Part XXIX

42.3K 4K 95
                                    

Aya menggelengkan kepala mengingat kejadian tempo hari. Aksinya mengompol benar-benar memalukan. Tapi, siapa sih yang bisa bertahan dari gelitikan maut seperti itu? Mengingat hanya Kaisar Zhang yang tau, ia mencoba mengabaikan. Toh, ia sudah sering mengalami kejadian yang membuat urat malunya putus didepan pria itu. Jadi, bukan masalah lagi.

Matanya tak sengaja melihat seorang prajurit sedang duduk di taman kerajaan. Ia hendak pergi namun terhenti kala sebuah perasaan familiar menghampirinya. Ditatapnya lagi wajah prajurit itu dan ternyata sama. Pria itu pernah di temuinya. Orang yang menabraknya di pasar.

Aya langsung menghampirinya, mencercanya dengan pertanyaan, "Tunggu, bukankah kau pria yang dipasar itu?"

Pria itu mengerjab dan menoleh ke arah Aya. Kegiatan istirahatnya menjadi tergangu. Sempat ingin mengumpat namun diurungkannya kala menyadari siapa sosok disampingnya. Wanita dengan hanfu terbaik jelas bukan orang sembarangan.

Ia memberi salam hormat ala prajurit, "Oh, itu anda. Maaf atas kejadian itu."

"Tidak apa-apa."

"Kau seorang prajurit?" Tambah Aya seraya memperhatikan pria itu dari atas ke bawah. Matanya terhenti pada bagian dada pria itu yang datar. Apa perasaanku saja ya? Lalu dia menyumpalnya pakai apa? Sehingga bisa datar seperti itu?

"Ya, hamba prajurit baru. Kalau boleh tau anda siapa? Maaf jika lancang." Tanya Prajurit itu penasaran.

"Panggil saja aku Mei."

"Maksudnya, anda Selir Mei?" Prajurit itu menanyakannya dengan ragu-ragu.

"Ya bisa dibilang begitu. Tapi panggil saja aku Mei. Aku tidak terlalu suka dengan embel-embel kehormatan." Jawab Aya santai. Rasanya seperti menatap dirinya yang dulu pada sosok didepannya ini.

Tak tahan dengan rasa keingintahuannya, ia akhirnya mempertanyakan pertanyaan krusial itu. "Jika, aku boleh bertanya. Apakah kau benar seorang laki-laki?"

"Tentu saja. Kenapa anda bicara begitu?" Prajurit itu balik bertanya.

"Wajahmu sangat cantik untuk ukuran pria. Kau yakin dirimu pria?" Aya masih menaruh rasa tak percaya.

"Saya memang dianugerahi wajah seperti ini. Orang-orang sering salah mengira saya perempuan."

"Oh benarkah?" Aya mendekat dan meletakan tangannya didada pria itu yang sontak mendapat tepisan.

"Kenapa kau terkejut? Pria biasanya menyukai wanita yang agresif. Jangan-jangan kau wanita ya?" Aya memainkan alisnya.

"Tentu saja bukan." Jawab Prajurit itu bersikeras. Lama-lama wanita itu menyebalkan. Rasanya ingin pergi, tapi tindakan itu tidaklah sopan dengan jabatan dirinya hanya seorang prajurit kelas bawah.

"Masih tidak mau mengaku. Saat kau menabrakku waktu itu, aku merasakan kau memiliki dada perempuan. Bagaimana kau membentuknya sedatar itu?"

"Tenang saja, aku penjaga rahasia terbaik sedunia. Kau perempuan bukan? Tidak usah malu. Kitakan sesama perempuan." Aya memasang senyum meyakinkan yang ia turut pada sales untuk menarik pelanggan. Namun reaksi berbeda membuat senyumnya memudar. Apa senyumnya semengerikan itu sampai mendapat tanggapan jarak dua langkah menjauh dari lawan bicaranya?

Prajurit itu menghela napas, ia tidak memiliki pilihan. Ia mengangguk memandang Aya, "Aku mohon pada anda jangan katakan pada siapapun."

"Baiklah, kau bisa pegang ucapanku. Kita belum berkenalan. Aku Selir Mei tapi aku lebih senang kau memanggilku Aya. Siapa namamu?"

"Namaku Bian Xing."

"Jadi, Bian Xing ..."

"Bian saja."

My Dear Coldest King [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang