🍒🍒🍒
"Lo yakin dia nggak bakal ngapa-ngapain Saffa?"
Arkan mendecak pelan kearah Rose, "gue yang jamin, Aira nggak bakal berbuat jahat sama Saffa, gue hapal Aira, dia nggak mungkin nggak profesional," sahutnya yakin.
Mendengar Arkan begitu mempercayai Aira, Rose lantas mendengus, "kalo lo yakin kenapa nggak lo kawinin aja sana."
Arkan menoleh sambil menatap Rose heran, "kok tiba-tiba jadi bahas kawin?"
Merasa canggung dengan topik yang ia buat, Rose pun mendeham pelan sambil mengalihkan pandangannya agar tak menatap Arkan.
Sementara di dalam ruangan, Aira masih duduk dikursi samping kasur Saffa yang masih menutup mata.
"Gue tau lo nggak tidur," ucap Aira.
Saffa masih tak bergeming, matanya tertutup rapat seolah enggan menghadapi kenyataan.
Melihat Saffa yang keras kepala, Aira hanya menghembuskan nafasnya pelan, "operasi Alvin berjalan lancar."
Mendengar nama suaminya disebut, Saffa sontak membuka matanya, ia menatap perlahan kearah Aira.
Aira ikut membalas tatapan Saffa dengan tak kalah lekat, "Alvin harus berjuang untuk bangun Fa dan dia juga mau lo tegar supaya dia punya alasan yang kuat untuk bangun."
Air mata Saffa kembali mengalir, ia meminta Aira untuk menaikkan sedikit kasurnya agar ia bisa bangun dari posisi rebahan. Masih dengan mata yang berderai air, Saffa mengulur tangannya untuk mengenggam tangan Aira, "tolong... "
Aira mengeratkan genggaman tangan Saffa, "apapun Fa," sahutnya sambil ikut meneteskan air mata.
Saffa menunduk sambil terisak, "Tolong selamatkan Alvin Ra."
Tangis Saffa pecah dan terdengar sangat lirih. Aira tak tahan melihat wanita di depannya saat ini. Terisak dengan wajah merah lengkap dengan kondisi perut yang sedang hamil tua, ia pun menghambur memeluk Saffa erat, "kalian akan baik-baik aja, Alvin kuat, lo dan juga anak-anak yang ada dalam perut luar biasa, gue mohon bertahan Fa, demi Alvin yang ingin hidup demi lo dan anak-anak."
***
Sudah tak terhitung berapa hari Alvin terbaring di kamar 202. Saffa bahkan menolak untuk tidur di rumah, Aira dan Arkan pun sepakat mengurus pada atasan rumah sakit agar membiarkan kamar Alvin menjadi kamar pribadi dengan ditambah satu kasur lagi untuk Saffa.
Hari ini adalah minggu ketiga Alvin tak sadarkan diri. Hari-hari dijalani Saffa dengan perasaan berat namun seiring berjalannya waktu, ia mengerti jika sedih dan terpuruk bukanlah tindakan yang diinginkan Alvin darinya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Thing Called Love ✔️
Literatura Feminina(FOLLOW SEBELUM BACA) (SEQUEL PERFECT CO-PILOT) ❤❤❤ Kata mereka Cinta bisa datang karena terbiasa. Para orang tua terdahulu kita juga sering mengatakan hal itu. Mereka bilang Cinta akan hadir pada dua hati selambat-lambatnya meski awalnya satu hat...