Hari ini Arjuna melangkahkan kakinya menuju hamparan padang makam yang membentang luas di daerah Jakarta, dadanya bergemuruh, matanya sayu. Seketika kakinya melemas berungsut rapuh di depan makam bernisan 'RATNA BIN JUNAIDI' apakah itu benar makam ibunya?
Saga menahan lengan Mika, gadis itu sudah tidak tahan ia ingin menghampiri sahabatnya itu. Saga menggeleng dan gadis itu mengerti apa maksud Saga, jangan dulu di ganggu. Mika dan Saga hanya diam membisu larut dalam perasaan masing-masing ketika Arjuna menyentuh nisan makam itu sambil menangis.
"Apa kabar Ma? Sean udah datang." Lirihnya, urat sarafnya seketika bergemang merinding.
"Mama baik-baik saja kan? Maaf Sean baru datang jenguk Mama." Lanjutnya lagi sambil mengelus batu nisan itu, lalu tangisnya pecah Arjuna menutup wajahnya dengan tangannya. Cukup! Dia tidak kuat dia hanyalah remaja 17 tahun yang rapuh.
Air mata Mika sedari tadi mengalir ia tak tahan, gadis itu memeluk Arjuna tanpa ragu. Sahabatnya itu butuh sandaran ia mengerti betapa pilunya hidup Arjuna, Saga mengikuti dia pun memeluk Arjuna dan Mika. Tiga remaja itu menangis, di depan makam Ratna bukan hanya menguatkan tapi mereka mencoba membuat tegar Arjuna.
Mika menggosok punggung Arjuna. "Mama kamu pasti bangga sama kamu Jun."
Saga mengangguk dia mengelap air matanya dan melepaskan pelukkannya. "Ingat bre! Lo laki lo harus buktiin sama Mama lo kalo Arjuna kuat."
Arjuna mendongak ia mengelap air matanya dan tersenyum kepada Mika dan Saga. "Terima kasih."
Geski hanya memperhatikan mereka bertiga matanya menyipit, dan dadanya ikut gemuruh. Namun, sayang ia tak bisa mendekat cukup menguatkan Arjuna dari jauh saja itu dirasanya sudah cukup. "Lo kuat Arjuna." Gumamnya tersenyum tipis menatap teman-temannya itu.
Dalam perjalanan hanya hening dan sunyi, Saga yang biasa mencairkan suasanapun ikut diam mematung seperti batu. Kali ini Geski menyetir ada Mika di sampingnya dan gadis itu hanya memandang keluar jendela dan sesekali masih mencucurkan air matanya. Yah mungkin gadis itu masih terbawa perasaan sedih.
Saga dan Arjuna ada di belakang, mereka masih diam ikut memandang arah jalanan.
"Mau makan nggak? Btw gue laper." Kata Geski memecah keheningan.Ketiga orang itu langsung tersadar, Mika mengelap wajahnya dan membenarkan rambutnya, Saga yang berdehem dia ikut melepas jaketnya sedangkan Arjuna hanya mengubah posisi dan melihat sekilas dirinya.
"Kalian nggak laper?" Lanjut Geski masih fokus menyetir.
"Siapa bilang? Gue laper banget." Rengek Saga.
"Iyanih kebanyakan nangis, jadi laper." Timpal Mika dia menoleh menatap Arjuna. "Jun lo laper kan? Ce elah udah-udah nanti aja sedihnya yah! Makan dulu."
Arjuna tersenyum. "Mau makan dimana?" Tanya Saga.
"Mekdi!" Cetus Mika.
"Ogah! Mekdi mulu lo ah." Sergah Saga cepat.
"Ih rese deh sigoblog!"
"Shutt diem idiot." Sengit Saga membuat Mika menatap tajam dirinya. "Dimana Jun kira-kira?"
Mika menoleh melepas seatbelt lalu menjitak kepala Saga, membuat cowok itu mengaduh dan mengelus kepalanya.
"Mika pake seatbelt lo." Geski mendelik dan gadis itu menghiraukannya.
"Jangan asem anjing." Semprot Mika.
"Eh-eh onta diem, lo ya..."
"Kita makan dimana aja deh." Ujar Saga membuat Geski mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dailycafe
Ficção AdolescenteMenceritakan tentang perjalanan hidup empat orang remaja yang berjalan di dua jalan berbeda. Namun, kelak di pertemukan di satu tujuan yang sama. Menjalani pahit getirnya kehidupan, ketika dunia seakan tidak memperhatikan. Itulah yang dialami oleh A...