.BAGIAN TIGA PULUH EMPAT.
-ANALOGI DI BAWAH TEMARAM LANGIT [2] -Semilir angin berhembus kencang mengantarkan kepulan asap rokok dan vape memenuhi rongga dada. Di sepanjang jalanan di area tongkrongan sudah bisa di tebak siapa yang mendominasi tempat itu, tentu saja anak-anak remaja, mahasiswa, bahkan banyak orang dewasa. Muda-mudi memenuhi arena stadion malam itu di tambah malam tahun baru yang membuat seluruh jalanan ramai dan macet.
Belum lagi beberapa stasiun televisi menggelar konser di beberapa lapangan di kawasan Jakarta, membuat semua orang keluar dari rumah bergerumun untuk bertemu teman-teman dan bercengkrama bersenang-senang. Tapi tidak dengan Geski yang masih tetap kalut di hadapan pianonya.
Sudah hampir seminggu lamanya dia bersembunyi di tempat ini, semenjak gadis bernama Mika itu pingsan dan harus di bawa ke rumah sakit akibat keteledorannya.
Mata Geski terpejam menyentuh tuts piano itu, lagi-lagi membawakan fur elise dengan segenap kegelisahan dan kesenduan yang ia rasakan. Nada-nada itu membuatnya memejamkan matanya dan saat itu juga tanpa ia tahu pintu terbuka menampilkan sembualan kepala seorang gadis yang tersenyum menatapnya.
Tepukan tangan seseorang membuatnya menoleh, mendapati seorang gadis tengah tersenyum. "Permainan yang bagus." Ucapnya kepada Geski.
Cowok itu mendengus. "Lo nggak pa-pa?" Tanya Geski membuat Mika menatapnya.
"Yah bisa lo lihat sekarang." Gadis itu berjalan dan duduk di sebelah Geski.
"Yang harusnya nanya itu tu gue, lo nggak pa-pa?" Tanyanya.
Geski membuang tatapannya. "Nggak penting!"
Mika mencibir dan menyentuh tuts piano asal. "Gue juga bisa main piano lo mau denger?"
"Silakan."
Mika berdehem dia membenarkan postur duduknya, layaknya bak pemain piano yang mahir. Geski hampir menyemburkan tawanya saat Mika memainkan lagu twingkle-twingkel little star dengan raut wajah yang sangat meyakinkan.
"Ckkk ko lo ketawa sih! Lo pasti nggak percayakan gue bisa main piano."
"Semua orang juga bisa itu."
Mika mendengus. "Lo selalu disini?"
"Nggak penting."
"Ihh penting Geski! Semenjak kejadian itu rumah kayak kota mati di penglihatan gue." Ujar Mika membuat Geski terdiam. "Gue tahu ucapan Rayyan pasti bener-bener bikin lo sakit hati, jadi gue minta maaf sama lo. Dan gue juga belum sempet terima kasih sama lo!"
Geski menatap gadis itu. "Gue harap lo terima maaf gue okay." Kata Mika.
Cowok itu berakhir mengangguk, membuat Mika mengulum senyumannya. "Lo bisa ajak gue jalan-jalan?" Tawar Mika membuat Geski menaikan alisnya.
"Lo mau jalan sama gue?" Tanya Geski membuat Mika mengangguk mantap.
"Ayo!" Geski menggemgam tangan Mika, dan keluar dari ruangan itu.
Bayangkan seorang Geski menggemgam lengan Mika! Gadis itu sudah pucat pasih dan wajahnya hanya menampilkan seburat rona merah dan senyuman yang akhirnya terlukis di wajahnya. Mereka tersenyum sepanjamg lorong sampai akhirnya di parkiran Geski dengan canggung melepaskan genggamannya dan memberikan helm persediaan disana kepada Mika.
![](https://img.wattpad.com/cover/167015136-288-k67240.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dailycafe
Roman pour AdolescentsMenceritakan tentang perjalanan hidup empat orang remaja yang berjalan di dua jalan berbeda. Namun, kelak di pertemukan di satu tujuan yang sama. Menjalani pahit getirnya kehidupan, ketika dunia seakan tidak memperhatikan. Itulah yang dialami oleh A...