🍒🍒🍒
"Alvin kritis."
Dua kata yang diucapkan oleh Rose berhasil membuat Saffa membeku seketika. Otaknya masih memproses informasi yang hingga hitungan detik masih ia tolak kenyataannya.
Saffa yang saat itu tegang menyapukan matanya ke orang-orang sekitar, semua tampak terpukul dan menatapnya prihatin.
Isakan tangis mamanya dan derai air mata mertua terdengar sangat memilukan, bahkan Chelsea pun katanya berkali-kali pingsan.
Tangan Saffa sontak meraba perut besarnya, ia menggeleng pelan berupaya untuk tidak percaya, "nggak Ce, ini pasti salah, Alvin.... Alvin masih di jalan, dia bilang akan pulang," ucap Saffa sambil berusaha berdiri walau limbung.
"Mau kemana Fa?" tanya Rose sambil menahan lengan sahabatnya.
Saffa menepis kasar tangan Rose, ia kini mulai menitikkan air mata, "gue mau pulang, Alvin pasti sudah di rumah," katanya sambil mulai berjalan.
"Saffa," panggil Kiandra sambil menahan tangan sang Putri.
"Nggak ma, Saffa mau pulang, Alvin pasti sudah di rumah, kalian pasti salah, Alvin nggak mungkin kritis, dia nggak boleh kritis, dia harus balik, Saffa udah lama nunggu," tangis Saffa pecah seketika sambil terduduk dengan perut besarnya.
"Alvin ma.... Saffa nunggu dari tadi, dia pasti pulang, dia nggak sakit, dia nggak kritis, dia-"
"SAFFA!" tegur Dimas sambil mengguncang pundak anaknya. Dengan tatapan nanar, Dimas berusaha menguatkan Saffa dengan caranya sendiri, "Dengar kata papa."
Saffa masih berontak pelan, air matanya semakin deras mengalir sebagai bentuk reaksi dari rasa sakit dihatinya.
"Alvin saat ini sedang berjuang di dalam sana, kamu lihat pintunya," tunjuk Dimas pada pintu ruang operasi.
Saffa tak bergeming, ia masih menangis sambil menepuk-nepuk dadanya yang sesak.
"Lihat Saffa, Alvin yang berjuang di dalam sana pasti sedih lihat kamu seperti ini," tegur Dimas.
Kiandra semakin menangis melihat Saffa yang masih terisak dengan perut yang besar.
"Kalau kamu tidak kuat, lalu siapa yang menguatkan Alvin, apakah kami... Tidak Saffa, Alvin perlu kamu untuk kuat supaya dia punya alasan untuk bangun lagi."
Tangis Saffa semakin menjadi, kepalanya bahkan serasa ingin meledak ditambah dengan reaksi perut yang tiba-tiba sakit. Saffa tidak dapat menahan lebih lama lagi, ucapan Dimas yang semakin mengabur ditelinganya hingga tak dapat ia dengar sama sekali. Matanya berat dan menutup perlahan hingga ia tergolek lemah, Saffa pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Thing Called Love ✔️
Genç Kız Edebiyatı(FOLLOW SEBELUM BACA) (SEQUEL PERFECT CO-PILOT) ❤❤❤ Kata mereka Cinta bisa datang karena terbiasa. Para orang tua terdahulu kita juga sering mengatakan hal itu. Mereka bilang Cinta akan hadir pada dua hati selambat-lambatnya meski awalnya satu hat...