Part XXII

47.5K 4.5K 152
                                    

"Sepertinya kalian nampak akrab sekali. Apakah kedatanganku menganggu kesenangan kalian?"

Suara berat itu melambatkan laju lari keduanya. Lantas kedua sosok itu menoleh dan menghentikan segala aktivitas yang terjadi diantara mereka. Senyum jahil di wajah Jenderal Li luntur seketika. Begitupun senyum bahagia Aya. Bibir wanita itu mencebik dengan pandangan menyipit.

"Sudah tau malah bertanya." Kata Aya santai. Aura permusuhan begitu kental di matanya. Namun, Kaisar Zhang mengabaikan perkataan Aya yang sudah biasa tajam didengarnya.

"Maaf, Yang Mulia. Hamba tidak melihat kedatangan anda." Jenderal Li memberi hormat. Wajahnya sudah serius.

"Tentu saja kau tidak melihat diriku, kau terlalu asyik bermain dengan Selirku di belakang sini." Kata-kata sindiran itu tepat mengenai Jenderal Li. Walau wajah itu selalu terbingkai dingin entah kenapa hari ini jauh lebih dingin dari biasanya. Sorot merendahkan terpancar kuat di kedua bola mata Kaisar Zhang.

"Maafkan atas kelancangan hamba." Jenderal Li menundukkan kepala.

Aya mengamati kedua sosok dihadapannya. Yang satu menghujam dengan tatapan tajam dan satunya lagi tertunduk dilingkupi penyesalan. Ia menarik napas, dugaannya perbincangan kali ini akan panjang.

"Maaf, menginterupsi perbincangan romantis kalian. Sepertinya aku tidak dibutuhkan disini. Jadi, aku akan pergi." Ia berbalik badan. Mengambil langkah pergi.

"Aku juga akan berbicara denganmu nanti, Mei." Ucap Kaisar Zhang walau tatapannya masih terarah ke Jenderal Li.

Aya memutar mata lalu mendengus jengkel, dan itu mendapat lirikan mata Kaisar Zhang.

"Kau tidak suka?" Kaisar Zhang kembali lagi berkata.

Aya berbalik, menatap mata Kaisar Zhang. Matanya seakan berbicara banyak hal, kebencian dan ketidaksukaan melingkupi manik coklat Aya, "Tepatnya aku membenci keberadaanmu."

Perkataan itu tepat menghujam ulu hati Kaisar Zhang. Ia terdiam bungkam. Kasim Han memandang panik. Jenderal Li sendiri kehabisan kata-kata untuk meredam tatapan kebencian di mata Aya.

Beberapa menit berlalu tegang. Tautan mata kedua sosok yang bersitegang tidak putus. Saling menatap tajam. Bibir Kaisar Zhang menipis. Urat di lehernya nampak terlihat. Tangannya mengepal ketat hingga jemarinya memutih. Ia membuang pandangan. Menarik napas. Menatap rerumputan seakan lebih menarik.

Kaisar Zhang berkata pelan, "Aku memaafkan kata-kata yang tidak sengaja kau ucapkan."

"Aku tidak butuh dimaafkan. Dan aku tidak sengaja mengucapkannya. Itu murni pendapatku." Aya bersikukuh. Kepala Kaisar Zhang langsung berpaling, tatapannya berubah sengit.

Kasim Han bergerak panik, "Yang Mulia, bukankah anda ingin membahas permasalahan di daerah Guangzhi? Jenderal Li sudah siap untuk menjelaskan." Pria itu berusaha mengalihkan pembicaraan yang sudah terlanjur panas diantara Aya dan Kaisar Zhang. Dan memberi kode kepada Jenderal Li untuk memisahkan kedua macan yang sudah siap mengeluarkan taringnya untuk bertarung.

"Oh, iya. Hamba memiliki informasi penting terkait permasalahan di daerah Guangzhi."

"Guangzhi bisa menunggu. Aku harus menyelesaikan masalah dengan gadis kepala ini terlebih dulu."

"Setahuku kita tidak memiliki permasalahan yang harus di selesaikan."

"Kaulah yang membuat segala hal menjadi masalah, Mei."

"Anda saja yang terlalu sensitif. Bukankah anda sudah biasa menghadapi orang-orang yang tidak menyukai keberadaan anda? Lantas kenapa denganku menjadi masalah?"

My Dear Coldest King [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang