❤❤❤
*Saffa Pov*
Aku enggak pernah merasa kalo kata Assalamualaikum itu bakal semanis ini saat Alvin yang ngomong.
Dibuatnya berkali-kali aku jatuh dalam pesonanya yang terus menerus bersinar.
Kalian bisa katakan jika aku lebay atau apalah itu, mengatakan terlalu berlebihan, terserah, aku hanya ingin mengekspresikan rasa bahagia ku yang semakin berjalannya waktu semakin membesar.
Dia berdoa untukku sebelum mendaratkan ciuman hangat pada dahiku, satu poin untuknya sebagai penguat fakta jika dialah yang terbaik bagi Tuhan untukku.
Tak hanya itu, salam yang ia berikan untukku hingga kini masih terasa menggelitik bahkan dengan hanya mengingatnya.
Salam yang katanya untuk mengetuk diriku secara sepenuhnya, tak ada yang mendengarnya selain aku sendiri, aku tandai itu. Aku tandai detik-detik itu sebagai bagian terbaik dalam hidupku yang akan aku kenang sampai kapanpun.
***
Prosesi akan nikah berlalu dengan khidmat, pesta tersebut berakhir saat matahari masih meninggi.
Saffa masih berjalan terseok dengan kebaya yang membalut tubuhnya, sementara alvin sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian rumah yang nyaman.
"Bantuin aku napa sih vin, kebayanya susah dicopot kalo sendiri." Pinta saffa.
Alvin yang tadinya duduk mengistirahatkan tubuhnya kini bergegas berdiri dan membantu saffa berjalan menuju kamar.
Saffa menuntun alvin memasuki kamarnya lalu ia bergegas membuka ikat demi ikatan rambut sanggulnya.
"Kok bengong, sini bantu copotin kancingnya." Suruh saffa pada alvin.
Alvin awalnya masuk dengan perasaan ragu, pasalnya ini adalah kali pertama ia memasuki kamar istrinya tersebut. Ruangan dengan nuansa biru laut tersebut terlihat sangat simple namun masih tak meninggalkan kesan elegan dengan wallpaper bunga-bunga yang mendominasi kamar tersebut.
"Kamu tuh sekarang manggil aku jangan vin vin vin lagi, sekarang aku bukan pacar kamu, tapi suami." Protes alvin pada saffa sambil membantu melepaskan kancing kebaya.
"Lah terus manggilnya apa, sayang, baby, honey, jangan harap ya, aku geli." Sahut saffa dengan cepat.
"Ya nggak itu juga kali manggilnya, panggil mas kek minimal."
Saffa berpaling menatap alvin, "mas?"
Alvin mengangguk.
"Kita itu sebaya, kamu lebih tua cuma beberapa bulan doang sama aku, masa iya aku manggil mas." Protes saffa.
Alvin berjalan mendekat lalu membantu saffa melepaskan kalung dan juga anting-antingnya. Saffa sempat membeku saat posisi berdirinya sangat dekat dengan alvin saat ini, ia bahkan tak bernafas normal melainkan menjaganya agar dihembuskan dengan sangat pelan.
"Bukan masalah usia sayang, aku minta kamu manggil aku kayak gitu karena aku suami kamu, jadi sudah sepantasnya kamu menghargai aku, akupun juga nanti bakal manggil kamu beda dari biasanya." Jelas alvin dengan sangat lembut.
"Manggil apa nanti sama aku?" Tanya saffa dengan pelan dan masih enggan mundur dari posisinya.
Alvin menatap lekat saffa kemudian menaikkan wajah saffa dengan tangannya, "maunya dipanggil apa?" Tanya alvin.
Saffa kembali tertunduk malu, "panggil nama aja udah, ngapain manggil yang aneh-aneh." Sahut saffa sangat pelan.
Alvin tersenyum melihat sikap saffa yang salah tingkah, "ya udah terserah kamu aja, mending sekarang kamu mandi terus istirahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Thing Called Love ✔️
ChickLit(FOLLOW SEBELUM BACA) (SEQUEL PERFECT CO-PILOT) ❤❤❤ Kata mereka Cinta bisa datang karena terbiasa. Para orang tua terdahulu kita juga sering mengatakan hal itu. Mereka bilang Cinta akan hadir pada dua hati selambat-lambatnya meski awalnya satu hat...