"Bian, kau melihat Jenderal Li?" Aya menghampiri Bian yang tengah diberi tugas berjaga keliling di lingkungan istana dalam.
"Aku tidak tau. Mungkin masih di tempatnya." Bian mengendikkan bahu. Dan matanya menyiratkan ingin cepat-cepat pergi.
"Nah, itu dia. Jenderal Li! Kemari!" Seru Aya.
"Ada apa?" Jenderal Li mendekat. Ia menoleh dan bertatapan dengan Bian. Mereka sontak mengalihkan pandangan.
Aya memandang bingung kedua orang itu. Mereka saling memalingkan wajah. Menyebabkan kecanggungan sangat dirasakannya.
"Kalian kenapa?"
"Tidak ada." Mereka berdua menjawab kompak. Saling melirik lalu membuang wajah lagi.
"Sebaiknya aku pergi."
Belum sempat Aya menjawab ucapan Bian. Dia langsung memberi salam hormat dan melangkah dengan cepat. Dahinya berkerut bingung memandang kepergian Bian. Aya menoleh ke arah Jenderal Li.
"Kalian sedang bertengkar?"
"Tidak ada." Jenderal Li menggelengkan kepalanya pelan.
"Ke---"
"Kenapa kau memanggilku Selir Mei?" Potong Jenderal Li.
"Oh, itu. Aku ingin membeli Dimsum dan kue kering di pasar. Tetapi, tidak diperbolehkan. Dayang Fei sedang sakit. Aku kasihan kalau menyuruhnya. Kaisar Zhang belum pulang dari menghadiri pertemuan Kerajaan sebelah. Jadi, kau satu-satunya yang bisa ku mintai tolong."
"Mau beli berapa?"
"Kau mau membantuku?"
"Aku tidak punya pilihan menolak. Lagi pula, sangat berbahaya kau keluar dengan keadaan seperti itu."
"Aku sudah mencatatnya disini. Maaf merepotkan." Aya memberikan secarik kertas ke tangan Jenderal Li.
"Tidak apa, itu sudah menjadi tugasku."
"Seandainya anakku punya ayah sepertimu. Pasti dia akan sebaik dirimu." Aya tersenyum hangat, ia mulai berjalan menjauh, "terimah kasih bantuannya."
Jenderal Li menangguk. Mengamati bayangan Aya sampai hilang dari pandangannya.
"Ya, seandainya." Bibirnya menyunggingkan senyum sedih.
✍✍✍
Setelah menyerahkan pesanan Aya. Jenderal Li keluar dari paviliun wanita itu. Seorang prajurit yang berjaga di kediaman Ibu Suri menghampirinya.
"Lapor, Jenderal. Anda dipanggil Yang Mulia Ibu Suri ke kediamannya."
"Laporanmu ku terima. Sekarang, kembali ke tempat."
"Siap Jenderal."
Pintu terkuak. Ia masuk dan memberi salam hormat kepada Ibu Suri yang tengah duduk di pembaringannya.
"Aku menyuruhmu kemari. Untuk menugaskanmu beserta sepuluh prajurit terbaik untuk bertugas ke daerah Guangzhi. Ada pemasok ilegal senjata disana. Dan kau harus menyelidiki dalang tersebut."
Jenderal Li menatap wajah Ibu Suri yang balik memandang dirinya tajam. Ia menundukkan wajah, sempat sebersit senyuman tipis nan sendu terukir dibibirnya. Namun hanya sebentar.
"Perintah Ibu Suri akan hamba laksanakan."
"Hari ini. Kau harus pergi hari ini. Karena lebih cepat lebih baik."
Bukan karena tidak ada Kaisar kan?
"Baik."
Jenderal Li undur diri lalu keluar. Ia kembali ke tempatnya dan menyiapkan perbekalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear Coldest King [END]
FantasíaUpdate setiap jum'at Aya seorang gadis tomboy, bertingkah kasar dan berwatak keras. Mengalami kecelakaan dan terbangun dalam sosok yang baru. Selir Mei Li. begitulah mereka menyebutnya. Mei Li, seorang gadis lemah, ramah dan juga baik. Berparas cant...