35 :: RUMAH ADALAH KOTA MATI

151 16 12
                                    

.BAGIAN TIGA PULUH LIMA.
- RUMAH ADALAH KOTA MATI -

Geski membuka matanya dan melihat senyuman gadis itu tetap mengembang, sembari terus saja memotret langit yang dipenuhi dengan kembang api

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Geski membuka matanya dan melihat senyuman gadis itu tetap mengembang, sembari terus saja memotret langit yang dipenuhi dengan kembang api. Tanpa sadar senyumannya tertarik dan memperhatikan wajah gadis itu.

"Kadang bahagia itu mudah, cukup dengan bebas." Cetus Geski tiba-tiba.

Gadis itu tersentak lalu mengangguk. "Hmm, gue kadang iri sama burung yang bisa bebas terbang kemanapun dia mau."

"Tapi apa lo nggak kasihan sama burung?" Ujar Geski seakan sudah tahu nasib si burung.

"Kenapa?"

"Nggak semua burung bisa terbang bebas, tinggi dan menembus langit." Gumamnya lalu beranjak duduk di sebelah Mika.

Mika mengangguk paham dia menghela nafasnya dia mengakat tangannya dan mencoba menggemggam bulan. "Lo percaya sama takdir tuhan Ges?"

Geski menatapnya. "Hmm, gue masih percaya dia selalu ngeliatin dan tulis takdir kita dengan indah."

Mika tersenyum dia juga menurunkan tangannya dan menatap Geski sambil tersenyum, hanya dari tatapan itu kedua insan itu seakan dapat mengerti dan memahami satu sama lain. Soal mimpi dan takdir yang entah kapan mereka raih.

"Dan lo harus percaya sama impian lo! Jadilah dewasa Geski." Ucap Mika mengacak gemas rambut Geski.

Mika beranjak dia meninggalkan Geski yang masih diam mematung menatapnya berdiri di depan pembatas, gadis itu merentangkan tangannya sambil tersenyum membuat angin bebas menerpa tubuhnya.

"BULAN SAMPAIKAN PESAN GESKI PADA TUHAN!"  Teriaknya tiba-tiba membuat Geski tersenyum lalu menyusulnya.

"KALO DIA NGGAK JADI PIANIS, TOLONG KIRIMIN DIA BANYAK UANG." Lanjutnya tertawa.

"Lo lupa kalau gue udah kaya?"

"Ohiya yah! Hahaha." Mereka tertawa layaknya dua remaja konyol yang haus akan mimpinya.

****

"Tuh kan Geski! Ini betis gue lama-lama varises beneran deh udah kedut-kedut." Rengek Mika dengan cerewet.

"Cemen banget lo ayo!"

Mika cemberut dia duduk disalah satu anak tangga. "Bodo berenti dulu capek banget lo nggak kasihan apa sama kaki gue."

"Nggak." Jawab pendek Geski.

Mika memutar bola matanya sebal. "Bodo ah! Sana lo turun aja duluan."

"Yakin."

"Iya."

Geski mencibir. "Lo nggak bakalan takut kan? Ini gedung udah lama kosong loh."

DailycafeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang