Hanif Abdurrauf Sjahbandi ⚽
Sampai di bandara, Rafli menjemputku, dia pemain depan Arema. Bagas tak bisa menjemput karena sedang menemui kekasihnya, memang kadang itu anak lebih mementingkan Mbak Nina. Tapi tak masalah juga siapa yang menjemput, asal sampai di Malang dengan selamat.
Aku membuka goodie bag yang diberikan Defia, masih ada 2 sandwich utuh dan 1 sandwich-ku yang belum sempat aku habiskan tadi. Entahlah, hari ini dia cukup perhatian, bahkan sempat membuatku kaku karena cubitan kecilnya di hidungku. Dia terlalu berani melakukan itu, padahal dulu bisanya itu tangan asal nampol nggak pernah minta maaf.
"Bawa sandwich segala lo," tegur Rafli yang tengah menyetir di sampingku.
"Iya, belum sarapan tadi, dari Bogor habis subuh, Man," jawabku tak mau mengatakan itu dari Defia, sudah cukup banyak orang mentertawakan aku.
"Istri lo kenapa nggak diajak ke sini sekalian?"
"Dia TC."
Rafli mengangguk-angguk.
Memainkan ponselku dan isi notifikasinya masih ucapan selamat, sudah begitu banyak orang menanyakan mana foto-foto kebersamaan selama ini, dan lain sebagainya. Banyak akun-akun fanbase dan akun-akun sepakbola hanya meng-upload ulang foto-foto hasil capture dari story atlet-atlet yang aku undang kemarin. Foto resmi dari aku dan Defia sama sekali tidak ada.
Aku sebenarnya sudah memindahkan foto-foto dari flashdisk ke ponselku, karena semalam Mama minta foto-foto itu dikirim. Sudah begitu karena aku tidak bisa tidur jadi cari kegiatan. Ngantuk banget sebenarnya tapi tidak bisa tidur, mungkin karena pertama kalinya tidur bareng perempuan, aneh rasanya.
Punya foto tapi mau upload juga biar apa? Biar ditertawakan lagi sama atlet lain? Sudah cukup.
"Pernikahan lo kemarin bikin kantor Arema rame," seru Rafli saat kami sama-sama terdiam.
"Kenapa?"
"Cari informasi perjodohan kalian."
Tersenyum saja.
"Wartawan lokal rata-rata sih. Katanya kok bisa tiba-tiba nikah sama atlet taekwondo, peraih emas Asian Games lagi. Langsung jadi istrinya miliarder 1,5 miliar, Man. Kita butuh satu musim buat dapatin itu."
Karir Defia memang cukup mentereng, setelah dia bisa meraih emas Asian Games. Dia menjadi atlet poomsae Taekwondo yang cukup diandalkan. Atau bahkan menjadi andalan Indonesia jika saja dia masuk Olimpiade Tokyo 2020 mendatang. Sementara aku, bersama dengan tim sepakbola masih terlalu sulit untuk sampai di sana. Anime masyakarat mengenai bola mungkin lebih tinggi dari taekwondo tapi peliknya masalah persepakbolaan di Indonesia pun menjadi masalah yang tak pernah terselesaikan.
Jujur, semalam aku sempat berpikir aku tak ada apa-apanya jika dibandingkan Defia, dia boleh istriku, aku kepala keluarganya, tapi aku merasa tak lebih mentereng dari dia. Itu aku rasakan ketika melihatnya tertidur pulas semalam.
"Lo nggak cerita sama gue panjang lebar, sama Bagas aja kayanya juga nggak banyak."
Rafli itu bukan Rafli timnas U-19 yang seangkatan dengan Egy Maulana Vikri ya, Rafli pemain depan Arema yang memang juga sahabatku.
"Ya intinya gue dijodohin aja sama dia, sekarang gue suami orang, udah waktunya bertanggung jawab sama diri sendiri dan istri."
"Bagas bilang lo sering berantem sama dia kan di Wisma Atlet? Gue sebelum berangkat ke Bogor kemarin udah dibilangin Bagas, tapi pas di sana gue tetep aja nggak bisa ketawa kek temen-temen lo di Timnas. Apalagi kek Ricky Fajrin sama Cik Butet, kagak bisa gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wisma Atlet Love Story
Fiksi PenggemarDefia Rosmaniar Kubilang aku tidak akan punya kekasih pemain sepakbola, tuntutannya terlalu tinggi, bisa tiap hari oleng kalau harus dengar nitijen mencemooh kekasihku ketika permainannya turun. kalau boleh memilih aku ingin menjadi kekasihnya Pak I...