● A r j u n a S e a n t a

1.4K 103 154
                                    

Peringatan: cerita ini banyak sekali mengandung kata kasar, banyak adegan goblok yang nggak patut di tiru. Kalo nggak suka sama tata dialog dari bahasanya, silakan berhenti baca+remove cerita ini dari library kalian. Terima kasih.

Awas bemper, eh baper :v

(Didedikasikan untuk seseorang yang manis yang akan segera memasuki kisah ini :)

______________

"ARJUNA."

Laki-laki bermata tajam dengan iris hitam itupun menoleh, mendapati wanita paruh baya berjilbab merah maroon yang saat ini sedang berdiri di ambang pintu kamarnya. Sembari tersenyum ke arahnya menampilkan guratan-guratan keriput tanda ia kini tak muda lagi. Senyum yang tulus yang akan terus ia rindukan nantinya.

"Kamu udah siap belum? Wak Anto udah sampe tuh buat anter kamu ke stasiun." Tanya wanita yang selalu di panggil Bunda Rahma itu.

"Iya ini udah kok Bun." jawab laki-laki bernama Arjuna Seanta-itu berdiri lalu mengangkat koper berukuran sedang bewarna hitam hasil pemberian dari Cik Saro salah satu pengurus panti yang dulu pernah merantau menjadi TKW di luar negri.

"Rasanya baru kemaren Bunda daftarin kamu ke Sd eh sekarang udah Sma aja ya. Nggak kerasa banget gitu!" Ujar Bunda tersenyum dengan wajah memerah melihat badan tinggi Arjuna, menatap salah satu anak asuhnya yang sudah ia anggap seperti anak kandungnya sendiri.

Arjuna kembali tersenyum. "Juna juga rasanya baru kemaren Juna di empokin tidurnya sama Bunda eh sekarang udah dipukul aja pantatnya hehe."

Rahma pun kembali di buat terkekeh oleh jawaban yang terlontar dari Arjuna. "Yaudah yuk adik-adik kamu juga udah nungguin kamu tuh di depan."

Arjuna pun mengangguk, sejenak ia memandang semua sudut kamar lalu menutup pintu kamar itu. Kamar yang selalu ia rindukan terutama kasurnya yang berada di dekat jendela tempat yang selalu membuat Arjuna tenang, ia bisa melihat hujan, langit dan jalanan di bawah sana. Dan bahkan tanpa sengaja pemandangan buah mangga lebat milik tetangga yang menggoda imannya.

Dalam hatinya terkekeh memikirkan itu. Ia berbalik melihat Rahma yang menunggunya dan berjalan bersama Rahma sampai ke teras depan. Arjuna mengernyit saat mendapati pemandangan yang sempat membuatnya bingung. Dirinya pun sadar saat Rahma menggamit lengannya.

Arjuna menoleh. "Liat tu muka adik-adik kamu udah pada murung semua. Kamu kasih gih salam perpisahan yang bahagia!" Bisik Rahma diangguki oleh Arjuna.

"Assalamualaikum adik-adik kakak. Loh kok mukanya murung semua sih?" Sapa Arjuna dengan muka cerianya melihat semua anak kecil di depannya menatapnya sendu bahkan ada yang menangis diam-diam.

"Kak Juna kenapa pergi? Nanti siapa yang bakal bacain dongeng putri salju lagi buat Dara. Terus yang beliin Dara ice cream cokelat siapa?" Ucap gadis kecil berjilbab itu sambil terisak. Gadis itu menunduk dan berdiri di barisan paling depan. Mata bulatnya kini sudah berair wajahnya yang gembul kini sudah memerah tanda ingin menangis.

"Cup cup anak cantik gak boleh nangis. Sini Kak Juna peluk." Arjuna berjongkok dan menarik gadis kecil tersebut kedalam pelukannya. Dan memeluknya sedikit erat ia akan merindukan pelukan ini.

"Dengerin ya sayang. Kak Juna itu pergi buat sekolah biar pinter. Nanti kalo Kak Juna udah pinter terus kerja kakak bisa beliin Dara buku dongeng sama Ice cream cokelat banyak banget. Buat semuanya juga malahan." Tutur Juna sambil tersenyum mengelus puncak kepala gadis itu.

"Tapi Kak Juna harus janji ya bakal balik lagi ke sini. Dara pasti bakalan kangen sama Kakak." Lirih Dara menatap sendu Juna dan mengangkat jari kelingking mungilnya.

Arjuna pun menautkan jari kelingkingnya ke jari mungil Dara. "Iya Kak Juna janji bakal pulang kesini lagi. Tapi Dara dan yang lain juga harus janji ya bakal sekolah terus dan gak boleh nakal. Dan yang utama nggak boleh ngebantah dan melawan sama orang tua disini apalagi sama Bunda." Ujarnya lembut menyakinkan gadis kecil itu dan menatap seluruh adik-adik yang juga kini menatapnya dengan wajah menahan tangis.

Dara mengangguk. "Ayo sini kita pelukan aja yuk!" Arjuna melebarkan tangannya.

Anak kecil lain pun bergegas berlari dan ikut memeluk Arjuna. Sedangkan Rahma menyeka air matanya dan tersenyum sendu melihat kedekatan Arjuna dengan anak-anak kecil tersebut. Wak Anto dan pengurus panti lainnya pun ikut menangis ataupun hanya tersenyum sendu melihat peristiwa itu.

"Nah sekarang Kak Juna bakalan berangkat, nanti ketinggalan kereta kan bahaya. Doain biar Kak Juna selamat sampai tujuan, dan cepet pulang kesini lagi ya." Ujar Juna setelah melepaskan pelukannya.

"Iya Kak hati-hati ya. Semoga Kakak dilindungi sama Allah amin." Jawab mereka serempak. Arjuna tersenyum dan mengelus beberapa puncak kepala anak-anak kecil itu. Lalu berdiri dan menatap Rahma.

Arjuna berjalan menghampiri Rahma. "Juna pamit ya Bun. Makasih udah ngerawat Juna sampe sebesar ini. Maaf kalo Juna belum bisa bikin Bunda bangga. Juna sayang sama Bunda." Ucap Arjuna lalu memeluk perempuan yang sudah menangis tersebut.

"Bunda juga sayang sama kamu nak. Kamu baik-baik disana ya, kalo sudah sampe Jakarta kabarin Bunda ya." Jawab Rahma di sela isaknya kemudian menatap anaknya tersebut.

Arjuna menganguk lalu mencium puncak kepala Rahma kemudian punggung tangan Rahma. Dan berpamit kepada pengurus panti yang lain.

"Cik Saro tolong jagain Bunda ya." Ucapnya kepada wanita berbadan besar yang sudah mengelap hidungnya itu dengan ujung jilbabnya.

"Iya ndok, ya allah hati-hati disana semoga sehat jangan lupa sholat ya Jun." Cik Saro pun mengangguk ia memegang tangan Arjuna.

"Iya Cik itu udah kewajiban. Kalo gitu Arjuna berangkat ya." Arjuna pun menarik koper hitamnya menuju sebuah motor Vario yang akan mengantarnya menuju Stasiun Kereta Api. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Jawab serempak orang-orang disana. Arjuna mulai memakai helm yang disodorkan oleh Wak Anto untuknya. Dan segera menaiki motor itu.

"Ayo Wak." Katanya selesai.

Wak Anto pun mengangguk dan langsung melaju pelan motornya. Juna melambaikan tangan ke arah anak-anak dan Rahma yang masih menatap nya. Matanya menatap sekilas palang besi bertulis 'RUMAH PANTI ANUGRAH KASIH.'

Arjuna menghembuskan napas, membiarkan semilir angin menerpa wajahnya. Semuanya terasa pias dan begitu sunyi sangat berat rasanya untuk meninggalkan anak-anak Panti, pengurus Panti dan Bunda Rahma ia harus meninggalkan mereka semua. Demi merantau ke kota besar untuk menjalankan beasiswa yang ditunjuk kepada dirinya. Melanjutkan sekolah dan mencari sosok orang tuanya. Arjuna sendiri yang akan melakukannya dan ia percaya Allah dan semua mendukungnya. Semoga keajaiban dan keberuntungan selalu berada di pihaknya.

_____________________

"Tetap berjalan di jalurmu maka kamu akan sampai pada tujuanmu."

| A r j u n a S e a n t a |

C o p p y r i g h t © 2018 - Ema anita & Rieke Auliana Putri

NOTE : Untuk kita author yang sudah berani memulai kisah ini aku ucapkan terima kasih kepada diriku sendiri dan orang lain, terutama kepada pembaca entah kapan cerita ini akan selesai tapi sampai kapan itu cerita ini berhak untuk di selesaikan. untuk kita berdua SEMANGAT!!

DailycafeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang