Part XVII

51.7K 4.9K 807
                                    

Kaisar Zhang terkejut melihat seseorang dalam permandiannya, emosinya tersulut. Namun kala menyadari itu Aya, entah kenapa amarahnya mereda.

"Kau, sedang apa?" Kaisar Zhang melirik Aya yang menenggelamkan tubuhnya sampai leher.

Mendapat pertanyaan berbeda, berarti dia tidak mendengar panggilannya barusan. Aya menghela nafas lega. Aya menatap Kaisar Zhang sambil mencari-cari jawaban yang bagus.

"Mmm ... berenang?" Jawab Aya tak yakin.

"Benarkah?" Satu alis Kaisar Zhang naik, matanya menyorot penuh penilaian dan kakinya selangkah demi selangkah maju. Mendekati kolam tanpa alas kaki. Karena sepatunya telah dilepas di depan pintu masuk.

"Tentu saja! Untuk apa aku ada di air kalau bukan untuk berenang." Jawab Aya sengit. Merasa kesal terus didebat Kaisar Zhang.

"Apakah kau tau ini permandian milik siapa?"

"Milik anggota kerajaan, begitu kata Selir Ming padaku." Setidaknya jika dia salah, dia tidak sendirian di hukum. Pertanyaannya terasa dejavu, Aya terkenang dengan Mei yang di hukum cambuk. Tapi dibanding itu, dia harus menyelamatkan dirinya terlebih dahulu. Dia bisa membalas Kaisar Zhang kapan-kapan.

"Lantas, kau percaya?" Kaisar Zhang menelisik rupa Aya, mengamati emosi yang tengah bermain di wajah wanita itu.

"Ku dengar, kau dan Selir Ming selalu bertengkar jika bertemu. Dan kau mempercayai apa yang dikatakan musuhmu?"

Aya bungkam. Pernyataan Kaisar Zhang menghantamnya dengan telak. Iya ya, mengapa dia percaya? Dan masuk ke dalam perangkap Selir Ming. Bodoh sekali kau Aya!

"Aku ...," Aya memandang kembali Kaisar Zhang, matanya sukses melotot, dan tangannya menunjuk sosok dihadapannya yang tengah melepas jubah. Alasan untuk menjawab pernyataan Kaisar Zhang sirna dari pikiran. Yang ada kengerian di pelupuk matanya.

"Kau mau apa?"

"Aku mau berendam." Kaisar Zhang mulai membuka lapisan hanfunya.

"Ta--tapi, aku masih disini!" Ucap Aya gelagapan. Melihat setiap gerakan Kaisar Zhang yang meletakan hanfunya di lantai.

"Ini permandian milikku dan kau selirku. Apa yang dipermasalahkan?" Kaisar Zhang membalas enteng. Sembari melucuti pakaian dalamnya sendiri.

"Hentikan!" Aya berteriak cemas. Melihat dada bidang sudah terpampang didepan matanya, "jangan buka itu!" Mata Aya mengarah ke bagian bawah tubuh Kaisar Zhang yang masih tertutupi.

"Aku mau mandi, Mei. Tidak mungkin aku memakai pakaian saat membersihkan tubuhku. Kau pun sedang telanjang di bawah sana bukan?" Sudut bibir Kaisar Zhang terangkat ke atas, membentuk seringaian.

"Aku tidak telanjang!" Geram Aya.

"Mau aku membuktikannya?"

Aya berniat membalas tapi terhenti melihat tangan Kaisar Zhang yang hendak membuka ikatan kain di bawah tubuhnya. Ia menutup pipinya yang memerah menggunakan tangan. Menggumpat dengan keras.

"Sialan!"

Terdengar kecipak air. Aya mengintip dibalik sela tangannya. Memandang Kaisar Zhang yang sedang menyela rambutnya menggunakan jemari. Dari dahi hingga belakang kepalanya. Dengan sebagian tubuh teredam air. Dan uap air menutupi ketelanjangannya. Aya menggelengkan kepala dengan keras membayangkan kalimat terakhir. Ia memundur tubuh, menjauhi Kaisar Zhang. Mendekatkan dirinya pada tepian kolam untuk naik.

"Mau kemana?"

Aya berbalik kesal, "Kau mandi dan aku pergi!"

Kaisar Zhang menautkan kedua alisnya, "Bukankah tadi kita sedang bertaruh kau telanjang atau tidak?"

My Dear Coldest King [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang