Defia Rosmaniar 🥋
Masih tersenyum manis bersama dengan pasangan halalku di sebuah cafe penyedia masakan Jawa. Yang klasik, kesan kedaerahan berpadu dengan penyajian yang kekinian. Kesan romantis dengan adanya lilin serta bunga, dan tentu, dia yang tengah menyantap beberapa makan di depannya. Benar Jogja itu romantis, harus berulang kali aku katakan?
"Kenapa nggak dimakan, Teh?" Tanya Hanif mengangkat kepalanya.
Tersenyum tipis. "Kenyang, A."
Dahinya mengernyit di balik remang. "Makan apa sudah kenyang? Terakhir makan tadi siang loh."
"Kenyang sama manisnya Aa, gimana dong?"
Alis kanannya terangkat. "Yang ngajarin kaya gitu siapa?"
"Hanif Abdurrauf Sjahbandi," jawabku tersenyum.
"Itu orang kampret emang, ngapain ngajarin Teteh gombal kaya gitu, harusnya dia yang gombal, biar Tetehnya selalu tersenyum."
Aku terkekeh. "Iya emang, dia mah ih nggak bertanggungjawab, A."
"Ntar kalau ketemu digetok aja kepalanya."
"Janganlah."
"Kenapa?"
"Kan sayang masa' getok kepalanya."
Hanif kembali tertawa lantas menggenggam tangan kananku. "Makan dulu, Sayang. Habis ini kita jalan-jalan. Menulis romansa itu butuh asupan makanan yang banyak."
Mengangguk lantas memakan beberapa hidangan ringan saja. Kalau malam memang aku makan hanya sedikit, Hanif tentu tahu itu, makanya lebih banyak makanan yang ringan, sayur, dan minumannya daripada nasinya.
"Teteh tunggu sini ya?" Katanya melangkah ke depan, atau tepatnya di samping kiriku.
Dia berjalan mendekati panggung kecil yang sebenarnya bisa dikatakan panggung dadakan, hanya ada satu kursi, stand mic, dan satu gitar akustik.
"Ehemm, cek," katanya sambil tersenyum.
Sementara itu beberapa pengunjung langsung menatap ke arahnya. Beberapa langsung bersorak itu Hanif Sjahbandi dengan kerasnya padahal jarak mereka sekitar 8 meter dariku. Maksudnya suara kerasnya itu terdengar jelas hingga tempatku, kalau jarak pandang tetap saja masih cukup jelas untuk anak muda.
Dia mulai memetik gitar, sambil tersenyum. Apa dia mau menyentuhku lagi lewat sebuah lagu? Lagu apa kali ini?
There goes my heart beating
Cause you are the reason
I'm losing my sleep
Please come back nowThere goes my mind racing
And you are the reason
That I'm still breathing
I'm hopeless nowI'd climb every mountain
And swim every ocean
Just to be with you
And fix what I've broken
Oh cause I need you to see
That you are the reasonThere goes my hands shaking
And you are the reason
My heart keeps bleeding
And I need you nowIf I could turn back the clock
I'd make sure the light defeated the dark
I'd spend every hour of every day
Keeping you safeSenyumku tak pernah mengatup sedikitpun, suaranya bukan hanya menyentuh tapi lagu milik Calum Scott dengan judul You Are The Reason ini pun menyentuhku. Meski senyumku tetap membersamai, air mata pun tak mau kalah memperindah malam ini. Sesekali aku ikut bernyanyi, lagu yang mungkin menjadi pengingat bahwa kita pernah saling melakukan kesalahan, tetapi sebenarnya kita saling membutuhkan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wisma Atlet Love Story
FanfictionDefia Rosmaniar Kubilang aku tidak akan punya kekasih pemain sepakbola, tuntutannya terlalu tinggi, bisa tiap hari oleng kalau harus dengar nitijen mencemooh kekasihku ketika permainannya turun. kalau boleh memilih aku ingin menjadi kekasihnya Pak I...