Di dalam cerita WALS kalimat berbahasa asing dalam chat grup sengaja tidak dicetak miring karena di dalam chat pun biasanya tidak di cetak miring. Emang kalian kalau chat gunain cetak miring? Kecuali bikin story atau chat penting kan? 😂Selain itu, bahasa daerah tidak ada artinya di dalam chat grup mereka. Jika ingin tahu artinya silahkan komentar di bagian itu. Klik, terus komentarin.
______________Hanif Abdurrauf Sjahbandi ⚽
Sudah berapa hari saja tanpa Defia, sudah begitu jarang sekali berhubungan via suara. Sekedar tanya lagi dimana, itu saja. Tidak ada pertanyaan sudah makan atau belum, sedang apa, bagaimana latihannya? Tidak, rasanya canggung saja. Terakhir video call ya hari pertama itu. Terkadang malah aku lebih tahu kondisi Defia dari grup. Jangankan kondisi, tahu jadwal pertandingan saja dari grup. Suami macam apa sebenarnya aku ini?
Habisnya bingung juga, semacam rindu kalau tidak menghubungi tapi jantungku berdegup setiap kali mendengar suaranya. Sudah hampir satu Minggu, ya hanya hambar semacam ini, rasa rindu, rasa aneh. Sepertinya besok ketika Defia pulang dari Wisma Atlet, aku harus langsung pesan tiket ke Lombok.
Kling...
Tak ada angin tak ada hujan, apa pula ini yang membuat Defia kesambet? Dia tidak pernah telepon duluan selama kami jauh, sekarang?
Will Be My Last Love ❤️ memanggil...
Nama kontaknya sedikit alay, tapi besok pas liburan juga berganti. Tak lama lagi, aku merasa sudah ada benih itu kok.
"Tumben, Teh?" Tanyaku pertama kali.
"Ye bukannya salam duluan, eh tahulah! A, sabuk Teteh ketinggalan satu di ransel Teteh kayanya mah, kalau ada di sana ambilin antar ke Wisma Atlet ya? Kalau misalkan ndak ada ya sudah berarti ada di Bogor."
Sudah berbunga-bunga ditelepon duluan ternyata hanya karena dia mau minta bantuan. Kapan ini dia telepon duluan karena rindu? Pas David sudah punya cucu?
"Pelupa banget sih, Teh! Terus kalau ndak ada, Aa harus ke Bogor gitu, Teh?"
"Enggak, nggak usah kalau nggak ada mah. Emang tangan udah enakan mau ngambilin ke Bogor? Nggak usah sok kuat."
"Emang kuat."
"Ishhh, ya cariin ya, A? Teteh tunggu di Wisma Atlet. Sampai ketemu nanti Aa."
"Nggak enggak!"
"Loh gitu amat sih jadi suami, A? Timbang bantuin istri doang."
"Panggil Sayang dulu," godaku.
"Harus banget? Ih Aa kenapa sih jadi ganjen?"
"Sama istri sendiri ini sih, biar cepet aja kita jatuh cintanya, Teh."
Helaan napas panjang. "Sampai jumpa nanti di Wisma Atlet A Anif Sayang. Hati-hati di jalan, minta Hisyam jangan ngebut!" Katanya.
"Manis," gumamku.
Rasanya senang sekali mendengar Defia mengatakan itu, kenapa tidak dari dulu?
"Udah lama kalau Teteh mah manis. Sudah ya? Teteh mau latihan lagi, nanti habis magrib aja sampai sini. Teteh latihannya siang ini soalnya."
"Iya, Sayang. Semangat latihannya ya?"
"Ih jangan gunain taktiknya dulu lah. Sayang-sayang, pala Aa tuh peyang!"
Aku terkekeh.
"Astaghfirullahaladzim, masa' sama suami gitu," terdengar suara Hansamu Yama ada di sana.
"Lagi sama Yama?" Tanyaku curiga.
"Ketemu aja sama anak-anak bola nih, mereka habis latihan mau balik, Teteh baru mau berangkat. Ishhh! Gue tendang lo, Yam!" Bentaknya pada Yama membuat telingaku ikut pengang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wisma Atlet Love Story
Hayran KurguDefia Rosmaniar Kubilang aku tidak akan punya kekasih pemain sepakbola, tuntutannya terlalu tinggi, bisa tiap hari oleng kalau harus dengar nitijen mencemooh kekasihku ketika permainannya turun. kalau boleh memilih aku ingin menjadi kekasihnya Pak I...