Saffa nyaris gila, keberadaan Alvin didekatnya sama sekali tidak baik untuk kesehatannya. Amarahnya sering tersulut, jantungnya sering berdetak dengan kencang, dan tangannya juga ringan untuk sekedar memukul bagian tubuh Alvin.
"Pulang nggak," Saffa sudah tidak tahan dengan kelakuan jahil Alvin yang sedari tadi terus mengganggunya bekerja di ruangan.
"Kalo aku nggak mau gimana?" Tantang Alvin masih duduk dengan dagu ditopang dengan kedua tangannya.
Saffa menatap jengkel kearah Alvin, "kalo nggak mau, gue yang pulang." Saffa mengancam balik.
Alvin terkekeh pelan, ia masih tidak bergeming dari tempat dia duduk sementara Saffa yang sudah jengah mulai membereskan barang-barangnya dengan memasukkannya kedalam tas.
Melihat Saffa sibuk berkemas, Alvin sontak berdiri, "oke, aku pulang," katanya masih dengan senyum yang masih tertera diwajahnya.
Saffa berhenti memasukkan barang kedalam tasnya, "ya udah pintunya disana, silahkan keluar."
Alvin mundur beberapa langkah dengan pelan, "jadi ceritanya aku diusir nih?" tanyanya dengan nada bercanda.
Saffa kembali menatap dengan tatapan jengkel, "mau gue timpuk?"
Alvin tertawa gelak, "iya iyaa aku pulang, tapi besok kita jalan, gimana?" Ajak Alvin.
Saffa menggeleng cepat dan berjalan menghampiri Alvin, "nggak ada jalan-jalan, sana pulang, pulang, kalo perlu balik lagi ke London nggak usah balik ke Indonesia lagi." Saffa mengeluarkan uneg-uneg terdalamnya sambil mendorong-dorong bahu Alvin.
Alvin yang menyadari jika mata Saffa memerah langsung menahan tangan Saffa dan mencoba untuk mendekatkan wajahnya pada Saffa, "kamu kenapa?" Tanyanya khawatir.
Saffa meronta pelan melepaskan tangannya lalu membalik tubuhnya langsung mengusap matanya, "mending lo pulang deh Vin, gue capek." Ucapnya pelan.
Alvin yang merasa sudah cukup untuk membuat Saffa jengkel pun memilih keluar dengan tanda tanya besar yang ia bawa hingga pulang ke rumah.
"Matanya merah."
***
Saffa tiba di rumah malam harinya, ia masuk rumah dengan langkah sendu.
"Lesu banget Fa, capek pasti ya." Sapa Kiandra sambil menyambut kepulangan anaknya.
Saffa menghambur kepelukan Kiandra lalu membawanya untuk duduk di sofa ruang keluarga.
"Capek ma." Keluh Saffa.
Kiandra mengusap punggung Saffa, "namanya juga kerja, mana ada yang nggak capek, mama aja di butik duduk doang capek, apalagi kamu yang sering turun jadi pelayan."
Saffa menggeleng pelan, "bukan capek yang kayak gitu."
"Terus?"
Saffa tidak menjawab, ia hanya menghela nafasnya pelan lalu melepas pelukannya pada Kiandra, "Saffa mandi dulu ya ma, nanti makan malam panggil aja kalo aku nggak turun, mungkin ketiduran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Thing Called Love ✔️
ChickLit(FOLLOW SEBELUM BACA) (SEQUEL PERFECT CO-PILOT) ❤❤❤ Kata mereka Cinta bisa datang karena terbiasa. Para orang tua terdahulu kita juga sering mengatakan hal itu. Mereka bilang Cinta akan hadir pada dua hati selambat-lambatnya meski awalnya satu hat...