Part XLI

38.8K 3.9K 202
                                    

Mau bicara sebentar. Sepertinya banyak perdebatan di antara kalian ya mengenai kematian Dayang Yang dan ketidakbecusan Kaisar Zhang.

Saya tidak menyalahkan kalian mengenai pikiran kalian masing-masing. Itu hak semua orang. Kalian bebas berpendapat. Saya juga tidak sakit hati (kadang-kadang wkwkwk😅) dengan semua tanggapan.

Sejak awal saya menuliskan karakter Kaisar Zhang adalah sosok yang kejam. Tapi, bukan berarti dia bisa mencabut nyawa seseorang sesuka hatinya dan menghidupkannya sesuka dia. Dia bukan Tuhan. Dan bisa berlaku sewenang-wenang. Dulu dia menghukum Mei hanya gara-gara mandi di kolamnya, menurut saya itu wajar. Karena dulu dia tidak punya hati dan menghukum orang secara kejam sesuai kesalahannya. Sejak awal, Kaisar Zhang menghukum seseorang jika mereka berbuat salah bukan orang yang tidak bersalah dia hukum. Kalau kasus Dayang Yang lain lagi. Ada banyak pertimbangan dan pasti ada korban. Jika Zhang menolong dayang yang, istana akan bergolak. Terjadi perpecahan. Ibu suri akan melaksanakan niatnya. Dan mungkin akan terjadi peperangan china dan korea. Hanya gara-gara menyelamatkan satu orang. Puluhan orang akan mati jika itu benar terjadi. Dan dayang yang bukan sosok yang bodoh, ia mengorbankan dirinya dia sudah memperkirakan itu semua. Harus ada yang berkorban. Karena dialah orang yang memungut kertas yang dibuang Aya. Tapi saya tidak menangkan semuanya di cerita ini karena saya ingin kalian menebak sendiri alurnya. Tapi, tak apa. Sekali lagi, saya ingin membebaskan imajinasi kalian dan pendapat.

Saya juga ingin membuat tokoh saya benar-benar hidup. Dalam cerita mereka sendiri. Dan hidup itu ada karmanya dan setiap perbuatan ada balasannya. Seperti Aya yang menyelamat kedua orang tua Mei maka harus ada orang yang mati untuk menggantikannya.

Kalau masih ada yang kurang atau kalian masih bingung. Komen aja😉

See youuu ....😘

✍✍✍

Pagi, di hari yang sama, Selir Ming berjalan bersama para dayangnya. Ia hendak menuju ke Paviliun Ibu Suri. Melangkah pelan di jalan setapak. Sinar matahari tidak terlalu menyengat kulit. Awan-awan putih berarak di khatulistiwa. Udara tercium segar. Angin berhembus pelan. Ia merasakan kerikil tajam dan kasar di tapak sepatunya.
Sejumlah dayang istana membungkuk selagi ia berjalan melalui mereka.

Dari ujung mata tak sengaja menangkap wanita berpakaian serba putih yang ikut berbaris dibelakang para dayang. Selir Ming sejenak menghentikan langkah, memastikan apakah dirinya salah lihat atau tidak. Didorong rasa penasaran ia menengok ke barisan para dayang. Kepalanya mengedar namun tidak ada sosok yang dicarinya. Tidak ada perempuan mengenakan hanfu putih.

Dahi Selir Ming mengernyit, ia berusaha melupakan bayangan itu. Mungkin dirinya salah lihat. Ia meneruskan langkah.

✍✍✍

Hari bergerak senja. Matahari di kaki langit. Masih memancarkan sinar jingganya. Selir Ming melangkah seorang diri di paviliunnya. Lorong yang redup. Hanya bercahayakan lilin yang di sekat dinding. Tubuhnya serasa segar sehabis mandi. Berbalut hanfu tipis ia menuju letak kamarnya. Dayang-dayang masih berkutat membersihkan ruangan dan menyiapkan makanan. Suasana yang hening yang seharusnya ia sudah terbiasa akan hal ini. Namun tampak terasa berbeda sekarang. Ada sesuatu yang mengganjal hatinya. Menjadikan dadanya berdetak-detak tanpa sebab. Seraya berjalan, ia memperhatikan langkahnya. Seharusnya ada bayangan tubuhnya sendiri di lantai itu tapi kali ini, ada bayangan hitam lain di lantai yang berjajar dengan bayangannya. Menandakan ada seseorang yang berdiri di belakangnya. Tetapi, yang menjadikan heran, ia sama sekali tidak mendengar suara langkah kaki selain langkahnya sendiri.

Dada Selir Ming semakin berdegup liar. Ia merasakan deruh napasnya tak lagi pelan. Langkahnya mulai kaku. Matanya terus menatap ke bayangan itu. Berantisipasi atau menduga-duga dalam kepalanya. Pintu kamar seakan berjarak kilometer jauhnya. Padahal hanya sepuluh langkah lagi. Ada rasa penasaran sekaligus ketakutan. Tetapi, penasaran justru mendominasinya.

My Dear Coldest King [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang