30. STUDY CAMP

131 10 0
                                    

.BAGIAN TIGA PULUH.
-STUDY CAMP-

Seluruh bus yang membawa rombongan peserta study camp tiba di lokasi kegiatan nya. Waktu telah menunjukan pukul tiga sore.

Sebuah tanah lapang di pinggir hutan pinus dengan sebuah sungai berair jernih dan bebatuan besar. Suara kicauan burung riuh seperti menyambut kedatangan mereka.

“Alhamdulillah kita udah sampai dengan selamat, silahkan turun satu persatu dan ambil ransel masing-masing.” ucap Rayyan dengan senyum ramah. Satu persatu peserta bus tiga turun.

"Ini deket bukit Moko sama bintang? Loh kok gue baru tahu ada tempat lain." Gumam Putra saat baru saja turun dari bus.

"Gue yang orang Bandung asli nggak pernah tahu kalo ada tempat ini." Kekeh Rudi masih memandang jalan setapak untuk masuk ke hutan karna bus tidak bisa masuk ke area dalam.

“Ga ayo bangun, kita udah sampe.” ucap Arjuna mengguncangkan tubuh Saga yang masih tertidur pulas.

“Hah? Sampe dimana?” tanya Saga yang masih tertengah sadar.

“Sampe akhirat, ini lo mau di cemplungin ke neraka.” jawab sambil memencet hidung Saga, membuat Saga terbangun sadar.

Astagfirullah, ternyata bener gue di neraka nih ada malaikat maut.” tunjuk Saga kepada Mika yang akan lewat. Mika mendelikan mata nya, kemudian satu cubitan lolos ke dada Saga.

“Gue bidadari woi, asal aja mulut lo nyablak.” ketus Mika berlalu meninggalkan Saga yang malah menguap lebar.

Arjuna menarik tubuh Saga untuk berdiri dan mendorong nya ke luar bus.

Mika tak henti berdecak kagum dengan pemandangan di hadapan nya. Ia sudah pernah liburan ke puncak, namun bukan ke wisata alam seperti ini. Mika menarik dalam nafas, udara segar yang sangat jarang di temukan kota besar, seperti Jakarta.

“Wah kalo gini gue jadi nggak mau balik lagi.” ucap Mika melihat teman-teman nya yang telah sibuk berswafoto, bahkan ada yang telah mencelupkan kaki ke air sungai membuat Rayyan dan teman-teman berseru tegas.

“Gini nih wajah-wajah kurang piknik. Liat tempat bagus dikit heboh, lebai.” Saga membuka tudung jacket nya dan kembali memasang kaca mata, menyisir rambut dengan penuh gaya.

“Halah muka ndeso juga lo. Ciri-ciri orang masuk neraka jalur undangan nih.” cetus Rudi setelah memakai topi biru yang sedari tadi di gunakan untuk menutupi wajah nya saat tidur. Arjuna dan Mika sontak tertawa melihat wajah masam Saga.

“Semua nya jangan ada yang melakukan kegiatan apapun. Kita akan apel pembukaan, kumpulkan ransel kalian dan segera bentuk barisan sesuai kelas masing-masing. Setelah itu kita akan melakukan beberapa pekerjaan sebelum malam.” seru Rayyan yang mengunakan toa. Ia sudah seperti tim sukses kampanye walikota.

“Yuk buruan kesana. Kita mau absen sama bagi kelompok.” ajak Arjuna kepada Mika, Saga, dan juga Rudi.

Mereka berjalan menuju tempat yang di arahkan anggota OSIS lainnya. Setelah anggota peserta berbaris rapi, Mr. Ben yang mewakili Pak Bahri membuka apel sore.

Setelah selesai apel pembukaan anggota OSIS membagi mereka menjadi beberapa regu yang di pilih sendiri. Mika satu regu dengan Jeni, Arjuna, Saga, Rudi, dan tentu saja Putra. Mereka di beri tugas untuk mendirikan tenda yang di beri arahan oleh perwakilan eskul Pramuka dan PMR.

Arjuna dengan cekatan memasang tenda yang di bagikan oleh anggota OSIS. Ia telah terbiasa karena pernah menjadi anggota pramuka saat SMP di Malang.

“Wah lo jago banget Jun masang tenda, sering daki apa gimana?” tanya  Jeni yang memperhatikan Arjuna memasang tenda.

“Pernah sih dulu beberapa kali, tapi kalo bisa masang tenda gini karena aku sering kemah.”

DailycafeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang