menarik kakimu.
"Aku selalu menyesal. Tapi, terkadang aku berpikir, pernahkah sekali saja terlintas dibenak orang tuaku penyesalan telah memperlakukanku hingga seperti ini? Aku selalu ingat, kesalahan yang aku buat pada orang lain. Hingga menjadi beban. Namun, pernahkah orang juga berpikir sama sepertiku?" --- Sora.--- Another Bab ---
******
"Maulana Rumi telah menyulap bumiku menjadi permata. Dengan tanah liatku, ia bentuk semesta laksana surga."
" Itu buku yang sangat bagus."
Tersentak, Sora langsung menoleh karena suara itu berasal dari sisinya. Dan didapatnya Soka, " Dari mana kau tahu?"
"Aku sudah membacanya. Awalnya aku iseng memilihnya, ternyata lama membacanya sangat menarik. Satu kali aku hanya mendapat sedikit pemahaman. Tapi, setelah dua atau tiga aku baru mengerti. Isinya tentang perumpamaan, syair yang indah dan penjelasan dari karya-karyanya yang lain. Dari sini aku mulai jatuh cinta dengan karya-karya beliau lainnya, seperti Matsanawi, Diwan, Semesta Rumi dan lain-lain."
"Membahas apa buku ini?" Sora melirik Soka penasaran.
"Tentang cinta." Soka balas menatap. Jarak sedekat itu ia dapat melihat iris coklat Sora yang membesar dan pantulan dirinya dalam bening yang menghanyutkan.
"Cinta?" Terka Sora.
"Cinta kepada Tuhan."
" Seperti apa?"
"Aku masih mencarinya."
"Apa mirip seperti cinta antar sesama manusia?"
"Mungkin saja atau mungkin lebih tinggi dari sana. Pada manusia, cinta yang murni itu bisa diibaratkan seseorang yang jatuh cinta dan dia tidak tau kenapa ia bisa jatuh cinta pada orang tersebut."
"Bagaimana caranya?"
"Di buku ini ada sebuah kisah, Majnun yang mencintai Laila. Ditanya padanya, bukankah ada banyak gadis yang lebih cantik dari Laila? Majnun menjawab, yang aku butuhkan anggurnya bukan gelas yang bertahta. Rumi juga mengatakan, cinta tidak butuh alasan dan juga jawaban. Jika mencinta ada kata ‘karena’, itu bukan cinta."
"Wow, itu kata yang sangat indah."*****
"Sora."
"Ya?" balas Sora mendongak mencari orang yang memanggilnya dan rupanya itu Soka.
"Tadi, aku cari air kemasan rasa Cherry, tapi nggak ada di kantin. Beli di mana?"
Sora berpikir sebentar lalu bicara mennatap Soka, "Aku tadi pakai lipgloss rasa Cherry. Mungkin menempel. Tadi juga aku mau bilang, air itu sudah aku minum.Tapi, sudah diteguk habis."
Soka termangu. Ia menatap mata bening Sora bak anak kecil yang tidak mengerti apa-apa.
"Jijik ya?" Terka Sora kemudian bicara dengan rasa menyesal, " Aku juga jijik sih kalau kena air liur orang. Aku minta maaf. Aku akan lebih cepat lagi bilang. Aku itu lemot jadi agak lama menangkap maksud orang."
Kali ini justru Soka yang mendadak jadi patung. Ia mengalihkan wajahnya ke arah lain seraya berkata, "Tidak apa, itu bukan kesalahanmu. Itu kesalahanku, yang tidak kusesali."
Sora mengangguk, ia tidak mendengar ujung kata Soka.*****
Soka tertawa menutupi mulutnya. Namun, tawanya berganti senyum ketika pandangan matanya menemukan Sora yang tak sengaja bertemu tatap. Sora mengira Soka tersenyum dengan orang di belakangnya, jadi ia menoleh ke belakang dan ada Zinni yang melewatinya menuju Soka.
"Sudah belum pinjam catatan biologiku? Ini mau dipinjam Sakura temanku IPA 4."
"Iya, nanti aku balikin. Tinggal separuh lagi."
Menuju bangkunya, Mawar yang daritadi berjalan disampingnya membenturkan lengannya dan lengan Sora berulang kali seakan memberi kode.
"Kenapa?" Tanya Sora.
Mawar mengecilkan suara, "Coba kau berjalan agak jauh dariku."
"Kenapa?" Ulang Sora merasa aneh dengan permintaan Mawar.
"Turuti saja."
Walaupun bingung, Sora menurutinya hingga duduk ke bangkunya. Mawar duduk tak lama kemudian dengan raut berpikir lalu menatap Sora lama.
"Kenapa sih?" Sora penasaran.*****
"Pakai apa di bibirmu?""Oh, ini." Sora repleks menyentuh bibirnya dan mata Soka otomatis tertahan agak lama disana. Lalu terbuyar ketika Sora melanjutkan ucapannya,"lipglos. Tadi, dipakaikan Hibi. Katanya bibirku kering jadi harus pakai."
"Kenapa nggak pakai yang waktu itu? Lebih transparan." Soka beralih memindai sekitar tanpa menatap Sora. Atau melakukan aktivitas mengecek arlojinya dan kadang-kadang memainkan sepatunya.
Sora berpikir lama. Dan ia teringat lalu berujar dengan pandangan menerawang, "Oh, lipglos itu? Aku nggak ada. Itu punya Mawar. Kau masih ingat saja."
"Bagus yang waktu itu," komentar Soka tanpa diduga.
"Kenapa dengan yang ini? Ini memang agak merah sih. Terlalu menor, ya? Tapi, kata Hibi nggak merah banget. Apa aku hapus saja? Iya, ya, nanti guru curiga. Tapi, tisunya di tas." Sora menyentuh bibirnya lagi sambil berkaca di jendela laboratorium. Posisinya yang berdampingan membuat Sora bisa melihat pantulan bayangan punggung Soka.
"Sini aku hapus." Soka berbalik menghadap Sora.
Sora lantas menoleh bertanya, "Ada tisu?"
"Nggak ada." Soka menggeleng mengambil satu langkah.
"Pakai sapu tangan? Memang boleh pinjam?"
"Sapu tanganku di tas."
Sora merengut heran, "jadi pakai apa?"
Soka yang sudah berdiri agak dekat. Mengangkat tangannya. "Pakai ini." Ia mengusapkan jempolnya ke bibir Sora yang belum sempat bereaksi apapun.
"Nggak hilang, tapi lumayan menyamarkannya." Soka berlalu pergi setelah mengucapkannya.
*****
Penasaraaaaannnn????
Baca kelanjutannya di fizzo ya (◠‿◕)
Judulnya Black Sugar dengan nama pena BlueSkyLina
Kisahnya tentang remaja tapi lebih ke karma sih.
Sedikit romantis, penyesalan, selingkuh, dan memperbaiki diri. Baca ceritaku disana ya
Gratis kok nggak pakai koin sama kayak wattpad
See you temannssss (。•̀ᴗ-)✧
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear Coldest King [END]
FantasyUpdate setiap jum'at Aya seorang gadis tomboy, bertingkah kasar dan berwatak keras. Mengalami kecelakaan dan terbangun dalam sosok yang baru. Selir Mei Li. begitulah mereka menyebutnya. Mei Li, seorang gadis lemah, ramah dan juga baik. Berparas cant...