Part XLVI

36.3K 3.2K 115
                                    

Kaisar Zhang tersenyum kemenangan. Ia meletakan sepiring makanan yang diminta Aya ke atas meja. Sedangkan wanita itu terperangah tak percaya. Nalarnya tak habis menjangkau makanan didepannya dan wajah angkuh pria itu.

Setelah seharian mencari makanan ini ke segala penjuru daratan China. Ia menemukan satu orang pedagang yang bisa memasak makanan ini. Awalnya ia tidak mengerti, namun setelah pedagang itu menjelaskan bahwa ia seorang pedagang sekaligus pengelana yang sudah singgah ke beberapa negeri. Taulah bahwa makanan ini berasal dari negeri yang amat jauh. Di kelilingi lautan tanpa batas. Rempah-rempah yang melimpah. Keindahan alam yang sangat indah layaknya surgawi. Ia jadi penasaran, bagaimana bentuk negeri itu? Bahkan pengelana ini sampai terkagum-kagum menjelaskan negeri seberang. Adakah yang lebih indah dari negerinya?

"Bagaimana... bisa?"

Ia kembali sadar kala mendengar pertanyaan itu. Kaisar Zhang menatap Aya menarik sudut bibirnya menyeringai.

"Kau melupakan bangsa kami yang seorang pedagang dan penjelajah."

Wah, iya ya. Kenapa kepalanya tidak berpikir sampai sana? Bukankah bangsa China sedari dulu sudah terkenal dengan pelayarannya? Jika pada saat ini adalah pemerintahan kerajaan. Apakah di negerinya sendiri sedang berlangsung sistem kerajaan yang sama? Majapahit, Sriwijaya, dan lain-lainnya. Wah, ia jadi ingin melihat Candi Prambanan. Bukankah belum terbentuk? Ia jadi ingin melihat prosesnya.

"Kau tidak lupakan taruhan kita? Nanti malam dandan yang cantik dan makanlah yang banyak. Malam ini akan kerja rodi."

"Dasar Mesum! Gila! Sinting! Hap!" Aya menutup bibirnya dengan tangan sebelum bibir Kaisar Zhang mendarat. Alhasil, pria itu mencium punggung tangannya.

"Cepat habiskan makananmu! Atau kita melakukannya sekarang." Ancam Kaisar Zhang.

"Kau tidak bisa melakukannya. Kata tabib, itu tidak baik untuk awal pertumbuhan janin. Karena bayiku masih sangat-sangat kecil dan rentan."

"Benarkah? Kasim Han kau mendengar penuturan tabib kemarin." Kaisar Zhang menolehkan kepalanya sambil berseru.

"Iya, Yang Mulia. Tabib tidak menyarankan untuk berhubungan badan dalam waktu dekat." Jawab Kasim Han dari luar ruangan.

"Sampai kapan?"

"Sampai kandungan Selir Mei berumur dua bulan."

Aya menjulurkan lidahnya mengejek ke frustasian Kaisar Zhang. Wanita itu terkekeh setelahnya. Dan mulai menyantap makanannya.

"Selamat menderita, Yang Mulia."

"Apakah kau sebahagia itu melihatku menderita?"

"Oh, tentu!"

"Setelah ku pikir. Kita adalah pasangan yang aneh."

"Hahaha ..."

✍✍✍

"Kau harus menghentikan niatmu, Yang Mulia."

Kaisar Zhang mengangkat wajahnya, melihat Wanita paruh baya itu mendatangi meja kerjanya. "Ibu Suri, bukankah kita sudah membahas ini?"

"Dan aku tetap tidak setuju. Mengenai pengangkatan Selir Mei sebagai Selir tingkat pertama aku bisa memaklumi. Tetapi, rencanamu yang kau sebutkan di pertemuan malam ini. Aku menentangnya dengan keras. Selir Mei tidak berhak menduduki posisi Pemaisuri."

"Apa yang menjadikannya tidak berhak? Lalu siapa yang berhak?" Tangan Kaisar Zhang memijat hidung. Ia tebak, diskusi ini akan panjang.

"Dia bukan dari suku kita. Dan keturunan dari darah campuran tidak berhak menjadi Putra Mahkota. Tradisi, Yang Mulia. Siapapun yang menduduki Singgasana Kaisar dan Pemaisuri harus dari suku yang sama dan keturunan turun-temurun. Dan Selir Ming mencakupi syarat itu semua." Terang Ibu Suri. Matanya menatap tajam tak terbantahkan.

My Dear Coldest King [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang