● M i k a i l a A z z a l e a

385 60 71
                                    

"Ehem"

Sosok perempuan yang masih terus berkutik di dengan pulpen dan buku-bukunya. Kaca mata tebal itu nampak sedikit merosot di hidungnya sesekali menoleh ke arah laptopnya dan langsung mengetikan sesuatu. Memindahkan apa yang ia tulis ke layar laptop menjadi ketikan dengan font times new roman ukuran 14. Tabel-tabel berisi rumus-rumus kimia terlihat jelas di sana.

Jarum pendek jam sudah menunjukkan pukul 22.15 WIB. Pertanda waktu jam tidur telah lewat lima belas menit yang lalu. Seorang cowok muda mendekat ke arahnya.

"Lea kok belum tidur sih?" Tanya laki-kaki itu menatap Mika yang masih sibuk dengan kegiatan ritualnya dari ambang pintu kamarnya.

Gadis dengan panggilan rumah-Lea itupun sontak menoleh. Lalu melihat ke arah jam sejenak ia berdesis dan menepuk pelan jidadnya melihat jam tidurnya yang kini sudah berkurang 17 menit lamanya.

"Aduh, ini loh bang aku ngerjain table rumus kimia. Kata Buk Sri pelajaran ini bakalan keluar waktu di SMA nanti."

"Ya ampun Lea, lo itu besok baru mau MOS!! Kok udah nulis duluan sih, kebiasaan banget. Otak lo itu udah encer, sekarang itu udah waktunya istirahat. Lo harus siapin tenaga buat hari besok." Ucap Rayyan-yang kini menarik laptop dan melihat semua tulisan yang barusan di buat oleh adiknya itu. Ia mencoba meneliti sejenak dan menatap Mika.

"Yakin banget masuk IPA sampe udah buat-buat ini segala macem. Udah sana cuci kaki, cuci muka tidur. Iler lo udah mau keluar noh." Nada lembut penuh perintah itu membuat Mika mengangguk.

"Udah pasti masuklah, seperti abang bilang tadi otak gue kan encer." Sahut Mika sambil berjalan ke arah kamar mandinya menuju wastafel disana.

Rayyan menarik sudut bibirnya. "Yee jadi lo pikir anak IPS kayak gue ini nggak pinter gitu?!"

"Ya bukan gitu, perasaan tadi gue nggak ngomong gitu deh." Jawab kembali Mika tak terima dan bingung. Mika bahkan menyembulkan kepalanya dari pintu kamar mandi.

"Iya-iya serah lo deh. Lagian kenapa juga sih lo belajarnya kuat banget kek gini."

Mendengar itu Mika tersenyum sambil melihat pantulan dirinya sendiri. Wajah basah penuh dengan butiran air yang menyucur merembas turun membasahi kerah baju depannya. "Karna nggak semua orang bisa belajar di luaran sana!"

Rayyan tertawa mendengar ucapan menggema yang berada di dalam sana. "Maksud gue kenapa lo terlalu suka belajar gitu. Dikit-dikit belajar, gue yang gak pinter aja males belajar?"

Mika mendelik kesal kepada Kakak laki-lakinya itu. "Udah ah ganggu banget, keluar-keluar!" Mika mendorong punggung Kakaknya untuk keluar dari kamarnya.

Ia menutup pintu kamarnya, dan terdiam melihat sekeliling kamarnya dan matanya tertuju pada sebuah bingkai foto di meja belajarnya. Foto dua orang gadis tertawa bahagia berlatar dufan sambil memegang lightstick BTS.

"Mika jangan sedih dong, ga apa-apa kok tahun depankan masih ada." Gadis itu merangkul Mika yang tengah bersedih.

"Tapi kita udah nungguin banget buat nonton konser Bangtan tahun ini, maaf ya Key." Jawab Mika menatap sendu sahabatnya itu.

Key tertawa. "Udah ah, foto aja yuk!" Key meminta orang untuk mengambil foto mereka.

"Ih ketawa dong! Tahun depan kita bakal jadi anak SMA loh. Eh btw nanti kita cari pacar yang modelnya kek Bts." Kata Key sambil menyombong.

"Eish, mana ada yang modelnya kek andika kangen band banyak. Tapi nggak apa-apalah gue cari yang modelnya kek Seokjin." Kekeh Mika membuat mereka tertawa.

"Eh makasih ya Mas." Ucap Key tersenyum manis pada Mas-Mas yang baru saja memfotokan mereka.

Mika kebingungan, "Loh kita belum foto?"

"Udah hehe, tadi gue udah bilang ke Mas nya buat candid kita." Ujarnya mulai membuka galeri kameranya, Mika hanya mengangguk ikut melihat.

"Aaaa kiyowo!" Seru Key tersenyum bahagia, sedangkan Mika hanya tersenyum berusaha untuk tidak menangis. Melihat Key sebahagia itu merupakan kebahagiaannya juga.

Mika kembali tersenyum. "Coba lo masih ada disini, gue nggak akan kesepian kek gini Key."

Tak ada yang tahu apa kelemahan seseorang, bahkan ketika mereka banyak tertawa dan menebarkan kebahagiaan kita sebenarnya takkan pernah tahu ada segunung kesedihan yang menyesakkan dadanya setiap hendak tidur.

_________________________

| M i k a i l a A z z a l e a |

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

| M i k a i l a A z z a l e a |

C o p y r i g h t © - Ema Anita & Rieke Auliana Putri

DailycafeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang