64. Kereta Cinta Menuju 1001 Romansa

7.2K 779 133
                                    

Defia Rosmaniar 🥋

Pagi-pagi buta Hanif sudah membangunkanku, tidur panjang yang sangat nyenyak sekali, entah kenapa meski dengan kecanggungan yang luar biasa. Heran si Hanif enggak canggung sama sekali, jatuh cinta beneran nggak sih? Tapi sepertinya iya, sikapnya manis, lebih manis dari apapun. Ternyata hal paling indah di dunia bukan cinta pertama kita di masa remaja, melainkan definisi cinta yang sesungguhnya, ketika kita jatuh cinta dalam halal.

Pacaran bisa putus, jatuh cinta di usia remaja itu hanya main-main saja, ketika sudah halal, setelahnya baru jatuh cinta, kau akan tahu betapa indahnya perasaan yang kau punya. Itu pendapatku sih. Dulu memang sempat pacaran, tapi kan dalam pernikahan, jangan lihat apa masa laluku, yang pasti sekarang aku bersamamu. Nyatanya lebih indah jatuh cinta dalam halal dari sekedar umbar-umbar pacaran berujung bubar.

Cinta bahkan membuat sebagian orang gila, percaya atau tidak percaya kau lebih sering tersenyum sendiri tanpa alasan. Begitupun denganku, beberapa kalimat Hanif terlanjur menyentuh dan membuatku terus mengingat sambil tersenyum. Lama-lama mungkin tak hanya Hisyam dan Febby yang perlu diruqyah, aku pun juga.

Ah, Hisyam, dia itu menyebalkan sekali, kenapa harus ada dia kemarin? Lantas kenapa Tuhan menciptakan sahabat sejenis Bagas untuk Hanif dan sejenis Mutiara untukku? Mereka berdua itu mulutnya lebih tajam dari seorang Feni Rose. Keponya maksimal, updatenya cepet, udah gitu akurat dengan bukti lagi. Kenapa mereka tigak melakukan pekerjaan yang lebih berfaedah? Misalnya jadi salah satu anggota Badan Intelejen Negara, kan pas itu keponya, caranya mendapatkan bukti. Lebih berfaedah kan?

"Katanya kalian habis ciuman ya?" Tanya Ibu dan Mama, iya, mertuaku menginap di sini. Mereka kompak sekali lagi.

Menghela napas. "Nggak usah dibahas lah, Ibu, Mama. Masa' kaya gitu dibahas. Kasian Febby sama Hisyam."

"He he he." Malah hanya tertawa lantas menyiapkan beberapa bekal untukku.

Sementara aku sibuk di dapur, Hanif katanya lagi packing ulang di kamar, dia tidak mau ada yang tertinggal karena tempat tujuan kita sangat jauh. Aku pikir dia akan mengajakku ke Paris, katanya kota dengan 1001 kisah romantisnya. Tapi aku pikir juga itu hanya lelucon, mana mungkin ke Paris naik kereta?

"Sebenarnya nanti mau kemana sih, Teh? Honeymoonnya," tanya Febby yang sedang makan camilan di meja makan bersama dengan Hisyam, si Adik Ipar durhaka itu, kesal sekali.

"Nggak tahu, tanya weh sama Aa. Teteh mah nggak dikasih tahu," jawabku memasukkan beberapa kotak makan ke dalam goodie bag. Mulai dari salad buah, sandwich, susu, roti kering, bahkan puding pun ada.

Hanif memang tidak mengatakan apapun kecuali, iya kita akan menulis 1 kisah dari 1001 kisah romantis di kota itu. Mau menghabiskan banyak waktu di sana sampai aku kembali TC pun tidak masalah. Mungkin suamiku sedang banyak uang.

"Itu mah ceritanya mau bikin kejutan, Dik. Tapi ya, Aa mah nggak pernah berhasil bikin kejutan!" Sahut Hisyam sambil mengunyah makanan.

"Icam, dalam Islam, kalau sedang makan itu dilarang sambil berbicara," tegur Mama mencubit bahu Hisyam.

"Siap, Mama Cia!" Pekiknya.

Mama mertuaku secara formal memang bernama Tia, tapi sering kali dipanggil Cia. Entah ada kisah apa di balik itu semuanya.

"Teh, mandi, Teh, keburu ketinggalan kereta," teriak Hanif dari dalam kamar.

"Sudah sana, biar Ibu sama Mama yang siapin," kata Ibu sambil mengecek ulang barang bawaanku.

"Iya," balasku pada Hanif.

Dua jam kemudian aku dan Hanif berlari-lari menuju peron stasiun. Kereta sudah datang ternyata jadi tidak sempat duduk sejenak, malah hitungannya kereta yang menunggu kita berlari. Sambil menarik koper sambil menggandeng tanganku, Hanif begitu manis pagi ini, padahal tangan kirinya belum benar-benar pulih. Dari ceritanya semalam saja di tempat tujuan nanti ada beberapa kali waktu dia akan mengunjungi pusat pemulihan cedera di sana. Jika sudah begitu kupikir kota yang kami kunjungi kurang lebih kota ternama, industrinya pun maju.  Lantas romantisnya dimana?

Wisma Atlet Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang