Part VII

58.5K 5.3K 325
                                    

Hari telah berganti malam. Langit menghitam pekat. Hanya sinar rembulan setengah menjadi penerang. Sementara bintang-bintang memilih menyembunyikan kemilau cantiknya dibalik awan-awan kelabu. Aya dengan terusan hijau lembut dan rambut yang digulung setengah serta dipercantik dengan jepit rambut naga emas di gulungannya. Dan wajah yang telah dirias sedimikian cantiknya, bertabur bedak dan gincu merah. Berjalan pelan menuju ruang perjamuan. Para dayang mengikuti dibelakangnya.

Ia diminta hadir untuk menghadiri jamuan makan malam yang diisi oleh para petinggi istana beserta kedua orang tuanya dalam rangka mengantar kepulangan Kaisar Qing dan Pemaisuri Jiao untuk kembali ke kerajaan asalnya esok hari. Jika bukan karena kedua orangtuanya, ia tidak akan kesana dengan pernak-pernik merepotkan yang dipakainya. Dari arah depan terlihat rombongan Selir Ming disisi jalan setapak menuju halaman depan ruang jamuan.

Aya menatap datar pada Selir Ming yang belum menyadari kehadirannya. Teringat, gara-gara wanita itulah ia harus menjalani hukuman konyol itu. Selir Ming memakai sutra merah dengan wajah penuh akan bedak dan terlihat berlebihan, seakan menimbulkan kesan seksi dan menggoda. Jalannya berlenggak-lenggok bak menggoda iman para kaum laki-laki yang memandangnya.

Selir Ming melirik seseorang yang mendahuluinya. Ia terkejut mendapati itu adalah Selir Mei. Ia lantas mencegat langkah Aya.

"Bukannya kau dihukum?" Tanya Selir Ming sinis. Alisnya mengerut heran menatap keberadaannya. Dibayangannya, Yang Mulia akan memenjarakan Selir Mei sampai beberapa waktu mungkin. Hingga ia tidak harus tarik urat setiap kali bertemu Selir Mei.

Dengan santai, Aya menjawab, "Oh kau tidak tau? Dia hanya memberiku pelajaran dasar tata krama dengan Dayang Kepala Istana sebagai pengajarku. Sepertinya dia sangat sayang padaku." Mata Aya menyipit senang dengan senyum lebar di bibirnya yang merupakan kepura-puraan. Dan senyum Aya bertambah lebar melihat raut kesal Selir Ming.

"Omong kosong! Yang Mulia tidak mungkin sayang padamu. Pasti kau berbohong. Kau dihukum yang berat bukan?"

"Kau tidak percaya?" Mimik wajah polos Aya, bertambah kali lipat membuat Selir Ming kesal bercampur sebal. Kuku-kukunya yang berwarna merah seakan ingin mencakar rupa Aya yang terlihat menyebalkan dipandangannya.

"Gunakan otakmu Selir Ming, tidak mungkin seorang terpidana bisa keluyuran kesana-kemari tanpa ditangkap oleh prajurit disekelilingnya." Aya menarik ujung bibirnya, "dan kau tentu tau, tidak ada satu selirpun yang berhasil masuk ke wilayah peraduannya."

"Tapi, kau kan sedang mendapat hukuman disana."

"Kaisar bisa saja menghukumku dimana saja, tapi kenapa harus di peraduannya. Dengan waktu yang lama kemarin, kami bisa melakukan banyak hal." Aya memasang wajah serius. Dengan ekspresi meyakinkan, ia tersenyum mengejek ke arah Selir Ming. Lalu berpaling pergi, melangkah masuk ke pintu ruangan jamuan.

Sementara Selir Ming gusar bukan kepalang. Kakinya menghentak lantai, "Kaisar tidak mungkin melakukannya kan? Selama ini, kata Ibu Suri Kaisar membenci wanita itu. Tapi, kenapa arggghh..." Selir Ming membanting cermin ditangannya. "Aku harus mengadukan ini pada Ibu Suri." Ia cepat-cepat menyusul langkah Aya.

✍✍✍

Kedua daun pintu itu terbuka. Menampilkan ruangan luas dengan belasan meja kecil yang diatasnya ada makanan lezat serta arak tersedia disemua meja. Bagian ujung dengan undakan tinggi, diisi oleh meja untuk Kaisar. Dengan ukuran lebih besar dari yang lainnya serta pahatan dan ukiran naga di kaki-kaki meja. Sementara bagian tengah ruangan sengaja dikosongkan, sebagai tempat salam penghormatan untuk Yang Mulia Kasiar.

"Yang Mulia Selir Ming Xia memasuki ruangan." Seru pengawal seraya membukakan pintu.

Selir Ming berjalan dengan pelan, dengan langkah anggun dan senyuman centilnya ia berlutut lalu bersujud menyentuhkan kepalanya ke lantai pada Yang Mulia Kasiar Zhang.

My Dear Coldest King [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang