Part XXXVII

37.8K 4K 188
                                    

Wkwkwk... komentar kalian sukses bikin aku ketawa😆😆😆. Terimah kasih sayang-sayangku😘😘😘. Sengaja kok, aku update. Kaget? Walau nggak sampai target aku tetap up kok😄. Aku nggak mungkin sekejam itu. Dan komen sampai 2k, that is impossible right?😁

Kenapa aku bisa update? Karena komen2 nya its sooo cuteee😋. Aku nggak tega sampe 2k, dan memang mustahil. Cuman, pengen tau respon kalian terhadap cerita ini. Just it. Dan aku senyum2 sendiri bacanya😄😄😄. Kok kalian gemesin ya😁

Ok, mau double up lagi?

Tunggu suatu hari nanti😁

See youuu fanssss Aya dan Kaisar Zhang + Haters Selir Ming dan Ibu Suri wkwkwk

😘😘😘

Selamat membaca 😉

✍✍✍

Malam berlalu dengan cepat. Saatnya menjemput pagi. Dan Aya sudah bersiap merapikan dirinya. Ia memakai hanfu terbaik berwarna biru langit. Memoles wajahnya dengan bedak. Dan memberi sedikit usapan gincu di bibirnya. Jepit rambut naga merah menghias rambutnya.

Jeruji penjara miliknya di buka. Aya keluar dengan langkah mantap. Namun, ucapan prajurit yang berjaga di pintu penjara menghentikan langkahnya.

"Selamat, anda sudah bebas."

"Ya, aku memang sudah berada di luar penjara." Seloroh Aya belum paham.

"Bukan itu, anda sudah dibebaskan dari hukuman."

"Maksudnya?" Sontak Aya menoleh dan mengerutkan keningnya.

"Pelaku sebenarnya sudah ditangkap."

"Baguslah kalau begitu." Aya mengurut dadanya lega, "kau tau siapa orangnya?"

"Seorang dayang menyerahkan dirinya semalam dan mengatakan bahwa dialah yang melakukannya."

"Seorang dayang?" Alis Aya mengernyit namun ia segera mengendikkan bahu. Bukan urusannya. Yang penting sudah bebas.

Ia tiba di paviliunnya. Nampak sepi. Beberapa dayangnya membersihkan ruangan. Dan yang lain memasak. Ia memgambil tempat duduk. Mengamati sekeliling tempatnya.

Hidangan datang. Bukan Dayang Yang yang mengantarnya.

"Kau siapa?" Aya memandangnya bingung.

"Hamba, Dayang Fei, Nona. Yang Mulia Kaisar Zhang yang menugaskan hamba kemari."

"Dimana Dayang Yang? Biasanya dia yang mengantarkan makanan untukku." Aya mengedarkan pandangan.

Dayang itu diam, kemudian berkata seraya menundukkan pandangan, "Maaf, hamba tidak tau, Nona."

"Tidak apa-apa."

Hati Aya merasa aneh. Tak biasa. Ia melanjutkan makanannya.

Setelah habis makan siang, ia keluar mencari udara bebas.

"Dayang Yang, kau tau sepatuku dimana? Aku lupa menaruhnya." Mata Aya mencari di sela-sela pintu kalau-kalau sepatunya terselip.

"Ini, Nona."

"Terima kasih, Dayang Ya ..." bukan Dayang Yang. Tapi, dayang sebelumnya yang mengantarkan makanan.

Aya mengulum senyum. Ia belum terbiasa namun melanjutkan ucapannya, "... Dayang Fei."

"Sama-sama, Nona."

Aya berjalan menyusuri taman. Di tengah jalan ia bertemu Menteri Hong.

"Apa kabar, Menteri Hong?"

My Dear Coldest King [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang