"GESKI!!"
Laki-laki yang baru saja pulang itupun berbalik malas ke arah orang yang memanggilnya. Hardikan mata laki-laki paru baya itu mampu mengintimidasi suasana saat ini, namun cowok itu tetap acuh meskipun saat itu ia melihat tatapan nyalang dari sang Ayah.
"Darimana aja kamu?" Suara tegas dari seorang-Mahardika. Geski kini sudah berdiri delapan langkah di depan Papanya.
Geski pun memutar bola mata malas. "Main."
"Main? Dan lupa waktu? KAMU TAU INI UDAH JAM BERAPA HAH!" Bentak Mahardika dengan mata menjelit menahan amarah.
Geski mendengus, "Kamu itu satu-satunya penerus keluarga kita! Dengan sikap kamu yang seperti ini membuat Papa nggak yakin kalau kamu bisa menggantikan posisi Papa." Ujar Mahardika.
Hal itu lagi, hal itu lagi. Perusahaan dan penerus. Kata-kata yang membuat kepala Geski seakan mau pecah. Ucapan sampah yang membuat semuanya berubah menjadi ambisi yang egois menapik rasa kasih sayang seorang Mahardika.
"Geski nggak pernah ada niat dan minta buat gantiin Papa. Jadi stop Pa nggak usah atur-atur hidup Geski seenak jidad Papa!" Sahut Geski dengan nada datar semua benda mati saat itu tahu kalau ia sedang memedam emosinya saat ini, rasanya sudah sangat bosan untuk meladeni sosok pria yang di depannya ini.
"Kamu itu harus diatur supaya perilaku kamu itu gak makin menyimpang. Dengan kamu berbuat seenak jidad seperti tadi kamu itu udah malu-maluin nama besar Nagata!" Balas Mahardika tak mau kalah.
Geski kembali menatap sang Papa. "Menyimpang? Hidup itu nggak harus sekaku Papa yang tiap hari cuman sibuk ngurusin nama baik, perusahaan dan saham."
"Jadi kamu pikir semua tindakan kamu itu benar? Papa dapat laporan dari kepolisian tentang kamu yang rusakin mobil orang di bawah pengaruh alkohol! Itu apa hah kemasi barang kamu malam ini juga kamu ke Amerika!" Suara Mahardika tak kalah tinggi.
Geski terkekeh mendengar kata-kata akhir Papanya itu. "Yah silakan lagian saya sendiri hanya tau dua kata, love dan-Sex. Jika anda sudah mengizinkan saya bisa apa."
Mahardika masih menatap Geski dengan perasaan berkecamuk penuh amarah. "Cukup Geski Papa nggak pernah ngajarin kamu buat kurang ajar sama orang tua. Keluarga ini penuh etika dan sopan santun!"
Mahardika masih menatap tajam Geski lalu maju mendekati Geski. "Kamu itu harus ingat posisi kamu!" Gumam Mahardika menarik kerah baju Geski.
Geski menyunggingkan senyumannya, bukan hal yang tabu untuk seorang Mahardika mengucapkan kata itu fakta bahwa dirinya bukanlah anak kandung dari Mahardika, membuat dunianya jauh lebih hancur berkeping-keping sejak kejadian tiga tahun lalu.
Geski mendengus menatap tajam Mahardika kemudian, berbalik menendang guci di depan dengan lancang dan berjalan menaiki tangga menghiraukan teriakan Mahardika dan jeritan Ibunya.
Geski membanting pintu kamarnya, ia langsung terduduk saat merasakan rasa sakit menjalar di seluruh kepalanya. Dinginnya suhu kamar dan kasur pada ruangan gelap itu, tak mampu mendinginkan hatinya yang panas menahan gejolak emosi.
Tanpa sadar rasa sesak itu kini terpias menyisakan air mata yang keluar dari sudut matanya. Gelaplah yang kini menjadi temannya setiap malam, cahaya temaram yang tembus dari celah pintu jendela yang terbuka di sudut kamar.
Dalam gelap, dingin dan sunyi ia selalu bertanya kapan kesendirian itu akan berakhir dalam hidupnya.
_________________________
|G e s k i L a s k a r N a g a t a|
C o p p y r i g h t © 2018 - Ema anita & Rieke Auliana Putri
![](https://img.wattpad.com/cover/167015136-288-k67240.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dailycafe
Roman pour AdolescentsMenceritakan tentang perjalanan hidup empat orang remaja yang berjalan di dua jalan berbeda. Namun, kelak di pertemukan di satu tujuan yang sama. Menjalani pahit getirnya kehidupan, ketika dunia seakan tidak memperhatikan. Itulah yang dialami oleh A...