69. Bagian 3 Romansa Jogja

5.8K 707 71
                                    

Hanif Abdurrauf Sjahbandi ⚽

Semalam aku biarkan Defia untuk istirahat, tidak ada yang kami lakukan kecuali tiduran dan ngobrol di kamar hotel. Bahkan sama-sama kami putuskan pakai ojek online unik beli makanan malam. Tangan lembutnya pun tak pernah mau diam, terus mengusap dan mengusap lengan kiriku, sementara aku hanya memainkan hidungnya, rambutnya dan secuil pipi kanannya. Hingga dia tidur layaknya bayi di sampingku.

Pagi ini, kami cukup sarapan susu dan roti, sudah tiga hari di Jogja sarapannya bubur dan nasi, ingin kembali ke biasanya roti dan susu yang cukup untuk pagi hari kami. Usai sarapan pun lebih memilih untuk packing, bukan mau pulang, kami hanya bersiap nanti sore berganti tempat saja.

Menjelang siang, itu waktuku, waktu Defia harus mengantarku ke pusat pemulihan cedera di Jogja. Belum lagi kami harus menemui seseorang untuk kepentingan epilog 1001 kisah romansa Jogja ala kami. Defia tidak tahu apa epilognya, aku pun tidak mengatakan apa-apa dengannya kecuali sesuatu yang tidak begitu dia suka.

"Kenapa penutupan bulan madu kita justru sesuatu yang Teteh nggak suka?" Tanyanya saat kami menyusuri jalan masuk menuju pusat pemulihan cedera sebuah rumah sakit ternama di Jogja. "Maksudnya Aa selama ini menyiapkan semua yang Teteh suka, kejutan kecil, bahkan yang awalnya tidak terduga menjadi hal yang sangat Teteh sukai. Kenapa sekarang kebalikannya, A?"

Aku tersenyum tipis. "Memangnya apa yang tidak terduga tapi menjadi hal yang Teteh sukai?" Tanyaku justru berbalik bertanya.

"Ya ada, jangan mengalihkan pembicaraan deh, A!"

Terkekeh. "Teh, ada satu hal yang mungkin Teteh sangat tidak suka, tapi itu adalah bagian yang paling Aa suka dalam hidup ini dan Teteh harus tahu. Hanya hal yang sederhana sebenarnya dan Teteh tahu itu. Bukan hal yang spesial. Sudahlah, nanti Teteh juga tahu."

Defia memanyunkan bibirnya dan memilih untuk diam. Pasrah saja menunggu apa yang akan menjadi epilog dari kisah Jogja ala kami. Akhir-akhir ini dia memang semacam itu, lebih banyak pasrah dan tidak mau berdebat denganku, aku pun sama, jika dia bilang ini itu yang tidak perlu untuk aku debat, aku lebih memilih untuk mengerti. Begitulah seharusnya rumah tangga berjalan, bukan semacam awal-awal itu, banyak debat hal yang bahkan tidak begitu penting.

Pemeriksaan lengan dimulai dengan rontgen, dokter ingin tahu bentuk tulang yang dulu patah sekarang semacam apa. Tambah parah lagi karena terlalu gerak atau mulai membaik. Namanya juga manusia, akan ada saatnya aku bergerak sampai lupa diri. Nanti kalau sudah merasakan sakit, ngilu, baru sadar sebelumnya bergerak terlalu aktif.

Pemeriksaan selanjutnya tentang belajar bergerak pelan, merasakan setiap sakit sedikit demi sedikit. Membiasakan tangan bergerak ke sana ke mari seleleuasa sebelumnya.

Aku jadi ingat bagaimana ketika aku mendapatkan cedera saat tengah on fire, mencetak dua gol untuk Arema. Aku pun ingat bagaimana cedera bisa membuatku dan Defia justru semakin akrab. Menyakitkan mendapat cedera ini bahkan tak bisa lagi membela Arema di akhir kompetisi, tapi cedera juga punya banyak hikmah di belakangnya.

Sekarang Defia tengah berkonsultasi dengan dokter, mengenai gerakkan yang harus dikurangi, makanan yang perlu diperhatikan, waktu istirahat dan minum obat yang harus teratur. Sama saja dokter dimanapun cerewet dan yang dicerewetkan ialah hal yang sama. Apalagi memangnya?

Pulang dari rumah sakit, kami mampir dulu di Malioboro, lagi-lagi tak pernah bosan ke mari, sekedar duduk. Bedanya kalau sekarang memang tengah menunggu seseorang. Sebenarnya bukan orang yang asing juga sih, beberapa kali sempat bertemu. Dan sebenarnya dia tidak ada urusan untuk epilog di kisah romansa Jogja kami. Hanya saja, aku mintai bantuan untuk satu dua hal.

Menunggu sekian lama, orang itu ternyata tidak bisa ditemui di Malioboro, katanya lagi ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan. Dia meminta aku untuk bertemu di salah satu mall di Yogyakarta. Hal itu pula yang membuat Defia memasang wajah cemberut dalam perjalanan.

Wisma Atlet Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang