7. RASA BERSALAH

235 27 19
                                        

BAGIAN TUJUH
'R A S A B E R S A L A H'

Setelah jam olahraga berakhir, Mika segera berlari menuju toilet untuk mengganti seragamnya. Ia merasa bersalah, melihat Arjuna di marahi oleh Pak Edo.

Setelah selesai, Mika kembali ke kelasnya. "Huftt, untung masih sepi." ucap Mika ketika tiba di kelas, ia berjalan menuju meja Arjuna.

Mika bernapas lega setelah memasukan plastik hitam berisi celana olahraga ke dalam laci meja Arjuna. "Makasih ya, udah nyelamati gue dari hukuman Pak Edo." kata Mika entah kepada siapa.

Ketika baru saja hendak membalikan tubuh suara laki-laki yang mengagetkan Mika. Nafas Mika tercekat, melihat siapa yang berdiri di hadapan nya saat ini.

"Jadi kamu yang nyuri celana olahraga aku?"

"Jun gue bisa jelasin."

Saga datang mengahampiri Arjuna. "Ya ampun plastik Mika? Lo kalo beraksi liat situasi dan kondisi dong, masa punya ketua kelas sendiri diembat." ujar Saga mendramatis keadaan.

"Eh mulut lo jaga ya! Gue bukan pencuri." Bentak Mika tak terima dengan ucapan Saga.

"Kalo bukan pencuri, terus apa?" timpal Saga.

Mika kembali diam, mencoba mencari pembelaan. "Gue-gue lagi kepepet aja. Punya gue ketinggalan, lagian lo juga nggak kena hukum Pak Edo." balas Mika.

"Jadi kalo aku kena hukum? Kamu baru merasa salah." Skakmat, Mika tak bisa lagi membalas perkataan Arjuna.

"Mengapa mudahnya dirimu berkata, Tuhan maafkan lah temanku yang berdosa.
Semoga kau bertaubat,
secepat-cepatnya karena ku sangat tak menyangka hooo..." Saga malah bernyanyi, membuat Arjuna melirik kesal ke arahnya.

"Oh santai Jun, jangan tegang gitu. Menurut gue sih, si plastik Mika nggak sepenuhnya salah. Coba kalo lo diposisi dia, celana olahraga lo ketinggalan terus tiba-tiba ada celana olahraga ngangur di depan lo." Saga melirik sebentar Mika.

"Nah lo bakal pilih pake celana olahraga itu atau kena hukum Pak Edo." lanjut Saga.

"Aku mending di hukum Pak Edo daripada di hukum sama Allah." Lugas Arjuna, Saga hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Sejak kecil, Arjuna sangat di didik dalam hal ilmu agama. Ia di ajarkan tentang hal yang tidak boleh dilakukan seperti berbohong, mencuri, dan mengambil hak orang lain.

Arjuna masih mengingat pesan Bunda Rahma sebelum ia pergi. 'Jun kamu baik-baik di Jakarta. Kata orang Ibu kota lebih kejam dari Ibu tiri, jadi kamu harus bisa jaga diri. Selalu jadi orang baik, ingat Allah maha melihat. Doa Bunda selalu menyertaimu.' Arjuna paling tidak bisa main-main dalam hal agama.

"Hmm tapi kalo cewek mikirnya beda Jun, itu namanya the power of kepepet. Udah ya, lo kalo marah kayak banteng ngeliat bendera merah." Lanjut Saga mencoba mencairkan suasana yang sedih
itu tegang.

Mika mengulurkan tanganya ke arah Arjuna. "Oke gue ngaku salah, gue minta minta maaf." ucap Mika.

Arjuna membalas uluran tangan Mika. "Jangan diulangi lagi." Mika menganguk lalu berlalu menuju kursinya. Ia masih merasa malu atas tindakannya hari ini.

-:- D A I L Y C A F E -:-

Jam pelajaran selanjutnya dilanjutkan oleh Buk Mega sebagai guru biologi. Setelah memberi salam dan berdoa, Buk Mega mulai menjelaskan materi.

Mika tak sepenuhnya memperhatikan pelajaran Buk Mega, ia sesekali melirik ke arah Arjuna yang tengah fokus mendengarkan penjelan Buk Mega sambil sesekali menulis di buku catatan.

DailycafeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang